Menelusuri Jejak Kebesaran para Sultan Kesultanan Gunung Tabur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berau, IDN Times - Kesultanan Gunung Tabur merupakan bagian dari Kerajaan Berau yang mengalami perpecahan pada abad ke-18. Kesultanan Gunung Tabur ini berlokasi di Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Mari kita eksplorasi lebih jauh tentang sejarah Kesultanan Gunung Tabur. Ayo kita simak bersama!
1. Sultan-Sultan Gunung Tabur
Selama Kesultanan Gunung Tabur berdiri, berikut ini nama-nama sultan yang telah memimpin di antaranya:
- Sultan Zainul Abidin II bin Badruddin telah memimpin pada tahun 1800 hingga tahun 1834.
- Sultan Aji Kuning II bin Zainul Abidin telah memimpin pada tahun 1834 hingga tahun 1850.
- Sultan Amiruddin (Maharaja Dendah I) telah memimpin pada tahun 1850 hingga tahun 1876.
- Sultan Hasanuddin II (Hasanuddin I Gunung Tabur) (Maharaja Dendah II bin Amiruddin) telah memimpin pada tahun 1876 hingga tahun 1882.
- Sultan Siranuddin telah memimpin pada tahun 1882 hingga tahun 1903.
- Sultan Achmad Maulana telah memimpin pada tahun 1903 hingga tahun 1921.
- Sultan Muhammad Khalifatullah Jalaluddin / H. Aji Raden Ayoeb telah memimpin pada tahun 1921 hingga tahun 1953.
Baca Juga: Peninggalan Sejarah Kesultanan Gunung Tabur di Berau
2. Saksi sejarah Kesultanan Gunung Tabur
Tidak banyak yang diketahui mengenai kisah dan cerita Sultan-sultan yang memerintah di Kesultanan Gunung Tabur. Hal ini karena kurangnya sumber informasi baik dari segi sejarah maupun referensi yang ada.
Namun, pada tahun 2020, terungkap bahwa putri Kesultanan Gunung Tabur, bernama Aji Putri Nural, meninggal dunia pada usia 110 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdul Rivai Tanjung Redeb Berau.
Aji Putri Nural adalah anak kedua dari Sultan Maulana Jalaluddin. Selama hidupnya, Putri Nural dikenal sebagai sosok yang ramah dan selalu bersedia menerima tamu yang berkunjung ke Kesultanan Gunung Tabur.
Putri Nural dimakamkan di pemakaman Kesultanan Gunung Tabur. Selain dihadiri oleh keluarga, pemakaman tersebut juga dihadiri oleh masyarakat Gunung Tabur dan para pejabat pemerintah untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Putri Nural.
3. Raja Kesultanan Gunung Tabur masih tersisa
Saat ini, Sultan yang memerintah Kesultanan Gunung Tabur adalah Sultan Aji Bahrul Hadi, yang dihormati sebagai seorang pemangku adat oleh masyarakat setempat.
Penghormatan terhadap Sultan terlihat ketika ia mengajak seluruh masyarakat untuk melaksanakan pemilu pada tahun 2019 secara transparan, jujur, dan adil. Sultan juga meminta seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan dan kedamaian.
Selain itu, pada peringatan HUT RI ke-74, Sultan Aji Bahrul Hadi diberikan hadiah sepeda oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Sultan memenangkan kontes kostum terbaik nasional dengan mengenakan pakaian adat Kesultanan Gunung Tabur.
Hingga saat ini, Kesultanan Gunung Tabur masih memiliki seorang Sultan sebagai pemangku adat. Hal ini penting untuk dijaga agar silsilah keturunan tetap terjaga dan menjadi bukti jejak sejarah di masa lampau.
4. Kerajaan berada di Berau
Kesultanan Gunung Tabur, bersama dengan Kesultanan Sambaliung, merupakan pembentuk utama Kabupaten Berau. Wilayah kedua kerajaan ini terpisahkan oleh Sungai Segah, sungai besar yang membelah Kota Tanjung Redeb.
Kedua kerajaan ini juga sepakat untuk bergabung dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Kesultanan Kutai, Kesultanan Bulungan, dan Kesultanan Paser. Mereka juga menyetujui jika Kota Samarinda ditetapkan sebagai bagian dari wilayah administrasi. Selain itu, Pemerintahan Hindia Belanda membentuk Kaltim, sementara para bangsawan mengadakan perlawanan rakyat terhadap penjajah.