Malaysia Sarankan Perempuan Berdandan dan Tak Ceramahi Suami Saat WFH

Gak ada hubungan sama sekali dengan pencegahan virus corona!

Kuala Lumpur, IDN Times - Kementerian Urusan Perempuan Malaysia merilis kampanye online dengan tagar #WomenPreventCOVID19 atau perempuan cegah COVID-19 pada Selasa (31/3). Namun, ada dua poin dalam kampanye ini yang justru tak berhubungan sama sekali dengan pencegahan virus corona baru.

Seperti dilaporkan Reuters, dalam serangkaian poster yang diunggah di internet, kementerian memberikan saran bagi para istri selama pemerintah memberlakukan lockdown parsial yang membuat banyak perusahaan mengeluarkan kebijakan work from home atau WFH (kerja dari rumah).

1. Perempuan diminta berdandan dan tak menceramahi suami

Malaysia Sarankan Perempuan Berdandan dan Tak Ceramahi Suami Saat WFHPetugas menyemprotkan desinfektan di sebuah pasar untuk menghambat penularan virus corona baru, di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 24 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng

Salah satu poster menggambarkan seorang lelaki duduk di sofa. Kementerian pun menyarankan agar dalam situasi ini perempuan menahan diri untuk tidak bersikap sarkas ketika membutuhkan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah tangga. Tugas-tugas itu misalnya mencuci piring atau menyapu lantai.

Dalam poster lain kementerian menyarankan agar perempuan tidak menceramahi suami dan sebaiknya menggunakan humor seperti meniru suara karakter Doraemon untuk mencairkan suasana. Saran berikutnya yang tidak berkaitan dengan pencegahan virus corona baru adalah agar perempuan berdandan meski bekerja di rumah.

Baca Juga: WHO Tunjuk Malaysia Uji Coba Pengobatan COVID-19, Ada Obat Malaria-HIV

2. Netizen menilai kampanye tersebut seksis

Malaysia Sarankan Perempuan Berdandan dan Tak Ceramahi Suami Saat WFHPetugas menyemprotkan desinfektan di jalan, sebagai langkah menekan penularan virus corona di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 28 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng

Menurut Nisha Sabanayagam selaku manajer kelompok advokasi perempuan, All Women's Action Society, kampanye itu seksis sehingga layak dikritik. "[itu] sangat merendahkan baik bagi perempuan maupun laki-laki," ujarnya kepada Reuters. "Poster-poster itu mempromosikan konsep ketimpangan gender dan mengekalkan konsep patriarki."

Netizen yang melihat poster-poster itu di Facebook dan Instagram juga menganggap pemerintah bersikap konyol. Mereka meminta konten tersebut segera dihapus. "Tak ada tips soal bagaimana berhadapan dengan kekerasan dalam rumah tangga?" sindir seorang netizen. Kementerian sendiri belum menanggapi kontroversi ini.

3. Malaysia lockdown sejak pertengahan Maret

Malaysia Sarankan Perempuan Berdandan dan Tak Ceramahi Suami Saat WFHPetugas kesehatan Malaysia bersiap untuk kedatangan warga Malaysia di Bandara Internasional Kuala Lumpur di Sepang, Malaysia, pada 26 Februari 2020. ANTARA FOTO/Malaysia's Ministry of Health/Muzzafar Kasim/Handout via REUTERS

Malaysia telah melaporkan sebanyak 2.626 kasus COVID-19 di mana 43 di antaranya meninggal dunia. Sejak 18 Maret, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan lockdown. Aturan ini berlaku hingga 14 April seperti yang telah diumumkan oleh Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.

Mayoritas bisnis pun tutup untuk sementara waktu, kecuali yang dianggap melayani kebutuhan dasar masyarakat seperti supermarket dan apotek. Pemerintah juga melarang warga bepergian keluar negeri serta menginstruksikan polisi untuk mendirikan penghalang jalan guna mencegah aktivitas yang dinilai tidak penting. Militer diturunkan untuk memastikan aturan dipatuhi masyarakat.

Terbaru, seperti dilaporkan Bloomberg, pemerintah memberlakukan jam operasional bagi beberapa usaha. Kedai, restoran dan stasiun pengisian bahan bakar hanya boleh buka dari pukul 08.00 pagi sampai 20.00 malam. Sementara taksi dan ojek online sejak pukul 06.00 pagi hingga 22.00 malam. Pemerintah juga menegaskan hanya boleh ada satu orang dalam satu kendaraan pribadi.

Baca Juga: WNI di Malaysia Dilarang Pulang, Pemerintah Siap Kirim Bantuan

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya