Pekasam, Teknik Mengolah dan Mengawetkan Ikan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Di Indonesia, keberagaman kuliner tak pernah habis untuk dijelajahi. Mulai dari cara pengolahan hingga rasa yang unik, tiap daerah memiliki kekhasan kuliner tradisionalnya.
Salah satu praktik tradisional yang telah mengakar di Indonesia adalah pekasam, metode untuk mengolah dan mengawetkan ikan. Teknik ini sudah dikenal sejak zaman dulu ketika belum ada teknologi modern untuk menyimpan ikan.
Metode pekasam populer di beberapa daerah di Indonesia, terutama Kalimantan dan Sumatra. Namun, bagaimana sebenarnya cara pembuatan dan konsumsinya? Mari simak penjelasannya.
1. Cara mengolah pekasam
Pekasam dikenal dengan nama yang berbeda di berbagai daerah. Di Kalimantan Selatan (Kalsel) disebut pekasam, di Kalimantan Tengah (Kalteng) dikenal dengan wadi, sementara di Sumatra disebut bekasam.
Cara pengolahannya hampir serupa, dimulai dengan persiapan ikan segar yang dibersihkan dari sisik dan kotoran. Biasanya, ikan air tawar menjadi pilihan utama.
Setelah dibersihkan, ikan ditempatkan dalam stoples bersama dengan nasi dan garam. Stoples kemudian ditutup rapat dan dibiarkan pada suhu ruang selama 7 hari.
Baca Juga: Sup Ceker Singkong Balikpapan, Ide Menu Sederhana yang Lezat
2. Cara wadi yang digunakan masyarakat Kalteng
Selain ikan, metode ini juga dapat diterapkan pada daging. Di Kalteng, yang menggunakan metode wadi, masyarakat biasanya menggunakan daging babi hutan. Perbedaannya, wadi menggunakan beras yang direndam dalam larutan gula aren. Daging babi kemudian dibungkus dengan daun nangka untuk mencegah pembusukan dan pertumbuhan ulat.
Meskipun demikian, baik pekasam maupun wadi lebih umum digunakan untuk mengolah dan mengawetkan ikan.
3. Cara menikmati olahan pekasam
Ada dua cara umum untuk menikmati ikan hasil pekasam. Ada yang menggorengnya terlebih dahulu, ada pula yang langsung menyantapnya setelah dikeluarkan dari stoples.
Di beberapa daerah di Kalimantan, ikan pekasam bahkan langsung dinikmati setelah proses fermentasi. Rasanya umumnya asam dan asin, yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti aspergillus terreus dan monascus purpureus.
Selain itu, pembuatan pekasam kini juga dapat dilakukan secara modern dengan menambahkan kultur murni yang memproduksi asam laktat, seperti L. acidophilus.
Baca Juga: 10 Tempat Nongkrong Hits yang Ramah Kantong di Balikpapan