Mengenal Pakaian Adat Baju Kustin dari Kalimantan Timur

Pakaian adat Kutai Kartanegara

Tenggarong, IDN Times - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki pakaian adat yang dikenal dengan nama kustin. Pakaian adat ini memang pada umumnya sering digunakan oleh golongan kelas menengah ke atas. Pakaian adat ini juga sering digunakan sebagai pakaian resmi pada upacara penting pada masa Kerajaan Kutai Kartanegara. 

Nah, bagi Anda yang belum mengenal pakaian adat kustin ini, maka silakan simak saja penjelasan lengkapnya berikut ini:

1. Baju adat kustin

Jika dikutip dari buku yang berjudul "Pakaian Adat Tradisional Daerah Kalimantan Timur (1990)", maka pakaian kustin ini digunakan oleh Suku Kutai. Penggunaan pakaian adat ini hanya digunakan pada upacara pernikahan oleh golongan kelas menengah ke atas. 

Istilah kustin sendiri berasal dari kata “kostum”, yang mana artinya adalah kebesaran. Pakaian adat kustin ini sendiri bisa digunakan oleh laki-laki maupun perempuan. Namun, pakaian ini biasanya digunakan pada acara pernikahan saja. 

Pakaian adat kustin yang digunakan untuk mempelai laki-laki ini menggunakan kopiah bundar dengan tinggi 15 cm. Kopiah ini sendiri disebut dengan setorong. Pada bagian bawah setorong terlihat lebih besar dari pada bagian atasnya. Selain itu, setorong ini juga berwarna keemasan yang sangat indah. 

Pada bagian depan setorong akan dihiasi dengan lambang yang berwujud wapen. Nah, wapen ini akan disesuaikan dengan tingkat gelar untuk siapa setorong tersebut digunakan. Contohnya adalah jika seorang Aji yang menggunakan wapen, maka Aji Bambang akan menggunakan wapen Aji Bambang. 

Baca Juga: Toko Kue di Kukar yang Rekomendasi untuk Dikunjungi

2. Baju adat untuk pengantin Kutai Kartanegara

Baju adat untuk pengantin laki-laki ini dinamakan dengan baju kustin. Bahan dari pakaian adat kustin ini adalah beledu yang berwarna hitam. Untuk lengan dari pakaian adat ini adalah panjang dan berkerah tinggi. Ujung dari lengannya, kerah, dan bagian dadanya sendiri dihiasi dengan pasmen.

Pada zaman kerajaan lalu yang masih berkuasa, pasmen ini digunakan untuk perhiasan dari baju adat kustin ini. Pasmen juga khusus dipesan kepada pandai emas dari bangsa Cina dan Suku Banjar. 

Untuk celana yang digunakan adalah celana panjang yang memiliki warna sama dengan bajunya. Pada bagian luar celana ya dikenakan dodot rambu. Dodot rambu ini merupakan kain panjang yang ujungnya diberi hiasan rumbai-rumbai berwarna keemasan. Pada bagian belakang kainnya terlihat menjuntai hingga ke tumit. Sementara pada bagian mukanya menjuntai hingga ke lutut. 

3. Alas kaki baju kustin

Untuk alas kakinya sendiri menggunakan selop dari bahan kulit yang berwarna hitam. Perhiasan yang digunakan pada pakaian adat kustin ini terdiri dari kalung bersusun yang disematkan pada bagian dada. 

Untuk pengantin perempuannya menggunakan sanggul atau gelung kutai. Bentuk dan bangunnya memang sama dengan sanggul jawa yang digunakan pada bagian belakang kepala. Pada bagian muka sanggulnya akan ditusukkan gerak gempa atau kembang goyang yang berasal dari logam bersepuh emas. 

Pada baju pengantin perempuan ini juga memiliki nama yang sama, yakni pakaian kustin. Pakaian adat ini memiliki kerah yang tinggi dan berlengan panjang. Untuk leher dan bagian depan bajunya menggunakan pasmen. Pada puncak bagian belakang dikenakan kelibun berwarna kuning dengan bahan dari sutra. 

Baju kustin perempuan ini terbuat dari kain beledu hitam yang dihias dengan benang emas untuk pasmennya. Hal ini digunakan sebagai perhiasan yang disulam pada pinggiran jelapah yang ada pada bagian depan bajunya. 

Untuk kainnya digunakan tapeh berambui, yakni kain panjang yang berumbai benang emas, dan diletakkan pada bagian muka. 

Dari dulu hingga saat ini, pakaian adat kustin ini masih digunakan untuk pernikahan masyarakat adat Kutai.

Baca Juga: Kesultanan Kukar tentang Sejarah Masuknya Islam ke Kalimantan  

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya