Legenda Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung Kutai

Cerita rakyat masyarakat Kutai Kartanegara

Samarinda, IDN Times - Ada berbagai macam legenda yang menghiasi Indonesia. Salah satu legenda yang terkenal adalah asal usul raja-raja Suku Tunjung Kutai di Kalimantan Timur (Kaltim). Dalam sejarah Suku Tunjung Kutai merupakan salah satu anak suku dari 28 Suku Dayak.

Suku ini mendiami wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).  Sebagian suku ini mendiami tepian Sungai Bengkalang dan Mahakam.

Berikut legenda asal usul raja-raja Suku Tunjung Kutai yakni:

1. Suku terkenal dari Kabupaten Kukar

Legenda Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung KutaiCerita rakyat Banten (https://dongengceritarakyat.com)

Suku Tunjung Kutai merupakan salah satu suku yang mendiami Kabupaten Kukar. Pada zaman dulu suku ini dikenal dan dipimpin oleh raja secara turun temurun. Di daerah Kaltim, dulu ada dua orang bersaudara. Dua orang itu bernama Gah Bogan dan Suman. Gah Bogan sendiri tinggal di negeri bernama Linggang.

Negeri ini letaknya tidaklah jauh dari Sungai Bengkalang. Lalu Suman sendiri menetap di negeri Londong, sebelah kanan Sungai Mahakam.

Baca Juga: 10 Tempat Indekos Murah di Samarinda

2. Istri Gah Bogan melahirkan anak kembar

Legenda Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung KutaiCerita rakyat Banten (Youtube/Dongeng Kita)

Pada suatu hari, istri dari Gah Bogan yang bernama Gah Bongek melahirkan 8 orang anak. Hal yang terjadi setelah melahirkan adalah, pasangan suami istri itu justru membuang anaknya di Sungai Mahakam. Hal ini terjadi karena impitan ekonomi yang cukup sulit.

Tak berselang lama, yakni beberapa tahun kemudian. Gah Bongek melahirkan anak lagi yang jumlahnya sama yakni 8 orang. Kedua pasangan ini bahkan sepakat untuk membuang seluruh anaknya ke dalam hutan.

Tak berlangsung lama kemudian, istri dari Gah Bogan melahirkan lagi. Ini adalah yang ke 3 kalinya Gah Bongek melahirkan. Ia pun mendapatkan anak kembar kembali yang jumlahnya 8 anak. Namun di momen ke 3 kalinya ini, Gah Bongek memutuskan untuk merawat ke 8 orang anaknya. Ke delapan anaknya tersebut diberi nama yakni Sangkariak Igas, Sangkariak Laca, Sangkariak Lani, Sangkariak Inggih, Sangkariak Injung, Sangkariak Kebon, Sangkariak Lanan, dan yang paling bungsu bernama Sangkariak Daka.

3. Ke 8 anaknya yang tumbuh dewasa

Legenda Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung KutaiCerita Radin Jambat, Si Anak Emas dari Lampung. (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).

Waktu terus berjalan dan ke delapan saudaranya pun akhirnya tumbuh dewasa. Mereka mendirikan sebuah pemukiman dekat pinggir Sungai Bengkalang. Keseharian mereka adalah mencari ikan di sungai. Ikan-ikan itu untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Suatu hari ketika mereka sedang makan bersama terdengarlah suara gaib yang berasal dari langit. “Jo jo sambut disambut mati, tidak sambut mati,” itulah kata yang terdengar jelas di telinganya.

Setelah mendengar suara gaib tersebut, lantas Sangkariak Kebon turut menyaut. “Ulur mati habis, tidak terulur mati lumus."  Tak berangsur lama kemudian, turun lah sebuah kelengkang ( sejenis keranjang ) yang terulur dengan tali seolah-olah benda itu turun dari langit.

Kelengkang tersebut ternyata berisikan bayi laki-laki tampan yang tangannya menggenggam sebutir telur tepat di tangan kanannya. Mereka pun senang telah mendapat hadiah dari Ape Bongan Tana (Tuhan).

4. Suara letusan dari kayu

Legenda Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung KutaiCerita Radin Jambat, Si Anak Emas dari Lampung. (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).

Tak berselang lama kemudian, ada letusan hebat datang. Kedelapan bersaudara itu melihat kembali untuk memastikan letusan tersebut. Ternyata letusan itu berasal dari tumbukan kayu bakar. Setelah diperiksa secara saksama, ternyata tumpukan kayu tersebut mengeluarkan seorang bayi perempuan yang cantik rupawan. Di tangan bayi tersebut didapati sedang memegang telur ayam. Bayi tersebut kemudian diberi nama yakni Muk Bandar Bulan.

Setelah waktu berlalu, Putri Muk Bandar Bulan tumbuh menjadi seorang anak yang pintar. Hal itupun membuat sang putri diangkat menjadi ratu di sebuah negeri Tanah Junjung. Tak berselang lama datanglah seorang raja yang bernama Aji Julur Dijangkat. Mereka berdua bertemu dan saling sapa-menyapa. Tak berlangsung lama karena mereka cocok, akhirnya mereka berdua menikah.

Legenda tersebut menceritakan tentang kedua pasangan yang dipertemukan. Hal yang bisa diambil dari cerita tersebut adalah pentingnya keutamaan sifat adil.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Travel Agent dari Balikpapan ke Samarinda

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya