Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Balikpapan

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah

Balikpapan, IDN Times - Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan oleh para pahlawan dengan keringat, darah, dan air mata. Sudah sepantasnya kita mengenang jasa para pahlawan. Balikpapan sebagai kota yang kaya minyak bumi menjadi incaran para penjajah untuk dikuasai. Tak heran pertempuran berkali-kali meletus di Kota Minyak ini.

Jejak sejarah masih ada di beberapa lokasi cagar budaya dan museum untuk mengenang masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kota Minyak, baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang. 

Berikut ini IDN Times hadirkan kisah sejumlah jejak sejarah di Balikpapan yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Sumur Mathilda

Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di BalikpapanSumur Minyak Mathilda Balikpapan. Dok.IDN Times/Istimewa

Salah satu lokasi bersejarah di Balikpapan adalah Sumur Mathilda (Mathilde) yang merupakan sumur pengeboran minyak pertama di Balikpapan. Jacobus Hubertus Menten (1833 -1920) seorang insinyur dari Belanda menjadi penemu minyak di Balikpapan pada tahun 1897.

Mathilda  adalah nama anak dari J.H. Menten. J.H. Menten dan Mr. Adam dari Firma Samuel & Co. merupakan pemenang hak konsesi pengeboran yang telah mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai. 

Pada masa Perang Dunia II, Pelabuhan Balikpapan dan kilang minyak Balikpapan dikuasai oleh tentara Jepang karena mereka memerlukan bahan bakar untuk armada perang. Namun, Belanda menghancurkan lapangan-lapangan minyak agar tak bisa dimanfaatkan oleh Jepang, seperti kilang minyak Tarakan.

Semula tentara Belanda juga akan menghancurkan kilang Balikpapan, namun Jepang mengancam akan membunuh semua orang Belanda jika kilang minyak dihancurkan. Tanggal 20 Januari 1942, saat Jepang menyerang Balikpapan, ternyata pelabuhan dan kilang minyak di Balikpapan tak dihancurkan oleh tentara Belanda dan dibiarkan utuh.

Selamat dari penghancuran tentara Belanda, kilang minyak Balikpapan justru rusak parah karena serangan bom tentara sekutu di tahun 1945. Setelah Indonesia merdeka, tahun 1950 Pemerintah Indonesia membangun kembali kilang minyak Balikpapan. 

Pada sumur minyak pertama di Balikpapan ini didirikan Monumen Sumur Minyak Mathilda yang berlokasi di ujung Jalan Minyak Kilang Pertamina atau Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Prapatan, Balikpapan.

Bahkan, hari lahir kota Balikpapan, 10 Februari 1897, ditetapkan sama dengan hari pengeboran pertama minyak di Balikpapan di Sumur Minyak Mathilda.

Sayangnya, situs bersejarah ini tak bisa diakses oleh masyarakat umum karena tertutup pagar. Monumen Sumur Mathilda ini dimiliki dan dikelola oleh Pertamina yang dahulu bernama N. V. Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).

Baca Juga: Konsisten Berjuang, Ini Alasan Abdoel Moeis Hassan Layak Jadi Pahlawan

2. Gua Volker

Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di BalikpapanIDN Times/Mela Hapsari

Jepang banyak membuat banyak gua di Balikpapan untuk kebutuhan perang saat itu. Jepang bertempur dengan Belanda yang dibantu tentara sekutu untuk mempertahankan wilayah Balikpapan. Gua-gua yang dibuat ini berfungsi untuk persembunyian, menyimpan amunisi perang, pertemuan para pejabat atau panglima perang, bahkan juga untuk menahan rakyat Indonesia. 

Salah satu gua peninggalan Jepang adalah Gua Volker yang terletak di pertigaan kawasan Volker, Kompleks Pertamina Gunung Dubs, Kelurahan Prapatan,  Kecamatan Balikpapan Kota.

Admin Komunitas Balikpapan Tempo Doeloe, Rosa mengatakan, "Gua Volker dulu dipakai tentara Jepang untuk persembunyian dan mengawasi musuh. Pada bulan Juli 1945, gua itu dilumpuhkan oleh tentara Australia dengan mengejar tentara Jepang di dalam gua menggunakan senjata semprot api atau fire tank," ujarnya.

Gua ini sangat penting untuk pertahanan Jepang dari tentara sekutu. Gua Volker berbentuk salib namun sudah tak tembus ke sisi perbukitan lainnya karena telah tertimbun dengan tanah. 

"Gua berbentuk salib itu katanya tembus ke Gunung Chevron dan Gunung Dubbs itu panjangnya 14 meter tapi ujungnya sudah tertimbun tanah. Tapi di sisi lain panjang sekitar 6 meter," ujar Rosa.

3. Tugu Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan

Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di BalikpapanTugu Peringatan Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan. IDN Times/Mela Hapsari

Saat Indonesia merdeka, rakyat Balikpapan terlambat mengetahui mengenai proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Masa itu sulit sekali menangkap siaran radio bahkan banyak radio yang dirusak oleh tentara Jepang.

Jadi informasi kemerdekaan RI baru diketahui melalui radio Australia beberapa bulan setelah proklamasi. Informasi juga diketahui dari pekerja BPM (N. V. Bataafsche Petroleum Maatschappij sekarang Pertamina) yang datang ke Balikpapan setelah berlayar dari Pulau Jawa.

Pada tanggal 13 November 1945 rencananya akan dikibarkan bendera merah putih secara resmi, namun gagal dilaksanakan. Saat itu, ribuan warga Balikpapan tumpah di lokasi pengibaran bendera di kawasan Karang Anyar.

"Penaikan bendera merah putih tanggal 13 November 1945, dipimpin oleh Abdul Moethalib tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) Balikpapan. Penaikan bendera merah putih 1945 gagal, Abdul Moethalib yang sedang di podium ditangkap oleh Polisi Militer Belanda," kata Prajitno Joyo Dihardjo Koesman, seorang pejuang kemerdekaan atau veteran '45. 

Abdul Moethalib yang ditangkap oleh Belanda dibebaskan keesokan harinya. Koesman menuturkan, perjuangan rakyat Balikpapan merebut kemerdekaan ini paling banyak dibantu oleh eks romusha yang sangat menderita saat penjajahan Jepang. Romusha pada zaman dahulu mengenakan celana karung.

"Mereka bersumpah tidak mau 2 kali pakai celana karung. Di Balikpapan jumlah romusha sampai puluhan ribu. Banyak sekali romusha di Kaltim karena Jepang mempertahankan Kalimantan Timur. Romusha didatangkan dari Jawa. Itulah yang mendukung perjuangan kita," ujar ayah 10 anak, cucu 23 orang, dan cicit 9 orang ini.

Abdul Moethalib yang sudah dilepaskan oleh Belanda kemudian merencanakan serangan umum. Rencananya mereka mau meledakkan pembangkit listrik di Asrama Bukit.

"Tanggal 18 November 1945 malam mau mengadakan Serangan Umum tapi gagal juga karena pasukan yang diperintahkan untuk menggranat sentral listrik gagal karena baru dilatih 2-3 hari jadi belum paham. Melempar granatnya gak pas. Seharusnya kena mesin lampu (listrik), malah kena bak air.  Paginya tanggal 19, Belanda melakukan operasi. Abdul Munthalib, Sugiyanto, dan Fatih Muhammad kita larikan keluar dari Balikpapan karena bahaya jika tiga tokoh ini tertangkap," jelas Koesman.

Pada tanggal 19 November 1945  pagi, ketiga tokoh dan keluarganya diungsikan dengan 3 buah perahu dari Penajam. Namun, hingga kini tak terdengar kabar dari 3 tokoh perjuangan ini.

Koesman menuturkan, saat 13 November 2013 pengibaran bendera merah putih memang gagal dilakukan. "Kalau orang (Balikpapan) sudah banyak mengibarkan sendiri di kampung-kampung, sulit sekali mencari kain merah dan putih. Pakai kertas atau yang lain pokoknya merah putih," jelasnya. 

Peristiwa ini kemudian diabadikan dalam bentuk tugu pahlawan atau Tugu Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan yang berdiri di kawasan kompleks Pertamina di Karang Anyar Balikpapan. 

4. Rumah Dahor

Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di BalikpapanIDN Times/ Mela Hapsari

Rumah panggung bercat putih dengan ornamen hijau, nampak berdiri di sela-sela gedung bertingkat di Balikpapan. Rumah panggung ini dulu merupakan rumah dinas bagi warga Belanda, pekerja kilang minyak Bataafsche Petroleum Matschappij  (BPM) pada tahun 1920. Berada di jalan Letjen. Suprapto, di ujung gang jalan Dahor, rumah panggung ini diberi nama sesuai nama jalannya.

Rumah Dahor di Balikpapan adalah bagian dari kompleks perumahan Pertamina.  Sembilan buah rumah panggung dipertahankan dan menjadi cagar budaya Balikpapan. Salah satu rumah dimanfaatkan menjadi museum, ada pula yang menjadi perpustakaan. Rumah Dahor ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah menarik di Balikpapan. 

Tidak hanya di jalan Dahor, ada total 15 rumah panggung yang tersebar di beberapa lokasi di Balikpapan, seperti di Jalan Lombok, Sektor II, Gunung Dubs, Prapatan, Balikpapan,  dan lokasi lainnya.

Rumah Dahor  nomor 1, difungsikan menjadi Dahor Heritage Museum yang memamerkan aneka koleksi foto kuno kota Balikpapan tempo dulu. Di sini kamu bisa melihat perjalanan sejarah Balikpapan dan eksploitasi minyak dan gas pada masa kolonial. 

Mulai dari foto Jacobus Hubertus Menten, penemu minyak pertama di Balikpapan pada tahun 1897, view Balikpapan setelah Perang Dunia II, sampai berbagai suasana kota Balikpapan zaman dahulu. Makin terasa klasik dengan foto-foto dominan hitam putih di Dahor Heritage Museum

5. Museum Meriam Jepang

Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di BalikpapanMuseum Meriam Jepang Balikpapan (IDN Times/Mela Hapsari)

Museum Meriam Jepang berada di kawasan PDAM Sidodadi Kampung Baru. Tidak ada benda lain di museum yang berada di puncak bukit ini, hanya sebuah meriam peninggalan Kaigun, Angkatan Laut Jepang pada masa Perang Dunia II di Balikpapan.

Posisinya di puncak bukit menjadi lokasi strategis untuk pertahanan dan kabarnya meriam ini banyak memakan korban tentara Australia pada masa itu. Perang Jepang melawan tentara sekutu pada masa itu adalah untuk mempertahankan Balikpapan yang kaya sumber dan memiliki kilang minyak. 

6. Museum Kodam VI/Mulawarman

Menilik 6 Jejak Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di BalikpapanMuseum Mulawarman (IDN Times/Mela Hapsari)

Dua meriam menyambut pengunjung Museum Kodam VI/ Mulawarman Balikpapan. Meriam ini adalah saksi sejarah Perang Dunia II di Balikpapan.

Museum Kodam VI/ Mulawarman ini berada di Jalan Letjen Suprapto, Kampung Baru Tengah, Balikpapan Barat. Koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan angkatan darat dipajang di museum yang dibangun pada 16 September 2008 ini. Seperti koleksi alat komunikasi, senjata dari zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang digunakan oleh tentara saat perang di Kalimantan juga koleksi foto bersejarah. 

Seperti kata Presiden RI Soekarno, ' jangan sekali-kali meninggalkan sejarah' alias jasmerah. Itulah beberapa peninggalan sejarah di Balikpapan yang semoga bisa menjadi pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia perlu perjuangan panjang tak mudah untuk diraih. Semoga menginspirasimu.  

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RI

https://www.youtube.com/embed/szsxkHb8EUo

Topik:

  • Mela Hapsari
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya