Ekspor Dihentikan, Indonesia Diprediksi Kelabihan 32 Juta Ton Sawit
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman (Unmul) Muhammad Ikbal menyebutkan keputusan pemerintah memberhentikan ekspor sawit ke luar negeri khususnya China dan India memberikan dampak. Salah satunya yaitu Indonesia akan kelebihan 32 juta ton sawit.
"Produksi sawit dalam negeri itu sekitar 50 juta ton dengan domestic market obligation (DMO) hanya 18 juta ton yang terbagi di beberapa industri termasuk bio solar dan minyak goreng," kata Ikbal di Samarinda seperti dikutip dari Antara, Sabtu 930/4/2022).
1. Sawit harus tetap dipanen
Ia mengatakan, selebihnya Indonesia akan kelebihan produksi sekitar 32 juta ton. Hal Ini yang menjadi masalah karena sawit sifatnya harus dipanen dan harus diproduksi.
Lanjutnya, berbeda dengan batu bara jika dibiarkan beberapa saat setelah ditambang tidak akan menurunkan valuenya.
Sementara jika China dan India memberi balasan, maka tidak akan berdampak bagi Kalimantan Timur (Kaltim). Karena beberapa produk yang diimpor dari China dan India adalah bahan baku kimia seperti logam, karet sintetis, kertas, besi dan baja.
"Ini tidak masalah karena ada sumber impor lain yang memang bisa kita alihkan, yaitu Brazil dan Jepang yang menjadi eksportir bagi Indonesia untuk bahan baku industri tersebut," jelasnya.
Baca Juga: Gak Boleh Keliling, Takbiran di Samarinda Hanya Boleh di Masjid
2. Sawit mengalami penurunan harga
Ikbal menegaskan, jika terjadi serangan balasan dari China dan India kemungkinan yang mengalami dampak adalah daerah Jawa dan sekitarnya karena industri kimia di Kaltim terbilang kecil.
Satu satunya ancaman bagi Kaltim, jelas Ikbal adalah dalam jangka pendek petani sawit mengalami penurunan harga sehingga tidak bisa menjual dan mengakibatkan rendahnya pendapatan.
"Pada akhirnya mengalami degradasi pada daya beli masyarakat khususnya petani sawit. Kalau pekebun besar mereka punya modal untuk bertahan," katanya.
3. Untuk tekan harga minyak goreng dalam negeri
Ikbal meyakini, kebijakan pemerintah tersebut dalam rangka melakukan aksi supply. Artinya, ketika supplynya lebih banyak maka mampu menekan harga minyak goreng dalam negeri.
"Pemerintah juga sudah berjanji kebijakan ini hanya dalam waktu singkat, sekitar 20 hari sampai dua bulan. Setelah harga dalam negeri kembali stabil maka ekspor akan dibuka kembali," tutupnya.
Baca Juga: Disnaker Samarinda Buka Posko Pengaduan THR Bagi Pekerja