Media Asing Soroti Kebohongan Produsen dalam Penanganan Limbah Plastik

Upaya greenwashing perusahaan multinasional

Balikpapan, IDN Times - Media di Jerman, Deutsche Welle (DW) menerbitkan artikel dalam upaya greenwashing perusahaan raksasa multinasional dalam penanganan persoalan limbah sampah plastik

Para perusahaan ini dalam laporannya kerap mengaku sudah mampu menangani persoalan limbah plastik dengan baik, sesuai dengan aturan sudah berlaku. 

Padahal faktanya tidaklah demikian, pelbagai persoalan masih kerap dilanggar dalam pelaksanaannya.  Dalam laporannya "How These Companies Tried to Greenwash Their Plasctic Waste" pada 14 Oktober 2022 lalu, DW menyampaikan delapan juta ton limbah plastik berakhir di lautan setiap tahunnya. 

Dalam kasus ini, beberapa merek global berada di pucuk pelanggar komitmen lingkungan

1. Perusahaan multinasional melakukan upaya greenwashing

Media Asing Soroti Kebohongan Produsen dalam Penanganan Limbah PlastikIlustrasi galon guna ulang. Foto dok

Secara langsung, DW menyoroti iklan perusahaan-perusahaan ini dalam upaya greenwashing sesuai tagline masing-masing. Seperti di antaranya, "Kami berkomitmen memperkuat keberlanjutan pada kemasan kami, dan bisnis kami,” tulis salah satu perusahaan. 

Demikian pun, “Peduli pada lingkungan itu keren,” disampaikan produk air minum dalam kemasan (AMDK). 

Ironisnya, DW menyebutkan, justru perusahaan-perusahaan ini yang paling konsisten menjadi penyebab sampah plastik terbesar di dunia. Mereka semua adalah pemain kunci yang menjadi penyebab masalah sampah terbesar.

Pada praktiknya, dunia konsisten menghasilkan 350 juta ton sampah plastik pada 2019 lalu dan 9 persen saja masuk proses daur ulang. Mayoritas dari sampah plastik tersebut mencemari lingkungan, seperti meracuni lautan, tanah, dan udara. 

Jika perusahaan berkomitmen untuk memangkas limbah plastik mereka, apakah janji mereka itu betul-betul dipenuhi? DW berkolaborasi dengan tim yang bergabung dalam European Data Journalism Network untuk mencari tahu kebenarannya.

Ratusan data perusahaan, website, dan pemberitaan diperiksa untuk mengecek klaim tentang kemasan dan limbah plastik perusahaan. Berdasarkan penyelidikan itu, tim DW menemukan bahwa terdapat 100 komitmen dari 24 perusahaan yang faktanya tidak begitu baik.

Baca Juga: Kronologis Perempuan di Balikpapan Diduga Dihamili saat Depresi

2. Perusahaan pangan global produsen susu dan AMDK dalam sorotan

Media Asing Soroti Kebohongan Produsen dalam Penanganan Limbah PlastikIlustrasi sampah di laut. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

DW secara khusus menyoroti salah satu perusahaan pangan global yang dikenal sebagai produsen produk susu dan AMDK botol plastik global. Pada 2009 lalu, perusahaan ini mengaku menggunakan 20 hingga 30 persen botol plastik polyethylene terephthalate (PET) hasil daur ulang pada 2011.

Tetapi faktanya tidaklah demikian, janji tersebut tidak terpenuhi. Dilanjutkan pada 2014, perusahaan ini memasang pencapaian target 25 persen botol plastik PET mereka dari hasil daur ulang pada 2020. 

"Janji itu sudah tertunda hampir satu dekade lamanya dan komitmen lama juga sudah tak disinggung lagi," paparnya.

Media Jerman ini menyebutkan, secara global perusahaan AMDK ini hanya menggunakan 19,8 persen botol PET dari hasil daur ulang pada 2020. Untuk 2025, mereka punya target baru lagi, yakni, menggunakan kemasan plastik PET 100 persen hasil daur ulang di Eropa dan 50 persen secara global.

3. Daur ulang sampah plastik di Indonesia masih rendah

Media Asing Soroti Kebohongan Produsen dalam Penanganan Limbah PlastikPerajin menyelesaikan kerajinan tempat lampu dari galon air bekas di Sangkar Semut, Depok, Jawa Barat, Selasa (23/8/2022). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa

Sementara itu, Komunitas Nol Sampah Wawan Some membenarkan rendahnya tingkat daur ulang sampah plastik, khususnya di Indonesia. Kondisi ini juga tercermin dalam penanganan sampah plastik di dunia.

Daur ulang di Indonesia sangat  rendah, bahkan di dunia pun sangat rendah. 

Wawan menyebutkan, bahan plastik memiliki peruntukan yang sangat beragam. Di sisi lain, masyarakat pun tidak pernah melakukan pemilahan langsung dari sumbernya.

Sehingga, ketika sampah plastik segala jenis bercampur, maka  butuh biaya yang sangat besar untuk pengolahannya.

“Sentra-sentra daur ulang pun hanya di titik-titik tertentu,” kata dia.

Baca Juga: Pergerakan Penumpang di Bandara Balikpapan Naik, AP I: Banyak Tamu IKN

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya