WALHI Sebut Ada Upaya Pembungkaman Aktivis Lingkungan di Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Dugaan pembungkaman para aktivis Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) rupanya tak hanya terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Perihal tersebut diungkapkan Nur Hidayati, Direktur Eksekutif Nasional WALHI dalam siaran pers daringnya pada Minggu (30/8/2020) siang.
Nur mengatakan, dugaan pembungkaman juga terjadi di DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan, lantaran para aktivis cukup lantang menyuarakan ketidakberpihakan pemerintah kepada kelestarian lingkungan.
"Ketiga aktivis ini secara intens melakukan advokasi dengan mengkritik tindakan serta kebijakan pemerintah yang tidak pro pada kemanusiaan dan lingkungan hidup," kata Nur.
1. Tiga aktivis WALHI dituding terlibat narkoba, provokasi hingga positif COVID-19
Upaya pembungkaman para aktivis, jelas Nur, dilakukan dengan berbagai cara. Ia menyebut, Muhammad Al Amien Direktur WALHI Sulawesi Selatan dituding melakukan provokasi kepada warga tentang penolakan nelayan Pulau Kodingareng atas kegiatan tambang pasir laut.
Hal serupa dialami Yohana Tiko, Direktur WALHI Kaltim yang didatangi petugas dari Dinas Kesehatan Samarinda dengan dalih uji acak swab test. Tiko pun divonis positif COVID-19 namun tanpa adanya bukti penyerta.
Kemudian Zenzi Suhadi, Kepala Departemen Advokasi WALHI Indonesia yang dituding terlibat narkoba, hingga aparat berwajib melakukan penggeledahan tidak sesuai prosedur.
"Setelah mengacak rumah, memeriksa handphone dan melakukan tes urine-nya dengan hasil negatif, polisi pergi seketika. Patut dipertanyakan apa motif polisi untuk memeriksa rumah dan handphone milik Zenzi," kecam Nur.
2. WALHI mengutuk oknum pemerintah yang membungkam para aktivis
Menurut Nur, kuatnya dugaan pembungkaman ini dikarenakan ketiga aktivis tersebut memang tengah getol melakukan advokasi terhadap permasalahan rakyat serta rusaknya lingkungan. Zenzi, jelas Nur, diketahui tengah aktif melakukan pengawalan kasus kematian Golfrid Siregar dan rencana pemindahan Ibu Kota Negara, serta investigasi benih lobster.
Sedangkan Yohana Tiko sibuk melakukan pendampingan kasus pencemaran Teluk Balikpapan, kriminalisasi tahanan politik Papua, dan penolakan rencana pemindahan ibu kota negara.
"Represi di mana-mana, terhadap rakyat korban industri ekstraktif dan aktivis yang bersuara kritis dan lantang. Demokrasi hanya jadi kata, tidak lagi fakta. WALHI dengan tegas mengutuk berbagai kejadian represi," tegasnya.
Baca Juga: Duduk Perkara Penjemputan Paksa 3 Aktivis, Dinyatakan Positif COVID-19
3. Kampanye upaya pembungkaman adalah perlawan terbaik
Terpisah, Yohana Tiko yang dihubungi melalui telepon selulernya menuturkan, perlawanan terbaik dari upaya pembungkaman aktivis dengan aktif melakukan kampanye. Kemudian memperkuat jaringan komunikasi para aktivis, tak terkecuali di luar WALHI.
Menurut Tiko, perlawanan atas upaya pembungkaman harus dilakukan, agar slogan negara demokrasi di Republik Indonesia tidak hanya tinggal sebutan saja.
"Ya bantuan advokasi kita dari jejaring melalui nasional dan daerah, bantuan kepada teman-teman (aktivis) di daerah lain seperti kampanye dan itu sangat membantu," pungkasnya.
Baca Juga: WALHI Mengkritik Kepemimpinan Jokowi dalam Tangani Pandemik