Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di Daerah

Berpacu kejar sasaran 1 juta orang per hari

Bandung, IDN Times - Kasus penularan virus corona atau COVID-19 di Indonesia semakin menggila. Lonjakan pasien baru yang terinfeksi virus corona terus bertambah dan memecahkan rekor baru di Tanah Air hingga Juni 2021.

Kondisi itu diperparah dengan data keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) khusus pasien COVID-19 yang nyaris 100 persen. Bahkan, di berbagai daerah, BOR telah melabihi ambang batas keterisian.

Pada Jumat, 25 Juni 2021, lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengeluarkan strategi khusus untuk menghadapi lonjakan pasien COVID-19 di Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan adalah mempercepat vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat dengan target 1 juta orang per hari pada Juli 2021, nanti.

Kebijakan itu dilakukan dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor: HK.02.02IU '1669/2021 tentang Percepatan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 Melalui Kegiatan Pos Pelayanan Vaksinasi dan Optimalisasi UPT Vertikal Kementerian Kesehatan, Jumat (25/6/2021). 

Percepatan vaksinasi COVID-19 ini bertujuan untuk menciptakan kekebalan komunal atau herd immunity di Indonesia. Terutama di tengah lonjakan kasus COVID-19 pascalibur Leberan dan masuknya sejumlah varian baru virus corona.

Namun, tujuan untuk melakukan percepatan vaksinasi COVID-19 dengan target 1 juta orang per hari perlu kerja sama dan kolaborasi dengan semua pihak. Terutama kebutuhan stok vaksin di daerah. Sudah siapkah pemerintah daerah dengan pasokan dosis vaksin COVID-19 untuk mengejar target 1 juta orang per hari?

Simak ulasan IDN Times mengenai rencana dan tahapan vaksinasi COVID-19 dengan target 1 juta orang per hari di bawah ini.

1. Pemerintah targetkan 181,5 juta orang berusia di atas 18 tahun divaksinasi COVID-19

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahIDN Times/Humas Bandung

Lonjakan kasus virus corona di Indonesia membuat pemerintah terus melakukan sejumlah langkah strategis. Penerapan pengetatan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM mikro) menjadi salah satu opsi pemerintah untuk menekan laju penularan COVID-19.

Selain itu, Presiden Joko "Jokowi" Widodo telah memerintahkan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin untuk mempercepat proses vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat. Jokowi meminta agar vaksinasi COVID-19 bisa dilakukan sebanyak 1 juta orang setiap harinya mulai Juli 2021.

Menkes Budi Gunadi mengaku, sudah menjalankan perintah Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk mempercepat vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat. Targetnya, kata dia, ada sebanyak 181,5 juta orang di atas usia 18 tahun yang bakal menjadi sasaran mendapatkan vaksinasi ini. 

Menurut Budi, percepatan vaksinasi COVID-19 itu bertujuan agar segera tercipta kekebalan komunal atau herd imunity di masyarakat. Untuk mengejar sasaran tersebut pemerintah akan menyiapkan sebanyak 363 juta dosis vaksin.

"Sasaran vaksinasi ada 181,5 juta orang berusia di atas 18 tahun dengan kebutuhan vaksin 363 juta dosis. Kami diberi tugas untuk mempercepat itu," ujar Menkes saat peresmian Sentra Vaksinasi AAUI secara virtual di Jakarta, Kamis (24/6/2021).

Namun, berdasarkan Data Satgas COVID-19 per 26 Juni, total masyarakat  yang telah menerima vaksin dosis pertama sebanyak 26.032.131 orang, sementara yang sudah menerima dua dosis vaksin COVID-19 sebanyak 13.018.524 orang.

2. Stok 363 juta dosis vaksin COVID-19 harus terjamin dan segera distribusi ke daerah

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahPresiden Joko Widodo tiba di PT Bio Farma (Persero) Bandung untuk meninjau fasilitas produksi dan pengemasan Vaksin COVID-19, Selasa (11/8/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Percepatan vaksinasi COVID-19 di Indonesia tentunya harus dibarengi dengan ketersediaan stok vaksinnya sendiri. Jokowi ingin vaksinasi COVID-19 massal terus didorong di seluruh daerah. Semakin cepat vaksinasi rampung, semakin cepat pula herd immunity atau kekebalan komunal terbentuk.

Dengan demikian, diharapkan pandemi virus corona segera berakhir. Pemerintah berencana memvaksinasi 181,5 juta warga atau 70 persen dari populasi dalam upaya mewujudkan kekebalan komunal terhadap COVID-19.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan keinginan itu bisa terlaksana dengan ketersediaan dan logistik vaksin di Indonesia yang sudah mencukupi untuk mencapai target tersebut.

Dari data yang dihimpun IDN Times, Pemerintah Indonesia telah memiliki 3 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi, sebanyak 91,5 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk bulk, dan 8,2 juta dosis vaksin AstraZeneca bentuk jadi, serta 2 juta dosis vaksin Sinopharm bentuk jadi. Sehingga total vaksin COVID-19 yang tersedia mencapai 104.7 juta dosis.

"Rencananya vaksin akan didistribusikan dalam tiap termin ke unit pelaksana teknis Kemenkes untuk segera dimanfaatkan dalam pemberian vaksinasi dosis 1 dan 2," ujar Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi lewat keterangan di laman resmi Kemenkes yang dikutip, Minggu(27/6/2021). 

Kepastian persediaan vaksin COVID-19 juga ditegaskan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19, PT Bio Farma Bambang Heriyanto. Menurut dia, jumlah stok vaksin COVID-19 dalam negeri mampu memenuhi target satu juta vaksinasi per hari.

Menurut Bambang, saat ini pemerintah dan Sinovac sudah berkomitmen untuk mendatangkan 260 juta dosis vaksin. Kemudian, 11 juta dosis vaksin AstraZeneca dari jalur multilateral dengan Covax facility, 50 juta dosis vaksin AstraZeneca dari jalur bilateral serta 50 juta dosis vaksin Novavax.

"Kalau secara total ini sudah ada yang komitmen 360 juta dosis lebih, ditambah dengan tadi dari multilateral kalau kita bisa menangkap komitmen dari Covax 50 juta, itu bisa mendekati angka 400 juta, saya kira ini sudah mencukupi dari kebutuhan kita sebanyak 363 juta masyarakat yang akan divaksin," kata Bambang, dalam diskusi virtual, Selasa (15/6/2021), lalu.

Kemenkes juga menjamin persediaan vaksin serta logistik vaksinasi COVID-19 yang dialokasikan dan didistribusi pada setiap termin di daerah. Pasokan vaksin ini dapat dimanfaatkan untuk pemberian vaksinasi dosis ke 1 dan dosis ke 2 bagi yang memerlukan dan datang ke tempat pelayanan vaksinasi.

"Mempertimbangkan interval vaksin COVID-19 Sinovac dosis 1 ke 2 adalah 28 hari dan vaksin COVID-19 AstraZeneca adalah 8 sampai 12 minggu maka tidak perlu menyimpan vaksin untuk 2 dosis pada waktu yang bersamaan," ujarnya.

3. Vaksinasi masif di daerah dikebut dengan memanfaatkan puskesmas dan rumah sakit

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahVaksinasi sopir dan driver ojek online di Tangerang (ANTARA FOTO/Fauzan)

Menkes Budi Gunadi menyakini vaksinasi COVID-19 secara masif mampu menekan penyebaran kasus baru virus corona di Indonesia dan membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity di Tanah Air. Hal itu sudah terbukti dengan beberapa negara yang sukses melakukan vaksinasi COVID-19 secara masif.

Dia mencontohkan Amerika Serikat (AS) telah berhasil melakukan vaksinasi kepada 45 persen dari populasinya hingga 14 Juni 2021. Padahal, AS pernah mencatat rekor dengan 260 ribu kasus baru dalam 24 jam pada Januari 2021, lalu. Namun, kini, kasus baru COVID-19 harian di AS bisa ditekan berkisar 11-12 ribu.

Selain itu, Inggris juga berhasil mengendalikan COVID-19 dengan vaksinasi. Pada puncaknya, awal Januari 2021, kasus baru mencapai 60.000 per hari. Dengan vaksinasi yang masif, kasus aktif COVID-19 terus berkurang hingga di bawah 4.000 kasus per hari mulai Maret hingga Mei. Angka kematian yang pernah 1.250 orang per hari, pun menciut menjadi di bawah 10 orang per hari.

Namun, varian Delta berjangkit di Inggris, dan kasus harian pun kembali merambat naik, dan sampai ke level 7.000-an pada pertengahan Juni ini. Varian ganas itu bisa menyebabkan warga Inggris, yang di pertengahan Juni ini 46% telah menerima dosis lengkap vaksin, terinfeksi tapi tidak terlalu parah. Angka kematian yang ditimbulkan tetap di bawah 10 orang per hari.

Karena itu, demi menghindari penularan dan menekan angka lonjakan kasus COVID-19 di Tanah Air, pemerintah akan terus menggenjot melaksanakan vaksinasi dengan target 1 juta orang perhari, Juli 2021, nanti.

Melalui Surat Edaran nomor HK.02.02/I/1669/2021 tentang Percepat Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 di Kegiatan Pos Pelayanan Vaksinasi dan Optimalisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan yang diterbitkan Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu.

Sasaran masyarakat yang mendapatkan vaksinasi COVID-19 ini akan dilakukan di pos pelayanan vaksinasi tanpa memandang domisili atau tempat tinggal pada KTP. Tentunya rencana itu dilakukan melalui penyediaan vaksin dan logistik vaksinasi COVID-19 yang memenuhi persyaratan mutu, efikasi dan keamanan.

"Semua pihak perlu bersinergi dan berkolaborasi untuk dapat mempercepat program vaksinasi nasional sehingga kekebalan kelompok bisa segera tercapai," tulis SE tersebut.

Sejak pekan lalu, sejumlah instansi terkait di daerah mulai membuka pendaftaran bagi masyarakat yang menjadi target sasaran vaksinasi COVID-19. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menjalankan proses percepatan vaksinasi untuk masyarakat. 

Dalam SE dinyatakan percepatan vaksinasi COVID-19 dapat dilakukan melalui kegiatan pos pelayanan vaksinasi dan bekerja sama dengan TNI, Polri, organisasi masyarakat, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Vertikal, Poltekkes, serta peran aktif dunia usaha.

SE Kemenkes langsung mendapat respons dari berbegai daerah di Tanah Air. Sejumlah provinsi, kabupaten dan kota langsung menyiapkan lokasi proses percepatan vakasinasi COVID-19 untuk masyarakat umum.

Di Tangerang, Provinsi Banten misalnya, fasilitas vaksinasi telah disiapkan dan tersebar di seluruh Kabupaten Tangerang. Tak hanya itu, pemerintah daerah juga bekerja sama dengan pihak swasta seperti pusat perbelanjaan dan kampus untuk menggelar vaksinasi massal. 

"Fasilitas dan sumber daya sudah sangat memungkinkan untuk melakukan vaksinasi serentak dalam jumlah besar," kata Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, Kamis (24/6/2021).

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung juga menjadi salah satu pemerintah daerah yang ngebut untuk pemberian vaksin COVID-19. Kepala Dinas Kesehatan Bandung, Ahyani Raksanagara mengatakan, sudah mengintruksikan seluruh pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) membuka pendaftaran vaksinasi COVID-19. Penyuntikan vaksin di puskesmas diharap bisa meminimalisir kerumunan yang terjadi beberapa waktu lalu saat ada program vaksinasi massal.

"Karena sudah diizinkan maka pelaksanaan di faskses (Puskesmas)," ujar Kepala Dinas Kesehatan Ahyani saat dihubungi IDN Times, Senin (21/6/2021).

Dinkes Bandung pun telah menyebarkan informasi di berbagi platform media sosial agar masyarakat bisa segera mendaftarkan diri ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan vaksin. Setidaknya ada 80 UPT Puskesmas yang siap mengggelar vaksinasi.

Selain itu, bekerja sama dengan banyak pihak seperti universitas, Pemkot Bandung pun memberikan izin agar mereka ikut serta menyukseskan program vaksinasi massal.

Tidak hanya terpusat di pusat pelayanan kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung juga menggelar vaksinasi massal lapangan terbuka seperti di Sport Jabar Arcamanik. Vaksinasi ini diperuntukan bagi warga Kota Bandung yang berusia di atas usia 18 tahun dengan target sebanyak 2.100 orang.

Percepatan vaksinasi COVID-19 di Kota Bandung juga dilakukan di sejumlah rumah sakit seperti RSHS Bandung, RSUD Bandung, RS Paru Rotinsulu, dan RS Mata Cicendo.

Pelaksana Harian Direktur Pelayanan Medik, Perawatan dan Penunjang RSHS, dr. Yana Akhmad Supriatna Sp.PD-KP mengatakan, pihaknya sekarang sudah membuka untuk masyarakat umum, di mana sebelumnya lebih fokus untuk tenaga kesehatan dan pelayan publik khusus.

"Pemerintah berusaha seluruh masyarakat harus menjalani vaksinasi. Kemarin-kemarin prioritas untuk nakes, lansia, populasi tertentu, pelayanan publik.
Awal Juni sasaran masyarakat umum," ujar Yana dalam keterangannya dikutip, Selasa (22/6/2021).

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahDaftar RS Vertikal Kemenkes (IDN Times/Aditya Pratama)

4. Genjot kolaborasi dengan instansi lain untuk kejar target 1 juta orang per hari

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahIDN Times/Humas Jabar

Vaksinasi COVID-19 secara masif di Indonesia mulai berjalan. Target mengejar 1 juta orang per hari sepertinya bisa tercapai dengan kolaborasi berbagai instansi. Dalam SE Kemenkes, pelaksanaan percepatan vaksinasi COVID-19 bisa dilakukan melalui kegiatan pos pelayanan vaksinasi dan bekerja sama dengan TNI, Polri, organisasi masyarakat, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Vertikal, Poltekkes, serta peran aktif dunia usaha.

Upaya itu terlihat dengan banyaknya lembaga atau organisasi masyarakat yang menggelar vaksinasi COVID-19. Di Provinsi Jawa Barat misalnya, pelaksanaan vaksinasi dengan target masyarakat di atas usia 18 tahun sudah berjalan akhir pekan lalu.

Polda Jabar yang memanfaatkan HUT ke-75 Bhayangkara menggelar vaksinasi COVID-19 dengan target 178.346 orang dari 22 polres kabuaten/kota plus satu Youth Center Arcamanik. Kegiatan vaksinasi COVID-19 Ini merupakan bagian dari kampanye Polri di 34 polda seluruh Indonesia.

“Jawa Barat salah satu yang tertinggi yang bisa memvaksin, dalam satu hari ini (saja) 178 ribuan (orang). Itu tentu saja upaya bersama supaya kekebalan tubuh imunitas masyarakat Jawa Barat dapat tercapai,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Sekda Setiawan Wangsaatmaja saat meninjau proses vaksinasi massal di GOR Youth Center Sport Jabar Arcamanik, Kota Bandung, Sabtu (26/6/2021).

Kapolda Jawa Barat Ahmad Dofiri mengatakan, pelaksanaan vaksinasi COVID di GOR Youth Center Arcamanik ini ditargetkan bisa menyasar 5.000 orang yang berasal dari Polrestabes Bandung.

Dofiri menyebutkan, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 juga berlangsung serentak di 22 polres di kabupaten/kota. Melalui program ini ditargetkan keseluruhan vaksinasi massal dalam HUT Bhayangkari bisa menyasar 178.346 orang dengan melibatkan 12.000 tenaga kesehatan.

“Vaksin massal dilaksanakan di masing-masing (Polres), jadi target hari ini seluruh Jabar targetnya kurang lebih ada 178.346 orang yang akan divaksin,” sebut Ahmad.

Selain sentra vaksin di Polres, vaksinasi massal pun dilakukan di puskesmas yang ada di masing- masing wilayah pengamanan polres. Target yang divaksin mengutamakan komunitas, seperti hari ini komunitas difabel.

“Diharapkan vaksinasi dapat berjalan dengan lancar dan seterusnya nanti sesuai dengan target bisa hingga 1 juta vaksin,” harap Ahmad.

Semenyara itu, Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi juga ikut membantu program vaksinasi COVID-19 massal yang dijalankan pemerintah untuk membentuk kekebalan kelompok. Di Jawa Tengah, sedikitnya ada 6.000 warga yang akan mendapatkan vaksinasi di Stadion Jatidiri.

Luthfi menyebutkan, dari banyaknya vaksinasi COVID-19 yang disuntikan, ada 3.000 dosis yang diperuntukan bagi pelaku usaha, PKL karyawan bank, ormas, serikat kerja, media dan disabilitas. Dan sisanya masih ada 3.000 lainya bagi para nelayan.

"Target pelaksanaan vaksinasi sebanyak 1 juta, jumlah vaksinatornya 54.482 dan pelaksanaannya di 34 Polda ada 4.504 titik," ujarnya.

Sementara itu, di Kota Bandung sendiri percepatan vaksinasi COVID-19 terus dikebut. Kerja sama pemerintah daerah dengan sejumlah lembaga pendidikan mulai dari kampus hingga organisasi masyarakat terus dilakukan. 

Terakhir, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 massal dilakukan Landmark Residence Istana Group di Jalan Industri Kota Bandung, Sabtu 26 Juni 2021. Di lokasi ini, ribuan masyarakat mendapatkan jatah vaksinasi COVID-19 tanpa melihat domisili tempat tinggal (KTP).

Sebelumnya, sejumlah universitas di Kota Bandung dan rumah sakit juga melakukan hal yang sama. Lebih dari 5.000 masyarakat menjadi target sasaran vaksinasi COVID-19 dalam program tersebut.

Hingga saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung masih terus berupaya mencapai target 2,3 juta vaksinasi sebagai upaya percepatan herd immunity atau kekebalan kelompok. Sebab, berdasarkan data, Pemkot Bandung baru mencapai 96 persen dari total vaksinasi awal sebanyak 474.000 orang. 

"Kalau pendekatannya administrasi kependudukan, kami (Bandung) ada sekitar 1,8 juta penduduk yang dari perspektif kesehatan sudah bisa divaksinasi. Kalau dikurangi 474 ribu berarti, kami punya 1,3 juta (target vaksinasi). Itu kalau pendekatannya administrasi kependudukan," kata Ema.

Ema menilai, kekebalan kelompok melalui vaksinasi tidak bisa dibatasi administrasi kependudukan. Sehingga, Pemkot Bandung berkomitmen memberikan vaksinasi bagi warga luar yang bekerja di Kota Bandung.

"Perhitungan kami sekitar 2,3 juta yang harus kita selesaikan," tutur Ema.

Target herd immunity ini bisa rampung dalam 4-5 bulan ke depan. Dengan catatan, setiap harinya ada 5.000-10.000 masyarakat yang mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Kota Bandung.

"Kalau 183 lokasi ini, ambil saja bisa 5.000 orang, kalikan saja. Jika ada 10.000 sehari, untuk mengejar 2,3 juta memerlukan sekitar 4-5 bulan baru bisa tuntas," ujarnya.

"Kita harus optimistis (mengejar 2,3 juta), kalau pelayanan kesehatan harus maksimal. Kalau kitanya loyo, bagaimana nanti ke masyarakatnya," tambah Ema.

5. Masyarakat butuh informasi pendaftaran dan keterangan lokasi vaksinasi

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahIDN Times/Istimewa

Percepatan vaksinasi COVID-19 di Indonesia sepertinya sudah dilakukan sebelum Juli 2021. Di beberapa kota besar di Indonesia, proses vaksinasi massal sudah dilakukan dengan target ribuan masyakarat yang bakal menerima dosis vaksin.

Namun, sayangnya, informasi pendaftaraan vaksinasi ini masih belum dibarengi dengan tingginya antusias warga yang ingin mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.

Di Kota Semarang, Jawa Tengah misalnya. Masyarakat mengeluhkan layanan informasi vaksinasi. Mayoritas dari mereka terkendala dalam hal administrasi mulai registrasi hingga perkara domisili. 

Keluhan ini langsung disampaikan masyarakat di media sosial melalui akun resmi Instagram Dinas Kesehatan Kota Semarang @dkksemarang dalam sejumlah unggahan terkait pembukaan sentra dan pendaftaran vaksinasi.

Seperti yang disampaikan akun @guruhangkasa, ‘’Min saya sudah daftar Untuk 2 ortu pra lansia dan saya tapi kok nggak bisa 3 in 1 nya ya? Katanya ‘data tidak ditemukan’ untuk 2 pralansia nya. Itu harus bagaimana ya min? Terimakasih,’’ ujarnya dalam kolom komentar unggahan Vaksinasi 3in1 Pra Lansia.

Keluhan juga datang dari akun @septanino90 yang mempermasalahkan bahwa vaksinasi masih memprioritaskan warga ber-KTP Semarang, ‘’Kami yang bukan Warga Kota Semarang tapi ikut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi di Kota Semarang bagaimana nasibnya? Melongo saja melihat rekan kami yang sudah di vaksin, harusnya program nasional pendistribusian juga nasional, tidak memandang identitas, maaf hanya menyampaikan pendapat, jika salah mohon dimaafkan, hanya salah satu bagian dari WNI, suwun,’’ ungkapnya dalam kolom komentar unggahan pembukaan Sentra Vaksinasi di UIN Walisongo dan Poltekkes Semarang.

Tidak hanya itu, pengalaman masyarakat yang gagal mengikuti vaksinasi juga dialami Wati, perempuan yang bekerja di salah satu foodcourt di pusat perbelanjaan di Kota Semarang. Dirinya mendaftar vaksinasi secara kolektif di perusahaannya. Namun, saat jadwal tiba ia justru ditolak di lokasi vaksinasi RSUP Dr Kariadi Semarang.

‘’Setelah didaftarkan oleh perusahaan, saya dapat undangan suruh registrasi. Namun, saat proses registrasi tidak bisa, tapi ada keterangan jika gagal registrasi bisa langsung datang ke lokasi vaksinasi. Datanglah saya ke Kariadi sama teman-teman yang tidak bisa registrasi, tapi malah ditolak. Katanya undangan vaksinasi itu kadaluarsa. Padahal di undangan ada keterangan kalau kesulitan dalam registrasi akan dibantu di sana,’’ katanya saat dihubungi, Jumat (25/6/2021).

Tidak selesai pada kesulitan registrasi dan ditolak, Wati juga diminta oleh penyelenggara vaksinasi di RSUP Dr Kariadi untuk laporan ke tempat ia bekerja dan diminta untuk daftar lagi ke Dinas Kesehatan Kota Semarang.

’Intinya karena ribet dan suruh ngulang daftar dengan alasan undangan kadaluarsa dan kuota vaksin habis saya pulang, dan sampai saat ini belum daftar vaksinasi lagi,’’ katanya.

Meskipun Pemerintah Kota Semarang berupaya mempercepat proses vaksinasi melalui pembukaan enam sentra vaksinasi, tapi dalam pantauan IDN Times melalui akun Instagram Dinkes Kota Semarang @dkksemarang oleh admin dijelaskan memang vaksinasi masih diprioritaskan untuk warga ber-KTP Semarang.

Kemudian, prioritas vaksinasi juga masih untuk kategori lansia (usia 60 tahun ke atas), pra lansia (usia 50 tahun ke atas), dan masyarakat umum usia 18-49 tahun (khusus di wilayah sebaran kasus COVID-19 tinggi).

Persoalan pendaftaran vaksinasi COVID-19 di daerah juga sangat berpengaruh dari kuota yang disediakan pusat layanan kesehatan. Di Kota Bandung, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) menyediakan 1.000 dosis per hari mulai Juli 2021.

Warga Bandung Raya yang ingin mendapatkan vaksin COVID-19 bisa mendaftarkan diri ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung. Vaksinasi di RS ini gratis dan tidak hanya diperuntukan untuk warga ber-KTP Kota Bandung semata.

Pelaksana Harian Direktur Pelayanan Medik, Perawatan dan Penunjang RSHS, dr. Yana Akhmad Supriatna Sp.PD-KP mengatakan, masyarakat yang ingin mendapatkan vaksinasi COVID-19 bisa mendaftarkan diri secara online sejak Selasa (22/6/2021), lalu.

Tingginya antusias masyarakat umum yang ingin mendapatkan vaksinasi COVID-19 ini terbukti dari 36.000 warga yang sudah mendaftar sejak dua hari pendaftaran.

Kondisi serupa juga terjadi di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, Jawa Tengah. Di sini, rumah sakit memperoleh jatah alokasi vaksinasi COVID-19 sebanyak 1.100 dosis. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menanyakan bagaimana cara pendaftaran agar bisa mendapatkan jatah vaksinasi.

Direktur Utama RSPAW Salatiga, Farida Widayati mengaku dalam pendaftaran vaksinasi secara online, masyarakat banyak yang menanyakan syarat-syarat vaksinasi. 

"Pendaftarannya online, tapi harus diwaspadai juga adanya informasi hoaks. Ini kita lihat ada warga yang masih menanyakan juga, kita minta bersabar menunggu jadwal selanjutnya," katanya, Sabtu (26/6/2021).

Dari Kabupaten Klingkung, Bali, Satgas COVID-19 di daerah ini siap menambah jam operasional layanan vaksinasi hingga malam hari. Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, dr Ni Made Adi Swapatni mengaku, antusiasme masyarakat Klungkung untuk vaksinasi sempat menurun, dengan adanya berbagai pemberitaan terkait vaksin AstraZeneca yang dipakai sekarang.

Namun, pada pertengahan Juni 2021, mulai ada peningkatan antusiasme masyarakat untuk vaksinasi, setelah aparat di desa ikut aktif memberikan pemahaman terkait vaksinasi kepada masyarakat.

Hal ini juga seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2021, yang mengamanatkan tentang sasaran wajib vaksinasi.

"Kecuali masyarakat yang tidak lulus screening vaksinasi. Tentu memang tidak boleh mendapatkan vaksin. Setidaknya ada peningkatan minat masyarakat, untuk datang ke pos pelayanan vaksinasi," jelasnya.

Suwirta menambahkan, untuk menuntaskan vaksinasi di Klungkung, serta menjalankan amanat presiden terkait 1 juta vaksiansi pada bulan Juli 2021, pihaknya akan mengambil kebijakan membuka layanan vaksinasi pada sore hingga malam hari.

"Selain layanan vaksinasi pagi, nanti rencananya juga ada tambahan jam layanan saat sore hingga malam hari. Hal ini untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat yang beraktivitas atau memiliki kesibukan di pagi hari," ungkap Suwirta.

Vaksinasi selain di pos pelayanan seperti puskesmas, nanti dibuka juga sampai ke tingkat banjar di setiap desa. Agar tidak ada masyarakat yang tercecer untuk vaksinasi, pihaknya meminta validasi data dilakukan dengan sistem aplikasi dan manual.

"Nanti dalam prosesnya, vaksinasi ini juga akan melibatkan tim kesehatan bersama petugas TNI/Polri," terangnya.

6. Segera penuhi stok vaksin COVID-19 di daerah

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahANTARA FOTO/Fauzan

Perjuangan Pemerintah Indonesia untuk perang melawan COVID-19 terus dilakukan. Sejumlah kebijakan dilakukan mulai menerapkan penebalan PPKM Mikro hingga pelaksanaan vaksinasi COVID-19 massal. 

Juli 2021, nanti, pemerintah menginginkan agar ada 1 juta masyarakat per hari yang bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19. Target itu untuk mengejar 70 persen atau sekitar 181,5 juta warga dari populasi Indonesia dalam upaya mewujudkan kekebalan komunal terhadap COVID-19.

Namun, pada tahap awal ini, masih banyak masyarakat di daerah yang belum terserap keinginannya untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19. Antusias warga yang tinggi ternyata terbatas oleh pasokan vaksin di daerah. Meskipun, pemerintah melalui kementerian kesehatan menjamin kebutuhan vaksin COVID-19 terpenuhi dan bisa didistribusikan per termin.

Di Jawa Barat, proses percepatan vaksinasi COVID-19 terus dikebut. Hingga saat ini Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar sudah menerima sebanyak 8.052.600 dosis vaksin dari pemerintah pusat dan sudah dialokasikan ke kabupaten/kota.

Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, dari jatah vaksin yang dialokasikan, sebanyak 2.562.612 orang masyarakat Jabar yang telah mendapat vaksinasi COVID-19 dosis pertama hingga 16 Juni 2021. Sedangkan, sebanyak 1.736.244 orang sudah menerima dosis kedua.

"Rata-rata penyuntikan vaksin COVID-19 di Jabar sekitar 36.000-50.000 per hari. Satgas Penanganan COVID-19 Jabar pun menargetkan rata-rata penyuntikan vaksin COVID-19 mencapai 175.000 per hari pada Juli-Desember 2021," ujar Marion, Selasa (22/6/2021).

Marion menyebutkan, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Di tengah pandemik COVID-19 ini, Jabar memiliki sasaran 33-34 juta. Karena itu, untuk mengejar target tersebut dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai instansi masyarakat. 

"Karena kalau tidak kolaborasi, tidak cepat. Sasaran Jabar itu 33 juta lebih hampir 34 juta. Jadi effort kita lebih besar dari provinsi lain. Kalau kerja sendiri, tidak akan bisa. Kolaborasi ini harus cukup kuat," katanya.

Di Salatiga, Jawa Tengah, antusias masyarakat yang ingin mendapatkan vaksinasi COVID-19 juga cukup tinggi. Hal itu terlihat dari proses vaksinasi yang dilakukan di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan (RSPAW). 

Namun, jatah yang dialokasikan RSPAW Salatiga untuk vaksinasi COVID-19 hanya sebanyak 1.100 dosis. Sementara, pada tahap awal pendafataran masyarakat langsung penuh.

Direktur Utama RSPAW Salatiga, Farida Widayati mengaku, banyak masyarakat yang menanyakan syarat untuk bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19. Tingginya animo warga Salatiga untuk mengikuti vaksinasi terbilang tinggi dan pendaftaran tahap awal langsung penuh.

"Rumah sakit hanya mendapat jatah vaksinasi sebanyak 1.100 dosis. Saat proses pendaftaran online, jumlah kuotanya sudah terpenuhi," ujar dia.

Persoalan kuota vaksin juga dirasakan di Provinsi Sumatera Utara. Dimana target sasaran vaksinasi massal di provinsi ini masih tergantung dengan kuota vaksin. Saat ini, Pemprov Sumut pun sudah membuka sejumlah lokasi vaksinasi masal. Di Medan, vaksinasi dipusatkan di Lanud Soewondo.

Khusus untuk program 1 juta vaksin per hari, sumut belum mendapatkan jatah vaksinnya. Harapannya, dari 14,56 juta warga Sumut bisa melakukan vaksinasi supaya bisa terwujud herd immunity.

“Satu juta itu kan untuk Indonesia. Jadi kuota yang provinsi belum dapat. Dari 1 juta itu Sumut kebagian berapa. Dari target itu, 40 persen dihandle TNI dan Polri,” ujar Pelaksana Tugas Kadis Kesehatan Sumut yang juga Juru Bicara Satgas COVID-19 Sumut Aris Yudhariansyah, Jumat (25/6/2021).

Aris mengatakan, dari kuota yang ada 60 persen nantinya akan dikelola oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk kemudian didistribusikan dengan kabupaten/kota.
Saat ini, mereka masih menunggu distribusi dari pusat. Meskipun, saat ini proses vaksinasi sudah mulai lancar.

“Jadi kebutuhan kabupaten/kota itu semuanya melalui dinas kesehatan provinsi, didistribusikan melalui kita berdasarkan kebutuhan masing-masing kab/kota. Termasuk TNI Polri,” ungkapnya.

Target 1 juta orang per hari untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Indonesia tentunya menambah sasaran di daerah. Di Sumatera Selatan (Sumsel), target itu didorong dengan rencana penambahan dosis vaksin mencapai 2,9 persen atau sekitar 29.000 per hari.

Yusri mencatat, angka 2,9 persen dosis vaksin yang diberikan kepada Sumsel dirasakan sulit, walaupun target Kemenkes menetapkan vaksinasi selesai pada Maret 2022 mendatang. Dengan alokasi tersebut, maka Sumsel hanya bisa melakukan penyuntikan sekitar 55 orang per hari tiap faskes

Sumsel memiliki sekitar 433 fasilitas kesehatan (faskes) yang tersebar di 17 kabupaten dan kota. Mereka dibebankan target sesuai jumlah dosis yang akan masuk.

"Untuk 1 Juli mendatang, kalau 29 ribu dosis per pasien maka hanya 55 orang per hari yang kita suntik. Angka 55 orang tersebut artinya membutuhkan waktu tiga tahun," kata Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan (Dinkes), Yusri kepada IDN Times, Kamis (24/6/2021).

Kendala penyerapan vaksin sudah dirasakan sejak awal di akhir Januari 2021 lalu. Terhitung lima bulan realisasi vaksin masih terbatas. Dari 1.090.600 dosis, baru sekitar 831.897 dosis yang terserap.

"Lima bulan ini banyak tertunda, maka perkiraan kita mulai 1 Juli nanti satu faskes punya beban minimal 145 orang per hari, sehingga awal Maret tahun depan sudah selesai," ujar dia.

Yusri menjelaskan, sejauh ini kendala vaksinasi berada pada rentang lanjut usia (lansia). Mereka banyak terkendala oleh penyakit penyerta yang diderita, sehingga cakupan vaksinasi bagi lansia tahap pertama masih sangat minim. Pihaknya meminta keluarga memobilisasi dan mengajak lansia untuk mendapat vaksin.

Lalu, masih ada individu yang terbawa isu hoaks mengenai dampak vaksin. Mereka takut jika vaksinasi membahayakan keselamatan. Padahal, vaksinasi dilakukan untuk menciptakan kekebalan komunal.

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar juga berharap, pemerintah segera memenuhi kebutuhan stok vaksin. Sebab, sasaran vaksinasi masyarakat di Tangerang masih jauh dari target yang disasar karena keterbatasan jatah vaksin.

"Antusias masyarakat banyak, tapi vaksinnya yang terbatas," ujar Zaki Iskandar, Kamis (24/6/2021).

Zaki menuturkan, pihaknya menargetkan vaksinasi untuk masyarakat umum sebanyak 35.000 per hari agar secepat mungkin membentuk herd immunity

"Kalau ini bisa terlaksana mudah-mudahan vaksinnya ditambah karena jumlah penduduk kami banyak," kata Zaki.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif menyampaikan bahwa stok vaksin yang tersedia di Kota Malang hanya tersisa 70 vial saja. Sesuai perhitungan, satu vial vaksin bisa digunakan untuk 10 hingga 12 orang. Maka 70 vial vaksin yang tersedia hanya mencukupi untuk 700 orang.

Kendati demikian, Pemerintah Kota Malang tetap optimistis program 1 juta orang per hari bisa divaksin pada Juli, nanti. Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan, hingga akhir Juli 2021, lebih dari 180 ribu warga ditargetkan sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19.

Percepatan vaksinasi COVID-19 itu merupakan upaya dari Pemkot Malang untuk memperkuat imun masyarakat di tengah lonjakan kasus yang saat ini kembali terjadi. Menipisnya stok vaksin terus diupayakan segera terpenuhi di saat program berjalan pada Juli.

Sutiaji menyebutkan, Kota Malang sudah mendapat jatah vaksin Sinovac sebanyak 25 ribu pada tahap pertama vaksinasi yang semua sudah diberikan. Untuk gelombang kedua, Pemkot Malang kembali mendapat jatah 100 ribu dosis lagi untuk vaksin jenis AstraZeneca. Vaksin-vaksin yang diterima Dinas Kesehatan Kota Malang itu sudah disalurkan melalui sejumlah fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes). 

"Selanjutnya, kami mengajukan lagi tambahan untuk vaksin Sinovac sebanyak 60 ribu lagi," kata Wali Kota Malang, Sutiaji, Kamis (24/6/2021). 

7. Target vaksinasi kelompok lansia masih jauh dari target

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahVaksinasi bagi nakes lansia/Dok. Kemenkes

Persoalan vaksinasi COVID-19 di Tanah Air terkendala dari kelompok lanjut usia (lansia). Hampir seluruh daerah di Indonesia, capaian target vaksinasi lansia masih jauh dari harapan. Banyak faktor rendahnya serapan target vaksinasi COVID-19 di kelompok lansia ini.

Berdasarkan data laman vaksin.kemkes.go.id target sasaran lansia yang akan mendapatkan vaksinasi COVID-19 mencapai 21.553.188 orang. Hingga 26 Juni 2021, target sasaran baru terpenuhi sebanyak 21.23 persen atau 4.595.762 orang yang menerima dosis pertama. Sedangkan, vaksinasi dosis kedua baru mencapai 12.48 persen atau sekitar 2.688.833 orang.

Rendahnya serapan target vaksinasi kelompok lansia sejalan dengan yang terjadi di berbagai daerah. Di Balikpapan, Kalimantan Timur misalnya Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarty mengungkapkan, sasaran vaksinasi kelompok lansia masih menjadi perhatian khusus. Bahkan, Satgas COVID-19 Balikpapan mengkhususkan satu hari dalam sepekan sebagai hari vaksin lansia. Hal itu disebabkan masih rendahnya target sasaran yang diterima lansia.

Begitu juga dengan kondisi di Bantul, Yogyakarta. Kasi Surveilans dan Imunisasi, Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bantul, dr. Abednego Dani Nugroho mengaku, terus menggenjot sasaran vaksinasi terhadap lansia. 

Dia menyebutkan, sejak kick off vaksinasi COVID-19 di Bantul pada 28 Februari 2021, hingga 19 Juni 2021 ini sebanyak sebanyak 112.634 sasaran sudah mendapat vaksinasi dosis pertama dari target 193.372 sasaran atau mencapai 58,25 persen. Sedangkan yang menerima dosis kedua mencapai 60.763 orang atau setara 31,42 persen.

Dari 193.372 sasaran tersebut, terdiri dari tenaga kesehatan dengan sasaran dosis pertama 8.297 tercapai 7.681 sasaran atau 92,58 persen. Vaksin dosis kedua tercapai 7.338 atau 88,44 persen. Sedangkan untuk pelayan publik dengan sasaran 62.403 orang, yang telah vaksinasi dosis pertama sebanyak 50.740 atau 81,31 persen dan dosis kedua sebanyak 32.451 atau setara 52 persen.

Sedangkan untuk lansia, dari 122.672 sasaran yang menerima vaksin dosis pertama baru sebanyak 42.096 atau setara 34,32 persen. Untuk penerima vaksinasi dosis kedua mencapai 20.728 atau setara 16,90 persen.

Sementara untuk sasaran masyarakat rentan yang telah divaksinasi dosis pertama sebanyak 7.214 dan untuk dosis kedua sebanyak 29. Selain itu, sasaran masyarakat umum yang sudah divaksinasi dosis pertama sebanyak 4.903 dan dosis kedua sebanyak 217.

"Untuk vaksin lansia dan pralansia saat ini terus kami kebut. Bahkan dari 42 ribu dosis vaksin AstraZeneca pada pekan ini sudah habis untuk vaksinasi. Itu juga terkait dengan masa kedaluwarsa vaksin AstraZeneca yang akan habis pada akhir bulan Juni 2021 ini," katanya kepada IDN Times, Kamis (24/6/2021).

Abed mengaku, vaksinasi dengan sasaran lansia dan pralansia masih tergolong rendah. Lantaran mereka enggan datang untuk divaksinasi di puskesmas.

"Selama ini pelayanan untuk vaksinasi lansia kan di puskesmas, nah terkadang sasaran 150 lansia yang datang hanya sekitar 20 sampai 30 sasaran atau lansia. Ya mungkin karena tidak ada yang mengantar ke puskesmas," ucapnya.

Kesulitan yang dihadapi oleh petugas vaksinator untuk mendatangkan sasaran vaksinasi mulai terpecahkan ketika ada terobosan vaksinasi jemput bola yakni vaksinator datang langsung ke kampung-kampung, sementara sasaran lansia yang akan divaksinasi adalah tugas Satgas COVID-19 kalurahan dan padukuhan.

"Ternyata ketika kita mendekat ke masyarakat justru antusias masyarakat sangat tinggi, Satgas COVID-19 siapkan sasaran vaksin kita tinggal melakukan vaksinasi," ungkapnya.

Senada dengan kondisi di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Menurut Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, Yusri, sejauh ini vaksinasi pada rentang lanjut usia (lansia) masih mengalami kendala.

Kelompok ini terkendala dari penyakit penyerta yang diderita, sehingga cakupan vaksinasi bagi lansia tahap pertama masih sangat minim. Pihaknya meminta keluarga memobilisasi dan mengajak lansia untuk mendapat vaksin.

Lalu, masih ada individu yang terbawa isu hoaks mengenai dampak vaksin. Mereka takut jika vaksinasi membahayakan keselamatan. Padahal, vaksinasi dilakukan untuk menciptakan kekebalan komunal.

8. Vaksin COVID-19 bukan obat, tetap patuhi protokol kesehatan 5 M

Demi Herd Immunity Tanah Air, Masifkan Vaksinasi COVID-19 di DaerahInstagram

Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam memerangi virus corona saat ini terus dilakukan. Terbaru, pemerintah tetap menggunakan kebijakan penguatan implementasi protokol kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro (PPKM). Hal itu disampaikan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam Rapat Terbatas soal Penanganan Pandemik COVID-19 pada Senin (21/6/2021), lalu.

Selain itu, pemerintah juga akan memasifkan vaksinasi COVID-19 dengan target 1 juta orang per hari demi menciptakan kekabalan komunal atau herd immunity di Indonesia. Namun, program yang akan mulai dilakukan pada Juli 2021, nanti ini masih banyak terjadi salah kaprah di masyarakat tentang vaksin COVID-19.

Sebagian masyarakat masih menilai vaksin COVID-19 merupakan obat bagi individu yang terpapar virus corona. Padahal, pengobatan akibat virus corona yang terjadi di berbagai negara saat ini masih dalam penelitian.

Melansir dari situs resmi Satgas COVID-19 yang mengutip WHO, belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati penyakit yang disebabkan virus corona baru hingga Juni 2021. 

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito kembali mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap patuh terhadap perilaku penerapan protokol kesehatan. Vaksin COVID-19 hanya menjadi salah satu upaya dalam perlindungan dari potensi penularan virus corona disamping perilaku disiplin dalam penerapan protokol kesehatan oleh setiap orang.

"Vaksin Covid-19 bukan untuk pengobatan. Hingga saat ini, pengobatan COVID-19 masih dalam tahapan pengembangan," jelas Wiku saat konferensi pers pada Selasa (1/6/2021). 

Imbauan serupa juga diungkapkan, Direktur Utama RSPAW Salatiga, Farida Widayati. Menurut dia, penyuntikan vaksin COVID-19 bertujuan untuk meningkatkan imunitas tubuh dan dibantu dengan perilaku warga yang tetap mentaati protokol kesehatan. 

Terlebih saat ini COVID-19 varian baru terus menyebar luas. "Tingkatkan kewaspadaan dengan memakai masker dobel, cuci tangan, dan hindari kerumunan," kata dia. 

Wali Kota Malang, Sutiaji juga menyampaikan kepada masyarakatnya jika vaksin bukanlah alat untuk penangkal virus. Selama ini banyak terjadi salah pemahaman di masyarakat. Vaksin merupakan alat untuk meminimalisir kemungkinan terpapar.

Ketika seseorang sudah divaksin, kata dia, maka peluang untuk sembuh jauh lebih besar saat dirinya terpapar virus. Lantaran di dalam tubuh sudah terbentuk antibodi untuk memperkuat imun dan melawan virus yang terdeteksi masuk. 

"Memang bukan jaminan kalau sudah vaksin tidak akan terpapar. Tetapi kalau terpapar risiko keparahannya lebih rendah," tambahnya. 

Pelaksana Harian Direktur Pelayanan Medik, Perawatan dan Penunjang Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, dr. Yana Akhmad Supriatna Sp.PD-KP  juga berharap seluruh masyarakat bisa mengikuti program vaksinasi dengan target 1 juta orang per hari. Sebab, upaya vaksinasi diharapkan bisa meminimalisasi dampak dari virus corona. 

Dia menyebutkan, tidak ada jaminan bagi setiap orang untuk tidak akan terjangkit virus corona. Namun, warga yang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 diharapkan mendapatkan imunitas atau kekebalan dari efek yang ditimbulkan virus corona.

"Jadi mari kita dukung bersama-sama untuk menjalani vaksinasi," ujarnya.

Untuk sementara ini, cara terbaik adalah melakukan tindakan pencegahan, yaitu:

- Sering suci tangan pakai sabun dan air mengalir

- Hindari menyentuh muka

- Jauhi orang yang menunjukkan gejala (demam, batuk kering, kelelahan)

- Bila Anda mengalami demam, rasa lelah dan batuk kering, segera cari pengobatan

- Anda dapat menguatkan sistem kekebalan diri dengan melakukan perilaku sehat, seperti olah raga teratur, makan makanan bergizi seimbang, tidak merokok dan memastikan Anda dan anak Anda mendapat imunisasi lengkap.

Tim Penulis: Azzis Zulkhairil, Debbie sutrisno, Abdul Halim, Daruwaskita, Maya Aulia Aprilianti, Dini Suciatiningrum, Zumrotul Abidin, Faiz Nashrillah, Fitria Madia, Rangga Erfizal, Tama Wiguna, Anggun Puspitoningrum, Fariz Fardianto, Prayugo Utomo, Ni Ketut Wira Sanjiwani, Wayan Antara, Ayu Afria Ulita Ermalia, Dhana Kencana, Fatmawati.

 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya