Kasus Malaria di Penajam Paser Utara Tembus 354 Kasus 

PPU zona kuning malaria

Penajam, IDN Times - Kasus malaria ditularkan gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi parasit plasmodium di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim) menembus 354 kasus pada tahun 2022. 

“Kasus malaria di PPU masih perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan lembaga terkait, agar jumlah kasus dapat ditekan setiap tahunnya,” sebut Pengelola Monitoring dan Evaluasi Malaria Kabupaten PPU Harjito Ponco Waluyo, Rabu (25/5/2022). 

1. Jumlah kasus malaria di PPU berdasarkan data pasien yang berobat

Kasus Malaria di Penajam Paser Utara Tembus 354 Kasus Ilustrasi nyamuk penyebab malaria (misionesonline.net)

Harjito mengatakan, kasus malaria tersebut merupakan data jumlah pasien berobat di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) PPU sebanyak 1.472 kasus. Pengelola Program Penanggulangan Penyakit Bersumber Binatang Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU ini menyebutkan,  tahun 2022 bulan berjalan telah tercatat mencapai 354 kasus, kemungkinan bertambah bisa saja terjadi. 

“Tahun 2021 kemarin jumlah penderita kasus malaria yang terdata sebanyak 1.472 kasus dan bulan berjalan tahun 2022 sudah sebanyak 354 kasus penderita,” ungkapnya.

Namun, jumlah ini merupakan data pasien berobat di wilayah PPU dengan kasus malaria, kalau kasus yang berada di PPU sendiri hanya sekitar 10 persen saja. Sementara 90 persen merupakan pasien malaria dari luar PPU, yakni warga Paser 80 persen dan Kutai Barat 10 persen.

Bisa dikatakan saat ini PPU zona kuning karena hanya ada 10 persen saja warganya yang terkena malaria. Namun di daerah perbatasan wilayah PPU dengan kabupaten lain masih dianggap zona merah.

“Dari 14 fasyankes yang ada di PPU sejak tahun 2018 silam pasien yang berobat sebanyak 1.125 orang,  tahun 2019 ada 1.050 orang, tahun 2020 sejumlah 1.364 pasien, tahun 2021 sebanyak 1.472 kasus dan tahun 2022 bulan berjalan sejumlah 354,” urainya.

Baca Juga: Sambut IKN, Warga PPU Membentuk Forum Peningkatan SDM 

2. Telah dilakukan pengambilan sampel nyamuk anopheles di semua titik di PPU

Kasus Malaria di Penajam Paser Utara Tembus 354 Kasus Warga pendatang penerima kelambu anti nyamuk di KM 58 Bongan Penajam Paser Utara kawasan endemis nyamuk malaria (IDN Times/Ervan)

Berdasarkan fakta-fakta kasus malaria di PPU ini, jelasnya, di tahun 2021, telah dilakukan pengambilan sampel nyamuk anopheles di semua titik di PPU, mulai dari Semoi, Maridan, Pemaluan, Sotek, Bukit Subur, area PT ITCI, PT IHM, tidak ditemukan Anopheles pembawa plasmodium Malaria setelah sampel dikirim, melalui pemeriksaan PCR di Salatiga.

“Saat kunjungan bapak Presiden RI Joko Widodo pun pada  13 – 15 Maret 2022 di lokasi IKN Sepaku, hingga pemantauan selama tiga minggu, tidak ada laporan yang bergejala malaria dari semua tamu dan personel yang mengawal dan mempersiapkan pada saat kunjungan itu,” katanya.

Kasus malaria tahun 2022 ini sebanyak 354 pasien yang diobati di Fasyankes, terangnya, berdasarkan fakta lebih dari 90 persen  kasus, berada di atas Km. 42 jalan Sotek-Bongan, yang sebenarnya bukan wilayah PPU tetapi wilayah Kabupaten Paser. Jika dilihat berdasarkan KTP pasiennya sebanyak 70 persen merupakan warga di luar PPU dan hanya 30 persen warga PPU yang ikut bekerja di atas Km. 42 itu.

“Saat ini aktivitas pekerja yang terkena malaria berada di Km 42 dan Km 64 jalan Sotek-Bongan. Karena akses jalan di Km 67 terputus, yang merupakan wilayah Kutai Barat.

Sedangkan 10 persen kasus yang ada berada pada daerah transit, antara Km 24-Km 41 jalan Sotek-Bongan yang merupakan pemekaran RT 09 Kelurahan Sotek di mana catatan terakhir ada 100 kepala keluarga,” ungkapnya.

3. Penderita malaria 80 persen pengrajin kayu atau perambah hutan

Kasus Malaria di Penajam Paser Utara Tembus 354 Kasus Pekerja hutan sangat rentan terkena malaria menjadi target Dinkes Penajam Paser Utara (IDN Times/Ervan)

Adapun kasus pasien malaria tahun 2020 hingga 2022 ini berdasar pekerjaan penderita malaria 80 persen merupakan pengrajin kayu atau perambah hutan, lalu 10 persen ada karyawan perusahaan atau sub kontraktor, lalu 4 persen pekebun, 3 persen petani dan lain-lain 3 persen.

Saat ini, tambahnya, pihaknya sedang melaksanakan program surveilans migrasi malaria sebagai upaya mencegah terjadinya penularan setempat, dengan tujuan mencegah terjadinya penularan malaria terutama yang berasal dari kasus impor sebagai akibat dari migrasi penduduk.

“Sedangkan sasaran utamanya adalah daerah endemis rendah dan bebas malaria yang masih memiliki daerah reseptif atau nyamuk anopheles,” tukasnya.

Kegiatan yang dilakukan pihaknya saat ini adalah, mewaspadai malaria pada wilayah perbatasan,  Sotek, Bukit Subur dan Desa ataun Kelurahan yang ada masyarakatnya bekerja di wilayah endemis. Melalui Kelurahan atau Desa, Pusban, Pustu hingga Kader Malaria yang telah dilatih

4. Telah berdiri pos malaria hutan di Km 17 Sotek

Kasus Malaria di Penajam Paser Utara Tembus 354 Kasus Harjito Ponco Waluyo (IDN Times/Ervan)

“Telah berdiri pos malaria hutan (Posmalhut) di Km 17 Sotek. Walaupun hanya tidak lebih dari 10 persen masyarakat yang mampir untuk periksa. Pengamanan IKN, PT IHM melalui Klinik Trunen, telah dipersiapkan untuk memeriksa para pekerja yang akan masuk ke areal IKN,” katanya.

Pihaknya, lanjut Ponco, juga telah melakukan pemberian brekat Larvasida pada tempat-tempat nyamuk. Pemberian kelambu berinsektisida pada setiap pekerja di wilayah endemis termasuk persiapan di areal IKN.  Dan Juni ini akan dilakukan pemetaan resistivitas di wilayah IKN.

“Kita berharap ada perbaikan pelaporan di E-Sismal, sehingga kasus dapat terlapor seperti riil di lapangan. Adanya anggaran dana yang cukup, dukungan logistik malaria, dukungan mobilisasi untuk menjangkau tempat-tempat yang sulit dan kerja sama semua lintas sektor, kehutanan dan aparat penegak hukum,” pungkasnya.

Baca Juga: PPU Kembangkan Pupuk Organik dari Kotoran Sapi, Produksi 10 Ton Sehari

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya