Inflasi Kaltim Dipicu Lonjakan Harga Pangan dan Tiket Pesawat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Perlahan-lahan harga kebutuhan bahan pokok meningkat setelah tiga bulan merosot. Penyebabnya tak lain karena pandemik virus corona atau COVID-19 serta pembatasan sosial. Kenaikan ini juga memancing terjadinya inflasi di Kaltim.
“Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada Juni 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,22 persen (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan 0,21 persen (mtm) pada bulan sebelumnya,” ucap Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim, Tutuk SH Cahyono dalam keterangan pers yang diterima IDN Times pada Kamis (2/7) sore.
1. Inflasi Juni bersumber dari kelompok makanan, tembakau, dan transportasi
Sementara untuk inflasi tahun kalender pada Juni 2020 tercatat di level 0,85 persen (ytd). Lalu tingkat inflasi tahunan Kaltim pada Juni tercatat sebesar 1,52 persen (yoy/year on year), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional sebesar 1,9 persen (yoy). Berdasarkan pengeluarannya, inflasi Juni ini bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dan transportasi. Masing-masing kelompok ini alami inflasi sebesar 1,28 persen (mtm/month to month) dan 0,35.
“Meskipun aktivitas ekonomi belum sepenuhnya berjalan baik, tapi dibukanya kembali restoran dan pusat perbelanjaan secara terbatas turut meningkatkan permintaan sehingga mempengaruhi inflasi Kaltim,” ujarnya.
2. Merosotnya harga daging ayam pada April lalu memicu penurunan pasokan ayam ras
Berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras, bawang merah dan angkutan udara menjadi tiga komoditas yang memberikan andil terbesar dengan inflasi di Kaltim. Naiknya harga daging ayam ras sejalan dengan peningkatan permintaan di tengah kurangnya pasokan dari peternak. Hal ini dikarenakan merosotnya nilai daging ayam pada April lalu, bikin peternak menunda proses pengeraman telur sehingga berdampak pada penurunan pasokan ayam ras periode ini.
“Sementara harga bawang merah juga demikian. Penyebabnya pasokan komoditas ini lambat masuk setelah Lebaran,” terangnya.
Baca Juga: Pandemik COVID-19 Sudah 4 Bulan, Tapi Insentif Nakes Kaltim Belum Cair
3. Memasok bahan makanan dari luar daerah juga bikin rentan inflasi di Kaltim
Pada awal Juni 2020, harga bawang merah sempat menyentuh Rp67.5 ribu per kilogram namun berangsur-angsur turun menjadi Rp48.9 per kg. Tak hanya itu, kata dia, inflasi ini juga terjadi seiring penerapan fase relaksasi. Itu tampak dari meningkatnya harga tiket pesawat seiring kenaikan permintaan masyarakat menggunakan moda transportasi udara ini. Walaupun dalam prosesnya ada syarat yang cukup ketat dengan mewajibkan rapid dan swab test.
“Pemenuhan konsumsi bahan makanan dari luar daerah, juga bikin Kaltim lebih rentan mengalami inflasi dibandingkan daerah produsen,” pungkasnya.
Baca Juga: Anggaran COVID-19 Kaltim Baru Terpakai 12 Persen dari Rp500 Miliar