Pedang Mandau, Simbol Keberanian dari Suku Dayak Kalimantan       

Senjata asli masyarakat Kalimantan

Samarinda, IDN Times - Mandau, senjata tajam sejenis parang yang berasal dari kebudayaan Dayak Kalimantan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Penggunaan senjata tradisional ini telah dimulai sejak abad ke-17 hingga ke-18.

Untuk mendalami pemahaman tentang mandau, mari kita simak penjelasan lengkapnya di bawah ini:

1. Senjata tradisional mandau

Pedang Mandau, Simbol Keberanian dari Suku Dayak Kalimantan       AnakGaul.ID

Senjata tradisional mandau membedakan dirinya dari parang tradisional lainnya dengan keunikan dan keistimewaannya. Mandau terkenal dengan detail kemasannya yang sangat baik, dengan ukiran yang memenuhi hampir seluruh bagian senjata ini, terutama pada bagian bilahnya yang tidak tajam.

Selain itu, mandau seringkali memiliki tambahan lubang-lubang yang dihiasi dengan kuningan atau tembaga pada bilahnya. Hal ini tidak hanya memperindah penampilan mandau, tetapi juga menunjukkan keahlian tinggi dalam pembuatannya.

2. Asal-usul nama mandau

Pedang Mandau, Simbol Keberanian dari Suku Dayak Kalimantan       ilustrasi mandau (instagram.com/mandau_gallery)

Sebenarnya, pengejaan "mandau" merupakan salah satu variasi, sedangkan yang benar adalah "mando". Kata "mando" berasal dari Bahasa Dayak Kalimantan Tengah. "Mando" berasal dari kata "man" yang merupakan singkatan dari "kuman" yang berarti makan, dan "do" yang singkatan dari "dohong" atau pisau belati khas Kalimantan Tengah.

Secara harfiah, "mando" berarti "makan dohong". Hal ini merujuk pada popularitas senjata mando di Kalimantan Tengah yang membuat senjata dohong, pisau milik suku Dayak Ngaju, menjadi kurang populer.

Kehilangan popularitas dohong menyebabkan istilah "mando" digunakan untuk jenis parang tersebut.

Baca Juga: 15 Hotel di Balikpapan

3. Senjata untuk perang di masa lalu

Pedang Mandau, Simbol Keberanian dari Suku Dayak Kalimantan       banjarmasin.tribunnews.com

Suku Dayak dengan senjata bernama mando terkenal sangat tangguh dan mahir dalam pertempuran. Kelompok Dayak ini sering bertempur melawan bangsa-bangsa yang datang ke Pulau Kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Austronesia.

Peperangan antar klan dan bangsa yang sering terjadi di Pulau Kalimantan membuat pedang mando terkenal dengan kehebatannya. Bilah senjatanya yang tajam sering digunakan untuk memenggal kepala para musuh.

Akibat ketangguhannya itu, bangsa lain tidak berani memasuki wilayah yang dikuasai oleh suku Dayak. Sampai sekarang, mando tetap menjadi simbol dari senjata adat asli Pulau Kalimantan.

Arti sebenarnya dari "mando" berasal dari suku Dayak Khatulistiwa. "Dao" artinya adalah senjata, sedangkan "man" berarti keberanian. Konsep ini juga dianut oleh Suku Tionghoa pedalaman.

4. Cerita mistis tentang pedang mandau

Pedang Mandau, Simbol Keberanian dari Suku Dayak Kalimantan       Mandau

Secara anatomi, mandau terdiri dari dua bagian utama, yaitu bilah dan sarung atau kumpang. Dibuat dari batu gunung yang mengandung besi, pembuatan mandau tidak sembarangan, melainkan dilakukan oleh seorang pandai besi yang memiliki kemampuan khusus untuk "mengisi" mandau dengan roh nenek moyang.

Proses ini diyakini memberikan kekuatan khusus bagi mandau dan pemiliknya. Bagian bilah mandau memiliki bentuk yang menyerupai enggang, atau dalam bahasa masyarakat Suku Dayang disebut sebagai burung suci. Meskipun bentuk burung enggang umum pada bilah mandau, namun setiap mandau memiliki ukiran yang unik dan berbeda.

5. Kumpang dari tanduk rusa

Pedang Mandau, Simbol Keberanian dari Suku Dayak Kalimantan       indonesiakaya.com

Kumpang mandau biasanya terbuat dari kayu yang dilapisi dengan tanduk rusa dan sering dihiasi dengan berbagai ukiran. Dipercaya bahwa ukiran tersebut mampu mengusir binatang buas yang mendekat.

Bagian pangkal kumpang seringkali dilapisi dengan rajutan rotan yang berfungsi sebagai tali pengait ketika mandau dibawa di pinggang. Di sisi kumpang, terdapat kantung kecil yang biasanya berisi pisau kecil atau senjata tradisional lain yang lebih kecil dari mandau.

Walaupun banyak tetua adat dari Suku Dayak yang menyebut mandau sebagai "ambang", sebenarnya terdapat perbedaan besar dalam bahan pembuatannya meskipun secara bentuk keduanya mirip.

Baca Juga: 7 Guest House di Samarinda

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya