Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti 

Kecelakaan di jalur tengkorak selalu memakan korban jiwa

Bandung, IDN Times - Hampir setiap tahun, kasus kecelakaan lalu lintas selalu terjadi di jalur tengkorak di berbagai daerah di Tanah Air. Peristiwa itu mau tak mau dan diyakini pernah terjadi dengan banyak korban jiwa. 

Tidak heran, peristiwa maut di jalur tengkorak kerap kali disangkutpautkan dengan kisah mistis dan kehadiran makhluk astral. Tetapi, sejumlah peneliti juga meyakini jika jalur tengkorak itu memiliki faktor lain sehingga mengakibatkan kecelakaan fatal dengan korban jiwa.

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki jalur tengkorak. Warga lokal meyakini jalur rawan kecelakaan tersebut kental dengan cerita legendanya. Di Jawa Barat misalnya, dua jalur tengkorak langganan kecelakaan maut berada di Tanjakan Emen di Subang dan kilometer 92 Tol Cipularang di Purwakarta.

Peristiwa maut kecelakaan di jalur tengkorang Tanjakan Emen pernah terjadi pada Februari 2018 lalu. Sebanyak 27 penumpang tewas akibat bus pariwisata bernopol F 7959 AA terguling di Tanjakan Emen, Subang.

Tak heran, bagi mereka yang percaya akan mistis membuat warga lokal atau pengemudi yang melintas selalu mengadakan ritual tertentu demi terhindar dari gangguan makhluk gaib penghuni dua jalur horor tersebut.

Tidak hanya jalur tengkorak di Tanjakan Emen (Aman) dan KM 92, Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat. Masih banyak jalur-jalur rawan kecelakaan dengan korban jiwa di Tanah Air yang terkenal dengan kisah mistisnya.

Tetapi, apakah kecelakaan maut di jalur tengkorak ini memang karena adanya mahluk dari dunia lain atau persoalan geografis kondisi jalan yang rawan terjadi kecelakaan? Yuk, simak kisah-kisah jalur tengkorak di berbagai daerah di Indonesia berdasarkan penjelasan indigo dan para ahli di bidangnya. 

1. Tanjakan Emen, tradisi 'permisi' dengan cara buang puntung rokok atau klakson saat melintas

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Tanjakan Emen di Subang kerap dikaitkan dengan cerita mistis. (IDN Times/Bagus F)

Konon, pengemudi harus membuang puntung rokok, koin atau membunyikan klakson saat melintas Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat. Warga setempat memiliki keyakinan bahwa penunggu tanjakan tersebut adalah arwah dari Abah Emen.

"Kalau lewat sini harus 'permisi' ke Bah Emen. Kalau punya rokok atau koin lempar saja, paling tidak bunyikan klakson sebanyak tiga kali," kata Dadang, seorang pedagang di Tanjakan Emen.

Dadang percaya, dengan 'permisi' arwah Abah Emen tidak akan mengganggu pengemudi yang melintas di tanjakan angker itu.

2. Keluarga korban kerap gelar doa di TKP kecelakaan

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti sportourisme.id

Seakan meminta tumbal, kecelakaan maut di Tanjakan Emen bukan terjadi hanya sekali dua kali. Entah sudah berapa nyawa yang tumbang di tanjakan itu. Tak jarang, sejumlah pengendara mengaku kerap mendengar suara tangisan yang diduga arwah korban.

"Ada keluarga korban yang pernah menggelar tahlil di titik kecelakaan. Ada juga yang menyiramkan air doa di TKP kecelakaan maut. Mungkin untuk mengirim doa buat korban kecelakaan," kata Dadang.

3. Abah Emen korban kecelakaan tahun 1956

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti ANTARA/Yusup Suparman

Entah sejak kapan nama Abah Emen dikaitkan dengan setiap kecelakaan maut di jalur tengkorak itu. Abah Emen bukan sekadar mitos, dia merupakan warga Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang juga menjadi korban kecelakaan maut di tanjakan Cicenang yang kini dikenal dengan namanya.

Bukan berasal dari kaum borjuis, Emen hanya seorang sopir oplet Lembang-Subang dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Memiliki nama asli Taing, Emen dikaruniai tiga orang anak yang kini masih menyimpan kenangan atas ayahnya.

Adang Edi Kurnaedi (68), anak kedua Emen mengungkapkan, peristiwa kecelakaan yang menimpa ayahnya itu mengerak dalam kenangnya. Dia mendapat cerita detail terkait kecelakaan dari seorang kernet oplet ayahnya yang berhasil melompat sebelum oplet Emen menabrak tebing dan terbakar. Peristiwa mengerikan itu terjadi pada September 1956 lalu.

"Waktu itu bapak jadi sopir oplet Lembang-Subang, sedang bawa 12 penumpang. Karena rem blong, oplet menabrak tebing dan terbalik, lalu terbakar. Semua penumpang meninggal, tapi bapak meninggal di Rumah Sakit Rancabadak, yang sekarang jadi RS Hasan Sadikin. Waktu bapak meninggal, saya baru berumur 3,5 tahun," ungkap Adang.

4. Keluarga gak mau Emen dikambinghitamkan terus

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Tanjakan Emen di Subang sering digunakan menjadi trek balap liar. (IDN Times/Bagus F)

Atas kecelakaan maut itu, tanjakan yang sebelumnya dikenal tanjakan Cicenang kini lebih populer dengan tanjakan Emen. Hal itu terjadi lantaran pada masa itu, budaya atau kebiasaan pemberian nama dari nama orang yang pertama kali tewas di tempat tersebut.

Keluarga Emen sama sekali tak keberatan jika nama Emen menjadi nama sebuah jalur menanjak di perbatasan Lembang-Subang. Yang menyebalkan bagi keluarga, penyebab kecelakaan kerap disandingkan dengan ulah arwah Abah Emen.

"Kalau ditanya soal keberatan, memang dari dulu juga sudah disebut Tanjakan Emen. Mau bagaimana lagi? Yang bikin kami keberatan, setiap kali terjadi kecelakaan, kenapa dikaitkan dengan roh Emen. Dikatakan Emen meminta tumbal, itu bikin kami sakit hati. Kami khawatir arwah bapak tidak tenang," tegas Adang.

5. KM 92 Tol Cipularang dan kemarahan penunggu Gunung Hejo

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Tidak berbeda dengan Tanjakan Emen, jalur tengkorak di KM 92 sampai KM 97 Tol Cipularang juga memiliki mitos kental yang kerap dikaitkan dengan peristiwa kecelakaan maut. Pedangdut kondang, Saipul Jamil dan mantan istrinya Virginia Anggraeni tercatat pernah mengalami kecelakaan di lokasi tersebut.

Konon, kecelakaan yang sering terjadi di lokasi tersebut dikaitkan dengan campur tangan makhluk gaib penunggu Gunung Hejo yang berada di sekitar lokasi. Masyarakat setempat percaya, lokasi langganan terjadinya kecelakaan juga disebut sebagai tempat perlintasan makhluk halus dari kerajaan gaib. Tidak sedikit pengendara sering melihat sosok berperawakan tinggi besar, berbaju putih, memakai sorban, dan berjenggot.

"Katanya sih, sopir sempat melihat sosok makhluk lain sebelum kecelakaan. Sehingga sopir hilang kendali," ujar Putra (27), pengemudi di Tol Cipularang.

Dari cerita yang beredar di masyarakat setempat, penunggu Gunung Hejo marah lantaran pembuat jalan tol ingkar janji dengan warga sekitar. Sebelum pembangunan, masyarakat dijanjikan pembuatan musala dan pembukaan akses jalan ke Gunung Hejo di sekitar jalan tol namun tidak dilakukan.

6. Kesaksian indigo asal Bali mengenai jalur tengkorak

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti IDN Times.com

Sebagian besar masyarakat lokal meyakini peristiwa kecelakaan maut di jalur tengkorak itu ada yang dapat dijelaskan oleh sains. Tetapi, ada juga yang menjadi mitos di masyarakat.

Seperti jalur tengkorak di Bali, Denpasar misalnya. Beberapa titik di kota ini juga terkenal dengan jalur tengkorak karena sering terjadi kecelakaan. Namun, Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Denpasar, AKP Taufan Rizaldi membantah jika di wilayah hukumnya terdapat jalur tengkorak.

“Jalur tengkorak nggak ada di Denpasar,” tegas AKP Taufan.

Menurut Kanit Laka Polresta Denpasar, Iptu Ni Luh Tiviasih, jalur tengkorak yang sering mengakibatkan kecelakaan dan korban jiwa itu dalam dunia kepolisian disebut black spot, bukan jalur tengkorak.

Satu-satunya jalur yang ia sebut black spot di wilayah hukum Polresta Denpasar adalah Jalan Bypas Ngurah Rai, Suwung kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, hingga kawasan mangrove. Umumnya kecelakaan terjadi karena beragam sebab, di antaranya faktor jalan, tikungan, dan jalan licin.

Berbeda dengan keterangan petugas kepolisian, ternyata salah satu lokasi yang di kenal jalur tengkorak cukup kental dengan kisah mistisnya. Berdasarkan kesaksian seorang warga bernama Bayu yang dikaruniai kemampuan melihat dimensi lain mengungkapkan bahwa sebagian spot di wilayah Bali memang ada yang kerap mengganggu di seputaran lokasi kecelakaan.

Menurut Bayu, memang secara tak kasat mata di lokasi seringnya kejadian kecelakaan ada campur tangan makhluk astral. Dari penglihatannya, mereka kerap berwujud jin dan kuntilanak. Bahkan, pada jalur ke Pelabuhan Padang Bai yakni di Jalan Ida Bagus Mantra berbagai macam bentuk makhluk astral kerap muncul di sana.

Mengapa makhluk dimensi lain ini mengganggu pengendara? Penjelasan yang diungkapkan Bayu singkat. Menurutnya karena terkadang para pengguna jalan tidak respect terhadap keberadaan mereka. Namun, juga beberapa dari mereka memang usil.

“Yang sering mereka itu menampakkan diri seolah-olah jadi orang yang sedang menyeberang,” jelasnya.

Ia pun menyarankan selama melewati beberapa jalur yang dianggap tenget atau wingit atau angker, maka lebih baik membunyikan klakson kendaraan.

“Kita lahir dengan satu cara, tapi mati dengan banyak cara,” jelasnya.

7. Tiga jalur tengkorak di sumsel yang rawan dan penuh cerita mistis

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Evakuasi bus Sriwijaya rute Bengkulu - Palembang Lematang Desa Perahu Dempo Kota Pagaralam (Dok. Istimewa)

Perjalanan darat di wilayah jalan lintas Pagar Alam dan Lahat yang menghubungkan dua wilayah dataran tinggi di Sumatra Selatan (Sumsel) bagian barat pun terkenal dengan jalur tengkorak di Bumi Sriwijaya. Kondisi geografis yang dipenuhi perbukitan dan jurang yang dalam, membuat wilayah tersebut menjadi rawan terhadap kecelakaan maut.

Jalur yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda ini pernah terjadi kecelakaan maut dengan korban jiwa. Ada dua kecelakaan besar yang pernah terjadi selama jalan tersebut dioperasikan, yakni kecelakaan di Liku Endikat pada 1993 dan kecelakaan maut Liku Lematang pada akhir Desember 2019 lalu dengan 41 korban jiwa.

"Kalau di Liku lematang dan Liku Endikat itu memang banyak 'penunggu'. Mulai dari sosok pocong, kuntilanak merah berupa noni Belanda hingga tuyul. Mereka memang suka mengganggu pengemudi yang melintas tidak sopan," ungkap Ketua Pesangrahan Daulat Ing Suro, Gagak Suro kepada IDN Times, Kamis (5/10/2020).

Jalur yang dulunya hutan belantara dibangun di atas jalur tebing. Kondisi yang berliku secara tak kasat mata memiliki gangguan dari mahluk halus. Antara percaya dan tidak, Gagak menyarankan bagi pengemudi yang melintas agar tak menyalakan musik, berlaku sopan, dan tetap berdoa ketika melintasi jalur itu.

"Banyak orang yang celaka karena terkejut ada penampakan. Apa lagi tempatnya dulu memang hutan belantara tempat orang diculik dan dibunuh," jelas dia.

Sementara itu, Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara menuturkan, wilayah Liku Lematang dan Liku Endikat merupakan wilayah pegunungan yang berliku dan curam sehingga rawan terjadi kecelakaan dan menjadi jalur tengkorak. Faktor alam menjadi salah satu penyebab kecelakaan sering terjadi di sana.

"Mengacu pada jalur liku Endikat dan Liku Lematang karena memang wilayahnya rawan longsor dan rawan kecelakaan. Di sana kan jalan berliku daerahnya, tebing dan tanjakan tajam. Oleh sebab itu kecelakaan banyak dipengaruhi oleh kerawanan alamnya, seperti itu," ungkap Dolly.

Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi terjadinya kecelakaan di dua jalur tengkorak. Selain faktor alam yang berkelok, faktor manusia dan kendaraan juga menentukan. Menurutnya, kedua faktor tersebut selalu menjadi penyebab kecelakaan setelah dilakukan investigasi. Dari dua kejadian kecelakaan besar yang merenggut korban jiwa, dirinya menuturkan selalu ada faktor kelalaian manusia dan kendaraan.

"Paling banyak terjadi pada kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Karena kerawanan tinggi di sana, kita saran siapkan kendaraan dan orangnya agar dalam kondisi prima. Kalau gak siap bisa fatal," tutur dia.

8. Sosok Sinden dan Genderuwo, Cerita Horor di Tanjakan Tarahan Lampung

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti IDN Times/Istimewa

Jalur tengkorang yang dikenal sebagai titik rawan terjadi kecelakaan maut sepertinya tidak selalu menyeramkan. Di Jalan Lintas Sumatera, tepatnya Desa Tarahan(Darahan), Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung justru indah dengan pemandangan alamnya.

Masyarakat Lampung menyebutnya tanjakan Tarahan. Di lokasi ini pemandangan indah terlihat. Hamparan laut luas disertai pulau-pulau kecil di tengahnya dan terlihat sejumlah kapal besar yang berlabuh di bibir pantai ini bisa sangat menakjubkan mata.

Tetapi, siapa sangka dibalik latar belakang pemandangan yang menakjubkan itu, tanjakan Tarahan justru menjadi salah satu jalur tengkorak yang memakan banyak korban jiwa. Di lokasi ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas (lakalantas).

Merujuk data yang dihimpun, akhir 2019 lalu, satu keluarga tewas ditabrak truk saat sedang berswafoto di pinggir tanjakan Tarahan. Bahkan, sepanjang Januari hingga November 2020 ini sudah terjadi tiga kali kecelakaan yang memakan 6 korban jiwa.

Masyarakat di Desa Tarahan sangat mempercayai adanya hal-hal mistis yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Salah satu warga Desa Tarahan, Deka Agustina Ramlan, mengatakan, para orang tua di sana sudah memberi peringatan kendaraan harus membunyikan klakson sebagai tanda "permisi" jika melintas di jalan tersebut pada saat menjelang Magrib atau malam hari. 

“Iya serem emang udah banyak sih cerita mistis. Di sini banyak yang sering ngeliat penampakan juga. Tapi biasanya yang jadi korban itu bukan warga asli sini tapi orang jauh-jauh,” ujarnya.

Dosen Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung, Ilham Malik mengungkapkan, kasus kecelakaan di jalur tengkorang bukan hanya persoalan mistis. Menurut dia, kondisi jalan yang sangat curam dan terjal juga berpotensi mengakibatkan kecelakaan maut di jalanan.

Menurut dia, struktur jalan di tanjakan Tarahan saat ini sudah lebih baik dibanding kondisi sebelumnya. Jika dahulu masih menggunakan aspal, saat ini sudah menggunakan beton sehingga jauh lebih kuat.

“Beton ini dipilih karena sering terjadi kerusakan jalan pada tanjakan Tarahan ini yang sering disebabkan oleh berbagai hal. Bisa jadi karena loading dari kendaraannya sendiri yang cukup besar lalu kemudian putaran roda dari kendaraan yang kemudian menyebabkan bongkahan, kemudian kondisi tanah dan adanya endapan air yang kemudian membuat tanahnya menjad lunak jadi ada banyak sekali penyebabnya,” papar dosen yang juga sebagai pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) wilayah Lampung ini.

Selain memperhatikan kondisi jalan, Ilham juga mengimbau pengendara untuk memperhatikan kondisi kendaraan yang akan dilintasi. Mengingat kasus kecelakaan yang sering terjadi diakibatkan karena rem blong dan rata-rata melibatkan kendaraan besar.

“Kasus kecelakaan itu lebih kepada kondisi kendaraannya. Sehingga yang harus dilakukan adalah melakukan kontrol, pemantauan serta uji gir secara acak di lapangan terkait dengan kondisi kendaraan barang,” ujarnya.

9. Batu Lubang di Tapteng, Tapanuli, jalan lintas dengan gua kembar misterius

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Robert Tarihoran (50) pria yang mengaku sudah 13 tahun melakukan perawatan di kawasan gua Batu Lubang (Hendra Simanjuntak/IDNTimes)

Jika melintas di Jalur Lintas Sumatera dari Tarutung, Tapanuli Utara menuju Kota Sibolga, pengendara biasanya melewati jalan dengan pemandangan unik. Ada dua buah terowongan kembar berbentuk gua yang harus dilintasi. Jika dari Kota Sibolga, gua pertama yang dilalui memiliki panjang 40 meter. Sementara untuk gua yang satu lagi memiliki ukuran panjang 20 meter.

Daerah ini dikenal dengan nama Batu Lubang yang berada di Dusun Simaninggir, Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sitahuis. Belum ada yang tahu pasti tentang sejarah adanya dua terowongan itu. Namun, masyarakat yakin gua itu terbentuk sebelum Indonesia merdeka. Keberadaannya diyakini sudah ada sejak tahun 1930-an.

Dari cerita yang dikumpulkan IDN Times, konon pembuatan gua tersebut dihasilkan melalui kerja paksa yang dilakukan terhadap penduduk. Penduduk yang menjadi tahanan perang di zaman kolonial Belanda diperlakukan semena-mena atau yang disebut kerja rodi. 

Pekerja harus menerima kekejaman dari kaum penjajah kala itu. Mereka dipaksa untuk terus bekerja hingga kelelahan tanpa istirahat. Sehingga, tidak sedikit juga dari para pekerja yang meninggal dunia akibat kekejaman yang diterima dari kaum penjajah. Sementara, kekejaman lainnya yakni jasad dari para pekerja konon juga dibuang ke jurang yang berada di pinggir batu lubang.

Di balik dari kisah misterinya ini, Batu Lubang juga terkenal sebagai jalur tengkorak. Warga lokal meyakini mitos membunyikan klakson kendaraan sebelum masuk bibir gua sudah menjadi kewajiban pengendara.

Namun, menurut Robert Tarihoran (50) yang sudah 13 tahun menjaga dan merawat Batu Lubang mengaku, membunyikan klakson adalah sebagai tanda 'permisi' saat melintasi Batu Lubang. Membunyikan klakson dan menyalakan lampu kendaraan sebelum memasuki bibir terowongan itu sebagai tanda bagi kendaraan lain dari arah berlawanan agar tidak berpapasan di tengah terowongan.

Robert menyebutkan, tidak ada kecelakaan maut selama dirinya menjaga Batu Lubang selama 13 tahun. Peristiwa yang terjadi hanya tanah longsor di kawasan tersebut. 

"Selama kerja di kawasan Batu Lubang, nggak pernah melihat kejadian aneh, yang ada hanya musibah longsor. Kalau kejadian misteri, kayaknya nggak pernah," kata Robert, Kamis (5/11/2020).

10. Sosok mistis perempuan berbaju merah di Tanjakan Karamaka Jeneponto, Sulsel

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Turunan Karamaka, Kec. Bangkala. IDN Times/Muizzu Khaidir

Kecelakaan lalu lintas juga sering terdengar di kawasan Tanjakan Karama, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Kondisi jalanan yang bergelombang dan berbelok membuat tanjakan Karamaka memang jadi titik rawan kecelakaan. Tetapi, tidak sedikit masyarakat sekitar yang mengaitkan peristiwa maut itu dengan kisah mistis.

Menurut cerita masyarakat di Jeneponto, sejumlah pengendara yang melintas di tanjakan tersebut acap kali mengalami kejadian aneh, seperti rem yang tiba-tiba blong, mesin tiba-tiba mati, dilempari batu, bahkan ada yang melihat sosok aneh.

Tanjakan Karama memang terletak di area perbukitan. Berdasarkan warga sekitar, Nur Aeni, lokasi ini terdapat sebuah kuburan besar yang konon tempat korban kecelakaan dimakamkan. Nur mengatakan, kuburan itu disebut Karamaka, diambil dari nama orang yang mengalami kecelakaan pada saat itu. Hingga kini, kuburan tersebut dikeramatkan warga sekitar.

"Cerita orang dulu katanya kuburan tersebut adalah kuburan orang yang telah kecelakaan dan meninggal dunia. Dia dikuburkan di atas bukit, katanya nama orang meninggal itu Karamaka," kata Nur.

Nur menyebutkan, penampakan hal-hal aneh yang membuat pengendara saat melintas kehilangan konsentrasi. Makhluk halus yang sering menampakkan diri di tanjakan Karamaka ada beberapa jenis. Seperti ular berukuran besar melintasi jalan, perempuan berbaju merah dengan rupa menawan, hingga bola api raksasa yang menggelinding di tanjakan.

"Kemunculan hal-hal tersebut berarti akan ada kejadian. Entahkah sebentar, besok, atau lusa. Saya pernah melihat sendiri perempuan berbaju merah itu, sesaat setelah hilang, terjadilah kecelakaan antara pengendara motor," jelas wanita kelahiran 1971 itu.

Rahmat, seorang warga Jeneponto lainnya juga memaparkan pengalaman serupa. Suatu malam ketika melintas di tanjakan Karamaka dari arah Kota Makassar menuju Bulukumba, sesosok pengendara motor mengikutinya dari belakang. 

Namun, hal tak terduga membuat Rahmat kaget bukan kepalang. "Saya melihat dari arah spion, rupanya (wajahnya) datar dan tak berbentuk. Sejak saat itu saya sudah takut melintas pada malam hari," kenang Rahmat.

11. Jurang mayit di jalur pantai selatan wilayah Kabupaten Magelang

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti IDN Times/istimewa

Kabupaten Malang memiliki salah satu ruas jalan yang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis. Namanya Jurang Klampok. Ada juga yang menyebutnya Jurang Mayit. Jalanan tersebut berada di kawasan jalur pantai selatan, persisnya di Desa Srigonco, Bantur, Kabupaten Malang.

Jurang Mayit dikenal sebagai jalur tengkorak lantaran sering terjadi kecelakaan di sana. Banyak truk yang masuk ke jurang. Tak jarang kecelakaan tersebut merenggut korban jiwa.

Dari cerita turun-temurun yang didengar masyarakat sekitar, jalur tersebut dinamakan Jurang Mayit karana dulunya di sana menjadi lokasi pembuangan mayat ketika masa pemberontakan PKI.

Konon, mitos yang beredar, kawasan tersebut merupakan daerah angker. Banyak yang menyebut jika makhluk tak kasat mata kerap muncul dan mengagetkan pengemudi yang melintas hingga menyebabkan kecelakaan.

Namun, berdasarkan keilmuan, jalur jurang mayit ini memiliki topografi yang cukup curam. Wilayah Desa Srigonco, utamanya area jalur Jurang Mayit, memang cenderung cekungan dan perbukitan. Hal itu memengaruhi bentuk jalan setelah selesai dibangun yaitu cukup banyak tanjakan tajam, turunan serta tikungan tajam. 

"Dari sisi elevasi, kemiringan dan super elevasinya, jalur Jurang Mayit ini masuk kategori curam. Maka dengan kondisi tersebut kecepatan rencana kendaraan tidak boleh lebih dari 20 kilometer per jam," papar Praktisi Jalan Raya dan Jembatan, Alif Riwidya, Jumat (6/11/2020). 

Arif menjelaskan, para pengemudi tentunya harus bisa menguasai kendaraan dan medan saat melintasi jalur Jurang Mayit. Sebab, dengan kondisi jalan yang curam, mau tidak mau pengemudi harus menurunkan kecepatan kendaraan. Dalam kondisi tersebut, jika kendaraan tidak dalam kondisi prima, maka bisa membahayakan pengemudi sendiri. Jurang Mayit selain memiliki turunan tajam dan tanjakan curam, juga ada tikungan tajam yang menanjak. Hal itulah yang terkadang membuat pengemudi kurang memperhitungkan. 

"Dengan jalur yang seperti itu, memang kondisi kendaraan baik pengereman serta keadaan ban harus prima. Jika tidak tentu bisa membahayakan. Kebanyakan kecelakan yang sering terjadi di sana adalah terjun ke jurang atau menghantam tebing," ujar dia. 

12. Jalur Tengkorak di Bantul, 112 jiwa melayang sejak 10 bulan terakhir

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti IDN Times/Galih Persiana

Kasus kecelakaan maut di wilayah Bumi Projotamansari, Bantul, DIY Yogyakarta juga tercatat di Satlantas Polres Bantul. Sejak Januari hingga Oktober 2020, sedikitnya 1.466 kasus kecelakaan terjadi dengan korban jiwa sebanyak 112 orang, luka ringan 1.707 orang dan kerugian materiil mencapai Rp573 juta.

Jika dibandingkan dengan tahun 2019, trennya memang cenderung menurun. Tahun lalu, angka kecelakaan mencapai 2.080 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 129 orang.

Meski demikian, kasus kecelakaan di jalur tengkorang tidak selalu berkaitan dengan kisah mistis atau gaib. Tingginya angka kecelakaan di wilayah Bantul ini banyak dipengaruhi oleh faktor manusia dan kondisi jalan itu sendiri.

Minimnya rambu lalu lintas serta kelelahan dinilai menjadi faktor paling banyak yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di jalur tengkorak ini.  

Kepala Unit Kecelakaan Satlantas Polres Bantul, Iptu Maryana mengatakan, Jalan Parangtritis yang lebar dan cukup halus menyebabkan pengguna jalan sering kali tidak fokus dalam berkendara. Sehingga ketika mencapai tikungan, pengendara kesulitan mengusai kendaraannya.

Selain di Jalan Parangtritis, titik rawan kecelakaan lainnya ada di Jalan Srandakan. Tepatnya di sisi barat pertigaan Sapuangin. Di lokasi tersebut, beberapa kali terjadi kecelakaan yang berakibat fatal dengan korban meninggal dunia. Jalan yang lebar dan halus membuat pengguna jalan kerap memacu kendaraan setelah melewati simpang Sapuangin.

"Memang saat tikungan tajam tersebut butuh rambu-rambu jalan yang menunjukkan tikungan tajam yang sampai sekarang belum terpasang. Jalan Srandakan ini merupakan kewenangan dari Pemda DI Yogyakarta," ucap Maryana.

Salah satu warga yang tinggal di dekat Balai Desa Patalan, Dwi Kristianto, tak membantah jika jalur tersebut cukup rawan. Selain tikungan, titik tersebut juga merupakan perempatan belum memiliki traffic light.

"Jadi memang kalau tidak hati-hati pasti terjadi kecelakaan karena jalurnya juga ramai pengguna jalannya," ucapnya.

13. Misteri tanjakan maut Bangangah, Pandeglang yang kerap telan korban

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Dok. Instagram/Oji Fahruroji

Nama Tanjakan Bangangah yang terletak di Desa Kadu Hileud, Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang tentu sudah tidak asing lagi di telinga warga Banten dan luar daerah yang kerap berwisata ke Pantai Carita. Jalur dengan tanjakan curam ini sering menelan korban jiwa dan terkenal angker.

Sebenarnya penyebab terjadi kecelakaan dikarenakan faktor kelaikan kendaraan dan kesalahan manusia. Namun, tak sedikit pula yang menganggap bahwa kecelakaan itu berkaitan dengan makhluk astral yang ada di tanjakan yang disebut tertinggi Kabupaten Pandeglang tersebut.

Bangangah dikenal menjadi salah satu tanjakan maut yang memiliki catatan kecelakaan tertinggi di Pulau Jawa. kondisi jalan yang curam dan sangat menanjak membuat banyak kendaraan gagal melewati jalur ini dan terpaksa harus berputar arah. Tak jarang kendaraan yang hendak menanjak harus mengosongkan penumpang dan didorong.

Menurut Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Pandeglang, tanjakan Bangangah merupakan jalur paling rawan kecelakaan di Kabupaten Pandeglang dan kerap menelan korban jiwa.

"Termasuk (rawan kecelakaan) mas, karena tanjakan dan turunan yang curam," kata Kasatlantas Polres Pandegalng Iptu Riska Tri Arditia saat dikonfirmasi, Jumat (6/11/2020).

Tetapi, jalur yang sangat rawan terjadi kecelakaan ini juga memiliki cerita misteri. Warga sekitar meyakini adanya batu yang berbentuk menjulurkan lidah atau dikenal batu ngelel itu kerap meminta tumbal setiap tahunnya.

Sahroni (49) salah satu warga setempat mengatakan, berdasarkan kepercayaan warga yang tinggal di sekitar tanjakan Bangangah, batu itu kerap meminta tumbal setiap tahun. Pada setiap menjelang bulan puasa (munggahan) atau menjelang dan libur hari Raya Idul Fitri kerap terjadi kecelakaan di tanjakan tersebut.

Namun, tidak banyak orang yang tahu tentang asal usul misteri keberadaan batu ngelel yang diyakini berada di tengah-tengah tanjakan maut tersebut.

"Kata orang tua dahulu mah, di situ ceritanya ada batu ngelel sering minta tumbal makanya sering kecelakaan. Tapi sejarahnya (batu ngelel) jarang ada yang tahu, itu sudah jadi cerita turun-temurun di sini," katanya.

Salah satu tragedi kecelakaan terjadi di jalur ini pada Jumat, 7 Februari 2014. Kala itu,  mobil truk yang mengangkut 62 lebih siswa, orangtua dan guru SMK Negeri 1 Pandeglang yang hendak melakukan kemah pramuka terguling.

Kecelakaan maut itu menewaskan enam orang. Empat diantaranya seorang siswa dan dua orang awak truk. Sementara korban lain selamat namun harus menjalani perawatan serius di RSUD Pandeglang dan RSDP Serang karena mengalami kritis.

14. Disembunyikan mahluk gaib di Gunung Lipan di Samarinda Seberang, Kalimantan Timur

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti Gunung Lipan di Samarinda Seberang. Letaknya berada di Jalan Ciptomangunkusumo, Kelurahan Gunung Panjang, Kecamatan Samarinda Seberang atau 10 kilomeneter dari pusat kota (IDN Times/yuda almerio)

Di tengah kemajuan teknologi dan zaman, masih ada sebagian masyarakat yang mempercayai kisah legenda urban. Bahkan, mereka mempercayai kisah mistis dari suatu peristiwa di daerahnya.

Seperti kisah urgan Gunung Lipan di Jalan Ciptomangunkusumo, Kelurahan Gunung Panjang, Kecamatan Samarinda Seberang atau 10 kilometer dari pusat kota, Kalimantan Timur ini. Di lokasi ini sering terjadi kecelakaan lalu lintas.

Terakhir pada Juni 2020 lalu. Tiga nyawa melayang dalam peristiwa kecelakaan yang terjadi dalam sepekan. Kendaraan yang terlibat lazimnya motor dan mobil. Dari catatan IDN Times, kecelakaan hebat juga pernah terjadi pada awal Mei 2012. Satu orang tewas tergencet truk roda jamak yang tak kuat menanjak di Gunung Lipan.

Kasus kecelakaan di lokasi ini memang memiliki kisah mistisnya. Tiga sekawan masyarakat sekitar, Andri, Wahyudi dan Dolin pernah mengalami peristiwa dunia lain tersebut. Mulai dari binatang lipan hingga disembunyikan mahluk tak kasat mata.

Wahyudi mengaku, dirinya pernah disembunyikan mahluk tak kasat mata saat masih sekolah dasar (SD). Ketika itu, Wahyudi baru bisa ditemukan tepat pukul 12 malam setelah dicari keluarga sejak sore hari. Padahal, kata dia, lokasi dirinya menghilang itu sekitar 40 meter dari Tanjakan Lipan dan melihat keluarga mencari-cari.

“Waktu itu, saya lihat mereka (keluarga) memanggil-manggil nama saya. Namun tak melihat tubuh saya, padahal ada di depan mata. Saya juga gak bisa apa-apa. Mau teriak, mulut seperti dibekap,” terangnya.

Tetapi, legenda urban Gunung Lipan di Jalan Ciptomangunkusumo, Kelurahan Gunung Panjang, Kecamatan Samarinda Seberang bukanlah hal baru. Nyaris semua warga Kota Tepian tahu soal kabar tersebut. Tak hanya karib dunia mistis, tapi lokasi ini juga jadi langganan kecelakaan lalu lintas. Kurangnya penerangan jadi salah satu penyebab.

“Iya minim penerangan. Sudah kami rencanakan untuk penganggaran (lampu penerangan jalan umum/LPJU), namun dananya terbatas,” ujar Hari Prabowo,  kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda saat dikonfirmasi pada Jumat (6/11/2020).

15. Kecelakaan maut bukan karena faktor makhluk gaib tapi topografi jalan

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

Kepercayaan mistis soal adanya penunggu di jalur tengkorak merupakan bagian dari kearifan lokal. Kearifan lokal dinilai perlu di pelihara demi terjaganya keseimbangan alam. Namun, penyebab kecelakaan pun harus dicari dengan cara berpikir logis untuk mendapat alasan bisa terjadinya kecelakaan.

Ahli Rekayasa Transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Aine Kusumawati St, Mt mengatakan, jalur tengkorang yang dikenal masyarakat sering memakan korban jiwa biasanya memiliki kondisi topografi yang curam. Seperti pada Tanjakan Emen dan KM 92 Tol Cipularang. 

Dari hasil penelitiannya, KM 92 Tol Cipularang memiliki kelandaian di bawah 7 persen. Angka itu menurutnya masih dalam batas standar konstruksi jalan tol.

"Di kilometer 92 kita sudah tahu kalau itu turunan panjang. Jadi pengemudi sering tidak sadar bahwa kecepatan kendaraannya bertambah walaupun tidak menginjak gas. Jadi itu bukan masalah mistis. Tapi, memang kondisi geometrik jalannya yang harus membutuhkan kewaspadaan lebih dari pengemudi," kata Aine.

Sementara di Tanjakan Emen, Aine belum melakukan penelitian berapa derajat kemiringan di sana. Namun, kecuramannya lebih curam dari KM 92. Hal itu yang mungkin menyebabkan kendaraan berat mengalami kecelakaan.

"Kalau Emen, itu juga sama karena masalah geometrik jalan. Umunya juga kecelakaan dialami oleh kendaraan berat seperti bus dan truk. Itu juga sama, mereka tidak bisa mengendalikan kendaraannya pada saat melalui turunan kemudian terguling. Jadi masalahnya adalah masalah geometrik jalan," jelasnya.

16. Fitur keselamatan di jalur tengkorak harus ditambah

Mistis vs Fakta di Jalur Tengkorak, Ini Jawaban Indigo dan Peneliti instagram.com/hhaarruuunnn

Meski demikian, faktor penyebab kecelakaan yang kerap terjadi ini bukan hanya dari faktor konstruksi jalan. Faktor pengemudi, kelayakan kendaraan atau belum berpengalamannya pengemudi melintasi jalur berbahaya itu.

"Dari hasil pengamatan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan di turunan panjang disebabkan masalah waktu pengereman kendaraan itu. Jadi ada teknik yang belum dikuasai pengemudi untuk mengerem di jalan turunan yang panjang," papar Aine.

Aine menyebutkan, hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya di jalur tengkorak itu yakni menambah fasilitas rambu dan pembatas jalan sebagai fitur keselamatan.

"Yang jelas kecelakaan itu sesuatu yang kita gak bisa prediksi. Namun, pemerintah bisa menyediakan fitur fitur keselamatan. Fitur-fitur itu guna mengurangi keparahan luka-luka yang dialami oleh pengemudi kendaraan bermotor ketika terjadi kecelakaan," pungkasnya.

Tim Penulis: Bagus F, Rangga Erfizal, Silviana, Alfi Ramadana, Hendra Simanjuntak, Daruwaskita, Ayu Afria Ulita Ermalia, Khaerul Anwar, Muizzu Khaidir, Yuda Almerio Pratama Lebang, Fariz Fardianto.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya