Kisah Penumpang Pesawat di Masa Pandemik, Cemas tapi Tetap Berangkat

Protokol kesehatan wajib diterapkan agar tak tertular corona

Balikpapan, IDN Times - Berpergian di tengah pandemik virus corona itu 'ngeri-ngeri sedap'. Ada perasaan was-was takut tertular virus berbahaya ini, namun karena keperluan pekerjaan atau kepentingan yang tak bisa dihindari membuat seseorang mesti menuju ke kota atau bahkan negara lain.

Salah satu moda transportasi yang mulai bangkit dan ramai digunakan saat pandemik adalah pesawat terbang. Protokol kesehatan pun diterapkan di semua bandara dan maskapai yang wajib dipatuhi oleh para penumpang untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran virus corona.

Berikut IDN Times sajikan beberapa kisah pengalaman penumpang pesawat terbang yang tetap berpergian di tengah pandemik. 

1. Penumpang menjalani pemeriksaan berlapis di bandara

Kisah Penumpang Pesawat di Masa Pandemik, Cemas tapi Tetap Berangkatilustrasi validasi dokumen kesehatan di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan (IDN Times/Mela Hapsari)

Salah seorang penumpang asal Balikpapan, Sabrina (38) menuturkan, ia berpergian dari Balikpapan ke Jakarta untuk menengok orangtuanya yang sakit. Saat berangkat pesawat yang ditumpanginya tak menerapkan seat distancing.

"Saya maunya naik pesawat yang seat distancing tapi jam penerbangannya gak cocok, jadi terpaksa menggunakan pesawat lain yang duduk tanpa jarak antar penumpang," kata Sabrina saat dihubungi IDN Times pada Senin (22/12/2020).

Ia terbang ke Jakarta pada 18 Desember lalu saat hari pertama mulai diterapkan rapid test antigen. Padahal ia dan keluarganya sudah terlanjur menjalani rapid test antibodi beberapa hari sebelumnya.

"Sudah tidak ada waktu lagi, tahunya harus rapid test antigen sudah terlalu malam. Takut juga kalau gak bisa berangkat. Tapi saya menelpon call center, kata pihak maskapai tidak apa-apa pakai rapid test antibodi. Jadi saya dan keluarga akhirnya memutuskan tetap menggunakan rapid test antibodi biasa," katanya.

Sabrina juga menuturkan, saat itu ia berangkat ke Jakarta menggunakan pesawat pagi. Sejak dini hari, ia dan keluarganya sudah bersiap diri dan pergi ke bandara.

Mulai dari pintu masuk keberangkatan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, pemeriksaan berlapis dilalui. Suhu tubuh, tiket, identitas, serta pemeriksaan surat keterangan nonreaktif virus corona yang harus mendapatkan validasi dari pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) bandara. 

"Syukurlah masih bisa berangkat ke Jakarta, mungkin karena masih hari pertama pelaksanaan peraturan wajib rapid test antigen," kata Sabrina.

Saat pulang dari Jakarta ke Balikpapan pada 21 Desember kemarin, ternyata ia masih diizinkan menggunakan hasil pemeriksaan rapid test antibodi yang dimilikinya. Ia bersyukur tak harus mengeluarkan uang ekstra demi membayar biaya rapid test antigen yang tak murah.

"Waktu pulang ke Balikpapan, dari pihak bandara dan maskapai masih boleh pakai surat keterangan nonreaktif rapid test biasa. Tapi petugas maskapai mengingatkan kalau berpergian lagi harus pakai yang rapid test yang antigen," katanya.

Selain itu, ia juga menuturkan di masa pandemik ini, setiap penumpang wajib mengisi eHAC (electronic Health Alert Card) yang wajib ditunjukkan ke petugas saat tiba di bandara yang dituju.

Baca Juga: Ingin Pulang, Pria Nekat Berenang Pakai Galon dari Balikpapan ke Jawa

2. Pakai masker, face shield, serta membersihkan area kursi penumpang

Kisah Penumpang Pesawat di Masa Pandemik, Cemas tapi Tetap Berangkatilustrasi pesawat di bandara (IDN Times/Mela Hapsari)

Sabrina mengaku ini bukan pertama kalinya keluar kota dengan pesawat terbang. Selama pandemik ini ia sudah berpergian ke beberapa kota zona merah COVID-19, seperti Bandung, Semarang dan Jakarta.

"Yang penting tetap waspada, lakukan protokol kesehatan dengan disiplin," ujarnya. 

"Saya, anak, dan suami dari rumah sudah memakai masker medis dan face shield. Kami juga membawa hand sanitizer masing-masing. Khawatir sih, Jakarta kan zona merah dan kasus COVID-19 nya tinggi," katanya.

Saat masuk pesawat, ia dan keluarganya mengelap kursi masing-masing menggunakan tisu basah antiseptik. Juga sandaran tangan, meja, besi di sabuk pengaman, area dekat jendela, serta bagian lain yang mungkin disentuh semua dibersihkan. Tak lupa ia juga menggunakan hand sanitizer.

"Saya agak parno, jadi mungkin berlebihan. Tapi lebih baik mencegah agar tidak tertular virus corona," katanya.

3. Mengajarkan anak tentang virus corona melalui komik

Kisah Penumpang Pesawat di Masa Pandemik, Cemas tapi Tetap BerangkatDok.IDN Times/Istimewa

Sementara itu, Julian (33), seorang penumpang asal Jakarta mengaku tak cemas berpergian menggunakan pesawat terbang ke Bali bersama keluarganya karena pesawat yang ditumpanginya waktu itu sepi penumpang. Ia terbang untuk berlibur ke Bali pada16 Desember lalu. 

"Pengalaman naik pesawat di kala pandemi, tentunya terasa berbeda karena maskapai yang kami pilih menerapkan social distancing di dalam pesawat. Sehingga kondisi dalam pesawat terasa lowong dan tidak padat," katanya.

Ia, istri, serta kedua anaknya pun menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan. "Kami sendiri menggunakan masker lengkap dengan face shield untuk seluruh anggota keluarga supaya lebih aman dan tenang," ujarnya.

Kedua anaknya yang berusia empat dan sembilan tahun sudah menyadari bahaya virus corona sehingga tidak rewel saat mengenakan masker dan face shield, terutama ketika di bandara dan pesawat.

"Jadi sudah paham dan sadar kalo bahayanya corona plus corona ada dimana-mana. Jadi mereka yang ngerem sendiri (saat ingin membuka masker dan face shield)," kata Julian.

Julian yang saat ini masih berada di Bali mengatakan, ketika pulang pada awal Januari 2021 nanti, ia dan keluarga akan mengikuti rapid test antigen sebagai persyaratan untuk masuk ke Jakarta.

"Tak masalah, ikut aturan saja," ujarnya.

4. Menghindari makan dan minum di dalam pesawat

Kisah Penumpang Pesawat di Masa Pandemik, Cemas tapi Tetap BerangkatPenerapan seat distancing atau jarak antar kursi penumpang di dalam pesawat (IDN Times/Mela Hapsari)

Lain lagi cerita Ervandi (42), penumpang pesawat asal Semarang. Selama pandemik COVID-19 ini ia sudah berpergian ke banyak kota karena urusan pekerjaan. Ia pernah ke Jakarta, Bandung, Balikpapan, Pontianak, dan beberapa kota lainnya. 

Ia mengaku cemas setiap berpergian menggunakan kendaraan umum seperti pesawat terbang. "Sebenarnya, takut tertular COVID tapi karena pekerjaan ya tetap harus berangkat," ujarnya.

Menyadari bahaya virus corona, Ervandi mengatakan selalu waspada saat di pesawat terbang. "Saya melakukan 3M secara ketat, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan atau hand sanitizer khususnya saat di bandara dan di pesawat," katanya.

Selain itu ia juga menghindari untuk membuka masker saat di pesawat. "Sebisa mungkin di pesawat dengan ruangan yang tertutup, sebaiknya tidak melepas masker walaupun untuk makan dan minum," ujarnya.

Sepulangnya ke kota asal, ia juga selalu melakukan rapid test ulang untuk mengetahui kondisi kesehatannya sekaligus menghindari penularan kepada anggota keluarga dan rekan-rekan sekantornya. Ia bersyukur selama ini ia sehat.

"Setelah berpergian saya selalu rapid test ulang. Ini saya baru saja rapid test antigen setelah pulang dari Jakarta kemarin," kata Ervandi. 

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times

Baca Juga: Nataru, Wali Kota Balikpapan Atur Pernikahan hingga Tempat Wisata

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya