Kaltim Satu-Satunya di Indonesia yang Mendapat Program Penurunan Emisi

Jalan-jalan ke Kampung Teluk Sumbang, Ujung Timur Benua Etam

Berau, IDN Times - Saat emisi karbon terus meningkat, maka dampaknya beragam. Mulai dari perubahan iklim dan cuaca tidak konsisten. Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), tatkala emisi karbon bertambah bisa bikin rugi triliunan dolar Amerika Serikat gara-gara properti dan ekosistem yang rusak. Hal tersebut juga berpotensi meningkatnya suhu udara sebesar satu derajat karena pemanasan global.


“Kaltim menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang mendapat program penurunan emisi karbon berbayar, Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Carbon Fund. Tidak semua negara dipercaya mendapat program ini,” ucap Ahmad Wijaya, consultant Social Expert FCPF Carbon Fund World Bank, pada Senin (4/11) di sela-sela perjalanan menuju ke Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau.

Baca Juga: Kasus Ilegal Fishing, Lima Nelayan Ditangkap di Berau

1. "Berdisko” dadakan dalam mobil menuju Kampung Teluk Sumbang

Kaltim Satu-Satunya di Indonesia yang Mendapat Program Penurunan EmisiKondisi jalan menuju Teluk Sumbang di Berau (IDN Times/Yuda Almerio)

Sebelum mendarat dengan pesawat di Bumi Batiwakkal (sebutan Berau), rombongan dari Samarinda ada 19 orang. Jumlah itu termasuk Social Expert FCPF Carbon Fund World Bank, Biro Humas Pemprov Kaltim dan para jurnalis. Menuju Teluk Sumbang perlu waktu tujuh jam lewat jalur darat. Dari Tanjung Redeb, kemudian Sambaliung, Mangkajang, Tabalar, Lempake, Tali Sayan, Lenggo, Batu Putih, Tanjung Prepat dan yang terakhir Biduk-Biduk. Jarak tempuhnya sekitar 300 kilometer. Jalannya memang aspal tapi banyak lubang. Tak ada pilihan lain, penumpang harus “berdisko” dadakan dalam mobil.

“Teluk Sumbang adalah lokasi ketiga yang dikunjungi tim Social Expert FCPF Carbon Fund World Bank, Pemprov Kaltim bersama jurnalis,” terangnya.

2. Ada 150 kawasan diusulkan jadi kampung iklim di Kaltim

Kaltim Satu-Satunya di Indonesia yang Mendapat Program Penurunan EmisiSuasana Kampung Teluk Sumbang pada siang hari (IDN Times/Yuda Almerio)

Sebelumnya kelompok ini mengunjungi Munguran, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara kedua Mentawir, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Masing-masing daerah iklim punya keunggulan, utamanya warga punya aksi nyata adaptasi tingkat lokal dan mitigasi perubahan iklim. Dua syarat ini menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam penerapan strategi pembangunan rendah karbon dan tahan perubahan iklim. Di Kaltim, ada 150 kampung di Pemprov Kaltim yang diusulkan masuk dalam Program Kampung Iklim (Proklim) terkait pelaksanaan program penurunan emisi FCPF-CF.

“Kalau di Berau ada 38 kampung yang akan diikutkan sebagai kampung iklim plus. Nanti hanya ada dua yang dikunjungi, Biduk-Biduk dan Teluk Sumbang,” sebutnya kemudian menambahkan. Teluk Sumbang dipilih karena hutan masih bagus, ada masyarakat adat, serta komitmen masyarakat untuk melindungi hutan. “Ini menjadi pengalaman menarik nantinya bagi teman-teman (wartawan).”

3. Tujuan akhir, masyarakat desa mendukung program penurunan emisi

Kaltim Satu-Satunya di Indonesia yang Mendapat Program Penurunan EmisiIlustrasi emisi buatan manusia/Via Antara foto/Sigid Kurniawan

Demi menyukseskan program ini, Tim FPIC sebelumnya diberikan pengetahuan tambahan mengenai metodologi dalam pelaksanaan FPIC di tingkat kampung. Tak hanya itu, dengan pembekalan tersebut, diharapkan grup tersebut bisa memahami program penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dalam skema FCPF-CF. Pengetahuan ini kemudian siap disampaikan kepada masyarakat kampung. Tujuan akhir ialah masyarakat desa mendukung pelaksanaan program penurunan emisi pada 2020-2024. Dari informasi yang dihimpun IDN Times, 150 desa yang dipilih sebagai proklim tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Benua Etam. Rinciannya, di Berau ada 38 kampung di Kabupaten Berau. Dua kawasan memiliki sisa hutan terluas yakni Kampung Inaran dengan 22.789,79 hektare (ha) dan Kampung Suaran dengan hutan seluas 24.484,16 ha.

Selanjutnya di Kutai Kartanegara ada 25 kampung, antara lain kampung Muara Pantuan dengan hutan yang tersisa 6.976,73 ha, Umaq Bekuai luas hutan 25.258,91 ha, Tani Baru luas hutan 4.585,99 ha, Muara Kembang 4 390,88 ha, Lamin Telihan 3.104,24 ha, Handil Terusan seluas 4.713,68 ha, dan Desa Tabang Lama dengan luas hutan 51.594,33 ha. Lalu, Kutai Timur terdapat 18 kampung antara lain Kampung Tebangan Lembak dengan tutupan hutan seluas 4.055,12 ha, Long Bentuk seluas 3.367,61 ha, Susuk Dalam 21.985,73 ha, Long Wehea 60.400,02 ha, Tadoan 48.553,3 ha, dan Kampung Tepian Langsat seluas dengan tutupan hutan 28.993,24 ha.

4. Berharap media bisa mengedukasi masyarakat melestarikan hutan

Kaltim Satu-Satunya di Indonesia yang Mendapat Program Penurunan EmisiJelajah hutan di Teluk Sumbang di Berau (IDN Times/Yuda Almerio)

Kemudian, Kutai Barat dengan 22 kampung, Paser ada 19 kampung, Penajam Paser Utara 3 kampung, Balikpapan ada 2 kelurahan, dan Mahakam Ulu terdapat 23 kampung yakni Kampung Delang Kerohong seluas 41.645,15 ha, Nyaribungan 83.337,95 ha, dan Kampung Muara Ratah seluas 56.950,9 ha.
“Kami berharap kunjungan dari media ini, nanti bisa mengedukasi masyarakat dalam melestarikan hutan. Intinya, bisa menjadi barometer bagi daerah lain,” timpal Kepala Biro Humas Kaltim Syafranuddin.

Ivan sapaan karibnya menambahkan, Teluk Sumbang terkenal dengan hutannya yang terkenal dengan hutan yang dijaga oleh masyarakat adat setempat. Mereka bisa menjaga desanya dengan baik sehingga bisa menjadi destinasi wisata.
“Kita harus membangun gelora masyarakat untuk menjaga hutan,” tegasnya. Setelah berjam-jam menempuh jalur aspal berlubang, akhirnya tim sampai ke Teluk Sumbang, Berau.

Baca Juga: Adaptasi Perubahan Iklim ala Warga Gondangmanis Kudus

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya