Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikan

#AkuPerempuan Tanpa beliau, jamu bisa saja punah

Bagi pecinta dunia kecantikan, nama Mooryati Soedibyo pasti tidak asing lagi. Ialah pendiri produk kosmetika, skincare, serta aneka jamu bermerek Mustika Ratu. Merek legendaris ini masih eksis sampai sekarang meskipun menggunakan bahan-bahan warisan tradisi keraton.

Bagaimana sebenarnya perjuangan Mooryati saat membangun Mustika Ratu? Bagaimana ia menghadapi belenggu seorang perempuan saat hendak maju? Mari kita simak kisah Mooryati Soedibyo, penyelamat warisan tradisi lewat dunia kecantikan berikut!

1. Lahir di lingkungan keraton, Mooryati mendapatkan pendidikan tradisional. Di antaranya adalah meramu jamu & kosmetika tradisional

Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikaninstagram.com/fatmaayuu

Mooryati lahir pada 5 Januari 1928. Ayahnya adalah KRMTA Poornomo Hadiningrat dan kakeknya adalah Sri Susuhunan Paku Buwono X Keraton Surakarta. Sejak usia tiga tahun, ia sudah tinggal di lingkungan keraton. Dari tata krama, seni tari, karawitan, membatik, ilmu tumbuh-tumbuhan berkhasiat, meracik jamu, sampai kosmetika tradisional bukanlah hal yang jamak untuknya. Semua telah dipelajarinya sedari ciliki.

Namun, siapa yang mengira pendidikan yang didapat Mooryati akan menentukan masa depannya kelak? Barangkali, ia sendiri pun tak pernah menyana.

2. Lantaran gemar minum jamu, Mooryati mengembangkannya jadi usaha. Awalnya diberikan ke teman, lama-lama dijual ke berbagai negara

Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikaninstagram.com/officialputeriindonesia

Sejak masih muda, minum jamu sudah jadi kegemarannya. Sampai sekarang, jamu beras kencur adalah favoritnya. Konon, jamu buatannya sendiri itulah yang jadi rahasia awet muda serta sehatnya. Tidak mengherankan kalau Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) memberikannya penghargaan Empu Jamu atas kecintaannya atas jamu.

Namun, kecintaan tersebut tidak ia gunakan sendiri. Pada tahun 1973, ia mengembangkan sebuah usaha jamu tradisional. Awalnya jamu yang menggunakan resep Keraton Surakarta tersebut hanya diberikan ke teman-temannya. Sejak dikembangkan jadi bisnis, produknya tersebar ke Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur Tengah, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

3. Mooryati juga mengembangkan produk kosmetika Mustika Ratu yang tidak meninggalkan faedah bahan-bahan alami dalam komposisinya

Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikaninstagram.com/mustikaratuind

Mustika Ratu yang kini bernaung di bawah PT. Mustika Ratu Tbk, bukanlah produk yang asing lagi buat pecinta kecantikan. Namanya sudah dikenal ketika ibu kita masih remaja hingga generasi millennials. Ia didirikan pada tahun 1975 dan tidak meninggalkan dasar pengetahuan Mooryati sendiri tentang khasiat tumbuhan tradisional serta aneka jamu.

Beberapa produknya seperti minyak zaitun, minyak cendana, lulur kocok, hingga kosmetik berbahan daun kelor adalah buktinya. Meski banyak pesaing baru di dunia kosmetik, Mustika Ratu tetap bertahan dan tetap mendapat hati. Kini, tampuk kepemimpinan perusahaan ini telah diteruskan pada anak keduanya yaitu Putri Kuswinu Wardani.

3. Tergerak membawa perempuan Indonesia berprestasi di kancah internasional, Mooryati luncurkan ajang Puteri Indonesia pada tahun 1990

Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikaninstagram.com/putri_k_wardani209
dm-player

Aktif keluar negeri untuk mengadakan seminar dan pameran, Mooryati berkesempatan menyaksikan Miss Universe di Bangkok pada tahun 1990. Dari situ, ia tergerak meluncurkan ajang Puteri Indonesia pada tahun yang sama. Motivasinya sederhana, ingin membuat perempuan Indonesia percaya diri dan berprestasi di kancah internasional.

Untuk mengeksekusinya, Moor (sapaan lain Mooryati) mengajukan ide ke Badan Pengembangan Eksport Nasional. Seolah mendapat angin segar, idenya disetujui. Yayasan Puteri Indonesia dibentuk dengan ia sendiri yang jadi Ketua Umum.

Meski sempat mendapat tentangan masyarakat dan sempat vakum di tahun-tahun jatuhnya Order Baru, Pemilihan Puteri Indonesia tetap berjalan hingga kini. Tercatat, beberapa perwakilan Indonesia berhasil mencapai posisi 20 hingga 15 besar.

Baca Juga: Silvia Halim, Perempuan Brilian & Tangguh di Balik MRT Jakarta

4. Meski konsisten menjaga warisan tradisi, ia tak akan bisa seperti sekarang kalau tidak mendobrak stigma seorang puteri pada masanya

Mooryati Soedibyo, Penyelamat Warisan Tradisi Lewat Dunia Kecantikaninstagram.com/mooryatisoedibyo

Saat memulai bisnis jamunya, Moor bukannya tidak menghadapi tantangan. Kala itu, ia merupakan istri seorang PNS dan tidak boleh berdagang. Namun ia tetap gigih meminta izin agar dapat menambah kebutuhan hidup keluarga. Usai izin didapat, giliran cibiran yang datang.

Bagaimana tidak? Citra seorang puteri pada masa itu adalah tabu berdagang. Hal ini dianggap merendahkan diri, apalagi kalau yang dijual adalah jamu gendong. Namun ide Moor sudah melampaui batas yang dipikirkan orang lain. Ia ingin mengembangkan jamu yang bisa diteliti.

Usahanya berhasil. Jika saat itu ia tidak mendobrak stigma yang ada, tak akan seperti sekarang namanya. Bahkan bukan hanya dikenal sebagai Empu Jamu lagi, perempuan ini berhasil mencapai posisi Wakil Ketua MPR RI pada masa jabatan 2004-2009 lho!

5. Kini, usianya telah mencapai 91 tahun. Meski begitu, sosoknya masih terlihat bugar dan prestasi yang ditorehkan semakin bertambah

Moor pernah tercatat menjadi produser dan penulis skenario untuk film "Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta". Selain sebagai Empu Jamu, ia juga tercatat oleh MURI sebagai peraih gelar doktor tertua di Indonesia lantaran semangat belajarnya yang tak kunjung usai.

Ia juga sempat masuk di nomor tujuh dalam daftar 99 wanita paling berpengaruh di Indonesia 2007 versi Globe Asia. Jika dirunut lagi, pasti ada lebih banyak prestasi terkini yang diukirnya. Salut!

Itulah kisah Mooryati Soedibyo, penyelamat warisan tradisi lewat dunia kecantikan. Ada sejumlah hikmah yang bisa kita petik dari pengalaman hidupnya. Pertama, jangan ragu keluar dari batas belenggumu jika ingin maju dan jadilah perempuan kuat serta bermanfaat.

Kedua, belajarlah dari hal-hal kecil di sekelilingmu. Niscaya, itu bisa jadi pijakan pertamamu untuk sukses. Ketiga, tetap cintai warisan tradisimu meski dunia semakin modern. Tanpa adanya peran Moor, bukan tidak mungkin jamu dan ramuan berkhasiat lainnya punah atau diklaim pihak lain.

Baca Juga: Retno Marsudi, Menlu Perempuan Pertama yang Sempat Digaji Rp57 ribu

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya