Rasisme kepada Orang Asia Meningkat Akibat Virus Corona

Prasangka orang Asia pasti terinfeksi virus corona meluas

Beijing, IDN Times - Wabah virus corona jenis baru yang bermula muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, menimbulkan persoalan lain. Warga Asia atau keturunan Asia di sejumlah negara menjadi target rasisme dan xenofobia. Ini terjadi terutama kepada orang-orang Tiongkok.

Misalnya, dalam dilaporkan The Japan Times, asosiasi pertukaran kebudayaan internasional di kota Shimada membatalkan agenda bersama warga Tiongkok, dengan alasan "khawatir terhadap penyebaran virus".

Pemerintah Tiongkok menginformasikan per Selasa (11/2) total pasien yang meninggal akibat virus corona mencapai 1.016 jiwa. Total kasus di seluruh dunia dalam periode yang sama sebanyak 42.638. Angka-angka ini lebih besar dibandingkan ketika wabah Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS) terjadi pada 2003.

1. Kampus di Hungaria melarang mahasiswa Tiongkok masuk kelas

Rasisme kepada Orang Asia Meningkat Akibat Virus CoronaPenumpang kapal pesiar World Dream pergi dengan bus setelah masa karantina atas penularan virus corona baru berakhir di Kai Tak Cruise Terminal di Hong Kong, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Media Hungaria, Napi.hu, melaporkan pada awal Februari lalu Universitas Teknologi dan Ekonomi Budapest mengeluarkan surat edaran berbahasa Inggris, kepada mahasiswa dari Tiongkok.

Surat tersebut berisi larangan kepada mereka masuk kelas sampai 16 Februari. Tidak peduli, apakah mereka baru kembali dari Tiongkok atau tidak. Salah satu mahasiswa secara terbuka menilai keputusan kampus rasis.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan kasus corona bisa menimbulkan kesalahpahaman yang berlanjut menjadi kepanikan sia-sia. Karena itu, WHO mengimbau agar pekerja medis, pemerintah, dan berbagai organisasi terkait, menyampaikan informasi akurat tanpa melakukan langkah berlebihan.

Baca Juga: Kemlu Pulangkan Lagi WNI dari Tiongkok di Tengah Wabah Virus Corona 

2. Dari Eropa Hingga Asia, rasisme terpampang nyata

Rasisme kepada Orang Asia Meningkat Akibat Virus CoronaPetugas medis dengan pakaian pelindung menerima pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang diubah menjadi rumah sakit sementara bagi pasien dengan gejala ringan akibat virus corona, di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

The New York Times juga mendokumentasikan sejumlah aksi rasis terhadap warga Asia di Prancis. Bahkan, tak tanggung-tanggung, koran Prancis Courrier Picard mempublikasikan tajuk utama yang sarat stereotip terhadap orang Asia Timur, dan meminta pembaca mewaspadai mereka agar tak tertular virus corona.

Di Hong Kong, Korea Selatan, dan Vietnam, pemilik usaha memasang tanda bertuliskan "pelanggan dari Tiongkok daratan dilarang masuk". Di Singapura, puluhan ribu warga menandatangani petisi yang meminta pemerintah tak mengizinkan warga Tiongkok masuk negara itu. Di Jepang, tagar #OrangTiongkokJanganDatangkeJepang juga sempat menjadi trending topic.

Sementara, Bloomberg mencatat adanya laporan rasisme terhadap sopir taksi online asal Amerika Serikat, Uber. Seorang sopir keturunan Asia mengaku satu pelanggan sempat membatalkan pesanan, setelah melihat fotonya yang terpasang di aplikasi. 

Uber mengaku punya kebijakan anti-diskriminasi dan berjanji menghapus akun sopir maupun pelanggan dari sistem, jika ditemukan adanya pelanggaran. Namun, Uber menolak berkomentar terhadap kasus-kasus individual dan tak bersedia mengungkap berapa kasus rasisme yang pernah dilaporkan.

3. Pakar medis melihat ras dan etnis jadi kambing hitam dalam penyebaran wabah menular

Rasisme kepada Orang Asia Meningkat Akibat Virus CoronaRak kosong akibat masyarakat membeli untuk persediaan terlihat di sebuah supermarket setelah pemerintah meningkatkan tingkat peringatan wabah virus corona menjadi oranye, di Singapura, pada 8 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

João Rangel de Almeida dari grup tanggap darurat Wellcome Trust yang berbasis di London, Inggris, mengatakan kepada Financial Times bahwa apa yang terjadi kali ini bukan hal baru. Ras dan etnis pernah menjadi kambing hitam saat wabah pes melanda San Francisco, Amerika Serikat, pada 1900-an. Masyarakat Tiongkok dan keturunannya jadi target rasisme.

"Penyakit menjadi sebuah alat hebat untuk memperbesar tren dan tensi sosial," kata Almeida. "Suatu kekuatan katalis seperti wabah melahirkan semua diskursus ini. Kita melihat ketakutan dan kepanikan ini menimbulkan sebuah kebutuhan besar untuk menunjuk kambing hitamnya."

Sementara, menurut Takanori Yamamoto yang merupakan profesor Sosiologi dari Universitas Shizuoka, prasangka negatif yang sudah ada sebelumnya antara Jepang dan Tiongkok memperburuk situasi. Dilansir The Japan Times, Yamamoto menilai sudah saatnya pemerintah bertindak.

"Perasaan negatif yang ditunjukkan adalah sesuatu yang kerap terjadi di tengah merenggang nya hubungan internasional atau saat ancaman kesehatan timbul seperti krisis [virus corona] saat ini, dan pemerintah harus mengimbau warga untuk tetap tenang," kata dia.

Rasisme kepada Orang Asia Meningkat Akibat Virus Corona(IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: Erick Thohir: Karena Corona, Indonesia Maju 2045 Bakal Cuma Mimpi Saja

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya