Kisah Ibnu Sina, Sembuhkan Pangeran yang Delusi dan Minta Disembelih

Sakit juga disebabkan oleh kondisi kejiwaan yang lemah

Jakarta, IDN Times - Dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern, nama Ibnu Sina tidak asing bagi umat Muslim. Di dunia Barat, Ibnu Sina dikenal dengan nama yang terpengaruh bahasa Latin, yakni Avicenna.

Salah satu teori kesehatan yang sangat terkenal dari Ibnu Sina adalah sakit tidak melulu disebabkan oleh lemahnya fisik, tetapi bisa juga disebabkan oleh kondisi kejiwaan yang lemah.

Teori ini ditemukannya ketika menangani seorang pasien yang sakit secara fisik, tetapi bukan disebabkan karena gangguan fisik melainkan kejiwaannya sedang melemah.

Sehingga, Ibnu Sina tidak saja seorang dokter, tetapi juga seorang psikolog yang sangat mengerti persoalan-persoalan perilaku seseorang sebagai cerminan dari kejiwaannya. 

Dikutip dari nu.or.id, berikut kisah Ibnu Sina, seorang ilmuwan sekaligus filsuf Muslim yang terkenal di dunia kedokteran, saat menolong seorang pangeran yang mengalami gangguan kejiwaan delusi.

Baca Juga: 7 Ilmuwan Muslim yang Lahir Saat Masjid Jadi Pusat Kegiatan Masyarakat

1. Ibnu Sina dipanggil untuk mengobati sang pangeran yang delusi

Kisah Ibnu Sina, Sembuhkan Pangeran yang Delusi dan Minta DisembelihIlustrasi pasien COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun

Pada suatu hari Ibnu Sina dipanggil seorang pejabat tinggi sehubungan adanya seorang pangeran yang sedang terganggu jiwanya.

Gangguan itu adalah melankoli dan halusinasi dan kemudian berkembang menjadi delusi. Delusi adalah jenis gangguan mental di mana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan.

Pangeran itu bernama Buyhid yang mengalami gangguan kejiwaan delusi. Pangeran Buyhid merasa dan berpikir dirinya adalah seekor sapi, sehingga berperilaku seperti binatang ternak berkaki empat tersebut.

Sang pangeran sudah tidak mau makan dan minum selayaknya manusia. Lantaran semua hidangan yang disajikan tidak cocok untuknya yang merupakan seekor sapi. Akibatnya, badan sang pangeran kurus kering dan sangat lemah.

2. Dengan kecerdasannya, Ibnu Sina bisa menyembuhkan sang pangeran

Kisah Ibnu Sina, Sembuhkan Pangeran yang Delusi dan Minta Disembelihwardahbooks.com

Ketika Ibnu Sina datang dan bertemu dengan sang pangeran, ia mengatakan kepada sang pangeran bahwa ia akan segera disembelih dan sang jagal pun telah tiba. Mendengar kabar itu, sang pangeran sangat kegirangan karena selama ini memang hal itu yang di tunggu-tunggu. 

Kemudian, Ibnu Sina memerintahkan kedua temannya untuk mengikat kedua lengan sang pangeran secara ketat dan kuat. Tak lama, Ibnu Sina datang ke tempat tersebut sambil mengacungkan sebuah pisau yang sudah diasahnya dengan batu supaya terlihat sangat tajam.

Ibnu Sina pun berpenampilan layaknya seorang jagal yang sangat kejam. Setelah itu, sang pangeran membaringkan diri dan Ibnu Sina berakting seolah akan menyembelihnya. Ibnu Sina pun menyentuh lengan dan beberapa bagian dari tubuh sang pangeran.

“Sapinya sangat lemah dan mudah remuk, tidak ada gunanya menyembelih binatang yang sedemikian lemah,” ujar Ibnu Sina kepada sang pangeran.

Ibnu Sina lalu menyarankan agar sapi makan terlebih dahulu hingga kenyang baru kemudian dapat disembelih. Makanan itu telah dicampuri obat yang tepat dengan dosis yang pas oleh Ibnu Sina. Sang pangeran pun perlahan-lahan membaik keadaannya dan akhirnya sembuh baik secara jasmani maupun rohani. 

3. Sebelumnya, beberapa dokter telah didatangkan untuk sembuhkan pangeran

Kisah Ibnu Sina, Sembuhkan Pangeran yang Delusi dan Minta DisembelihIlustrasi laboratorium. (Dok. Humas Jabar)

Sebelumnya, beberapa dokter telah didatangkan untuk mendiagnosis penyakit sang pangeran, tetapi tak seorang pun yang memahami penyakitnya. Mereka tak mampu mendiagnosis penyakit pangeran, terutama ketika ia minta disembelih layaknya binatang kurban dalam rangka merayakan Hari Idul Adha.

Para dokter tersebut satu per satu mengundurkan diri. Dalam keadaan seperti itu, seorang pejabat tinggi bernama Allau Dullah sangat mencemaskan keadaan sang pangeran. Kemudian ia memerintahkan kepada pejabat di bawahnya, Khwaja Abu Ali, untuk memohon izin sang Raja mendatangkan Ibnu Sina guna menangani penyakit sang pangeran. 

Ibnu Sina menyanggupi permintaan itu dengan catatan, tidak boleh ada seorang pun campur tangan terhadap cara sang dokter sekaligus ulama hafiz Qur’an itu dalam memberikan psikoterapi terhadap sang pangeran. Kesanggupan itu sangat penting, sebab pada saat itu belum banyak orang paham bagaimana sebuah psikoterapi diterapkan.

Secara teoritis, psikoterapi adalah sebuah bentuk interaksi antara pasien dan terapis yang bertujuan untuk membantu pasien melalui masa-masa sulit, dan mempelajari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah dalam hidup.

Terapi ini bersifat terbuka dan tanpa paksaan, yang berarti baik pasien maupun terapis akan sama-sama mencari jalan keluar yang terbaik.

Baca Juga: 5 Fakta Ibnu Sina, Polimatika Berpengaruh di Zaman Keemasan Islam

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya