Saparinah Sadli Berbagi tentang Lansia Perempuan yang Tangguh

Jadi lansia tidak berarti menyusahkan...

Bagi millennials, nama Saparinah Sadli mungkin masih cukup asing. Tapi jika menilik perjuangannya, perempuan tersebut sudah berjuang sejak zaman Hindia Belanda hingga era digital seperti sekarang. Artinya, ia telah menjadi lansia tangguh. Dalam momen Pameran Tunggal Seruni Bodjawati dan Peluncuran Buku Esthi Susanti Hudiono pada Kamis (22/8), Saparinah Sadli berbagi tentang lansia perempuan yang tangguh.

1. Saparinah Sadli adalah aktivis yang konsisten mengangkat isu perempuan. Kini, ia dikenal sebagai pendiri komunitas Sahabat Lansia Tangguh

Saparinah Sadli Berbagi tentang Lansia Perempuan yang TangguhIDN Times/Febriyanti Revitasari

Saparinah adalah wanita kelahiran 24 Agustus 1927. Di usia yang mencapai 92 tahun tersebut, ia masih terlihat bugar dan rapi. Nyala suaranya pun masih tegas. Semasa kecil, ia tinggal di keluarga aristokrat Jawa yang masih sangat tradisional. Karena itu, ia sempat memiliki keinginan terlahir sebagai anak laki-laki.

Di masa muda, ia dikenal sebagai tokoh pemberdayaan perempuan. Ia pernah menjadi Ketua Komnas Perempuan pada rentang 1998-2004. Tak hanya itu, ia mendirikan Pusat Studi Kajian Wanita Universitas Indonesia dan menjadi Anggota Komnas HAM.

Kini, meski usianya sudah sangat senja, ia pun masih aktif. Bersama Evita Djaman (psikolog klinis), Dr Soemiarti Patmonodewo (psikolog perkembangan), Dra Juny Intan Gunawan (ekonom), dan Lenny Widjaja (pakar manajemen), ia mendirikan komunitas Sahabat Lansia Tangguh. 

2. Pada komunitas Sahabat Lansia Tangguh, lansia yang tergabung dapat bersosialisasi dan tidak perlu merasa sepi di tengah hiruk pikuk kota besar

Saparinah Sadli Berbagi tentang Lansia Perempuan yang TangguhIDN Times/Febriyanti Revitasari

Di sini, para lansia yang tergabung bisa saling bersilaturahmi dan berbagi ilmu. "Kegiatannya mendukung pengembangan potensi lansia ke arah menjadi lansia tangguh," lanjutnya dalam Diskusi Interaktif "Perjuangan Perempuan dalam Berbagai Dimensi #1".

Tujuan komunitas ini pun sangat mulia. Komunitas Lansia Tangguh berupaya memberdayakan lansia menjadi sosok yang sehat fisik, mental emosional, dan sosial spiritual sesuai konsep WHO.

3. Menurutnya, menjadi lansia sehat itu tidak berarti tidak punya penyakit. Yang terpenting adalah bagaimana lansia menyesuaikan diri

Saparinah Sadli Berbagi tentang Lansia Perempuan yang TangguhIDN Times/Febriyanti Revitasari

"Sehat di usia tua tidak berarti punya penyakit, tapi bisa menyesuaikan dengan penyakit yang dialami," papar Saparinah. Dengan begitu, anggapan soal lansia yang menyusahkan pun bisa ditepis. Menurut pandangan psikologi humanistik, pengembangan potensi manusia tidak berhenti pada usia 50 tahun. 

dm-player

Dalam presentasinya, ia pun menyebutkan istilah Plastisitas Otak yang diambilnya dari Neuroscience. Di usia lansia, seseorang memerlukan rangsangan arah. "Misalnya, di Youtube, ada brain games," kata istri dari Alm. Prof. Dr. Ir. Mohammad Sadli, MSc tersebut.

Baca Juga: Stephanie Frappart, Perempuan Pertama di Laga Piala Super Eropa

4. Jumlah lansia juga terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Menurutnya, ada dua hal yang menyebabkan itu

Saparinah Sadli Berbagi tentang Lansia Perempuan yang TangguhIDN Times/Febriyanti Revitasari

Berdasarkan data dari WHO, Saparinah menyebutkan jika peningkatan itu karena pengaruh kemajuan ilmu kedokteran dan farmasi. Ini juga turut didukung oleh angka fertilitas yang menurun dan angka harapan hidup yang naik. "Dari perspektif gender, karena perempuan dapat dan mau mengontrol fertilitasnya," tutur dia.

Meski jumlahnya bertambah, ia tidak setuju jika lansia harus selalu diawasi oleh keluarganya. "Tidak semua lansia ingin hidup dengan anak-anak. Anak-anak punya kehidupan sendiri. Lansia tidak hanya ingin duduk," lanjut dia.

Saat muda, seseorang ingin waktu sendiri untuk istirahat dari rutinitasnya. Sebaliknya, lansia ingin bertemu dengan teman-teman lama dan orang baru. "Lansia perlu social interaction dan connection. Jangan dilarang," simpul perempuan yang bersekolah asisten apoteker itu.

5. Ditambahkan perempuan yang akrab disapa Ibu Sap itu, seseorang bisa menerapkan prinsip SMART agar dapat menjadi lansia tangguh

Saparinah Sadli Berbagi tentang Lansia Perempuan yang TangguhIDN Times/Febriyanti Revitasari

SMART yang ia maksud adalah sebuah akronim kreatif. "S adalah sesuaikan dengan penyakit yang dialami. M, mandiri. Boleh memilih sendiri," jelas sosok yang pernah menjadi Dosen Psikologi tersebut. Dilanjutkannya, A adalah aktif, yang mana berarti mencari suatu aktivitas.

Sementara R adalah rajin, maksudnya rajin minum obat atau menaati pantangan yang dianjurkan. "T adalah teliti terhadap sesuatu yang kita kerjakan," tutup salah satu Tim Gabungan Pencari Fakta kasus kerusuhan 13-15 Mei 1998 tersebut.

Seperti itulah Saparinah Sadli, lansia perempuan tangguh yang terus-menerus berkarya, berpotensi, dan bermanfaat bagi sesama. Kita sebagai anak muda millennials jangan sampai kalah dengannya, ya!

Baca Juga: Silvia Halim, Perempuan Brilian & Tangguh di Balik MRT Jakarta

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Elfida

Berita Terkini Lainnya