Banyak Kasus COVID-19 Terjadi di Pasar, Pakar: Tak Belajar dari Wuhan

#NormalBaru dan #HidupBersamaCorona

Jakarta, IDN Times - Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) dr Pandu Riono menanggapi adanya peningkatan kasus virus corona atau COVID-19 di pasar tradisional.

Menurut Pandu, keberadaan kasus di pasar tradisional seharusnya sudah bisa diperkirakan sejak awal. Sebab, kasus pandemik pertama kali terjadi di pasar basah terbesar di kota Wuhan, Tiongkok.

Hal itu seharusnya bisa lebih dahulu dijadikan patokan, untuk mengantisipasi penyebaran kasus virus corona di Indonesia.

"Jadi dari sejarah kita tahu dari awal pandemik, karena dari awal kita bingung atau gak mau belajar, ya pasar kita abaikan, padahal harusnya kita tata," kata Pandu dalam program Ngobrol Seru by IDN Times dengan tajuk 100 Hari Pandemik Global-Workshop Meliput COVID-19, yang tayang secara daring, Sabtu (20/6). 

1. Peningkatan kasus virus corona adalah efek dari interaksi di pasar

Banyak Kasus COVID-19 Terjadi di Pasar, Pakar: Tak Belajar dari WuhanDr. Pandu Riono dalam Ngobrol seru by IDN Times dengan tema "100 Hari Pandemik Globql: Workshop Meliput COVID-19" (IDN Times/Besse Fadhilah)

Pandu juga mengatakan peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang ditemukan di pasar tradisional, akibat dari kegiatan interaksi yang berpotensi menyebabkan penularan.

Dia mengatakan, sebaiknya pasar tradisional bisa ditata lebih baik dengan mengedepankan konsep bersih dan sehat.

"Sejak awal kita lihat jejak omongan saya, pasar tradisional harus ditata karena bisa menjadi potensial klaster," kata Pandu.

Baca Juga: Bertambah Lagi, Kini Ada 701 Kasus Virus Corona di Pasar Tradisional

2. Saling lempar tanggung jawab

Banyak Kasus COVID-19 Terjadi di Pasar, Pakar: Tak Belajar dari WuhanWarga memadati pasar tradisional di Kota Bandar Lampung, Lampung walaupun kota tsb ditetapkan oleh pusat sebagai zona merah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Ardiansyah/

Menurut Pandu, keadaan yang terjadi saat ini juga akibat koordinasi dan penanganan, serta perhatian pada pasar tradisional yang terbilang lambat.

Dia juga mengatakan tak jarang pemangku kebijakan saling lempar tangan, untuk menangani dan mengurus pasar tradisional di tengah pandemik.

"Kementerian bilang itu bukan tanggung jawab mereka, itu tanggung jawab pemerintah daerah, pemerintah daerah akhirnya bilang itu tanggung jawabnya pemerintah lokal, camat. Semua lempar-lemparan, padahal itu harus benar-benar serius itu harus di tata," kata dia.

3. Penataan sirkulasi hingga arus interaksi pedagang dan pembeli

Banyak Kasus COVID-19 Terjadi di Pasar, Pakar: Tak Belajar dari WuhanPasar Induk Kramat Jati (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Maka itu, Pandu menyarankan agar pasar tradisional bisa ditata dengan memperhatikan beberapa hal. Salah satunya dengan mengatur sirkulasi udara, agar kondisi pasar tidak pengap. 

Selain itu, dia menyarankan, arus pembeli dan pedagang juga harus diatur supaya interaksi mereka tetap menjaga jarak di pasar tradisional.

Pandu juga tengah menggalakkan gerakan memakai masker yang akan ia lakukan di pasar tradisional. Karena ia merasa, saran dari para ahli tidak diperhatikan secara serius.

4. Penanganan kebijakan di pasar harus sistematis dan direncanakan

Banyak Kasus COVID-19 Terjadi di Pasar, Pakar: Tak Belajar dari WuhanPelaksanaan rapid test massal di sejumlah pasar di Denpasar pada Sabtu (20/6). (Dok.IDN Times/Humas Pemkot Denpasar)

Menurut Pandu, lebih baik ada penanganan yang sistematis dan direncanakan dengan matang, agar tidak menjadi bumerang pada aktivitas serta pedagang di pasar. Karena sebelumnya, perhatian kepada pedagang sangat minim dan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

"Sekarang saja kelabakan, dan kemudian intervensinya jadi tumpang tindih, ada pasar yang tutup kemudian melakukan rapid test," ujar dia.

Baca Juga: 49 Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Positif COVID-19, Pasar Ditutup?

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya