Bikin Stres, Pelajar di Penajam Paser Utara  Setuju UN Dihapuskan

Tanggapi wacana penghapusan Ujian Nasional oleh Mendikbud

Penajam, IDN Times - Sejumlah siswa dan orangtua siswa di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyatakan setuju rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem untuk meniadakan Ujian Nasional (UN). UN dinilai membuat stres semua siswa termasuk orangtua mereka.

Lia, seorang siswi kelas XII di SMAN 1 PPU membeberkan, UN sudah tidak perlu lagi dilaksanakan untuk tingkat SMA/SMK, karena menjadi beban bagi siswa. Sementara mereka telah dibebani ulangan semester dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan masih harus menghadapi UN.

"Terus terang kami sangat stres dalam menghadapi UN belum lagi kita harus menjalani UAS yang juga harus menguras otak, sementara nilai UN tidak dijadikan patokan kalau kita mau melanjutkan kuliah, apalagi tidak juga dijadikan sebagai syarat dalam bekerja," ujar Lia kepada IDN Times, Selasa (9/12).

1. Bikin stres dan hasil UN tidak menentukan saat akan mencari kerja

Bikin Stres, Pelajar di Penajam Paser Utara  Setuju UN DihapuskanIlustrasi pelaksaan UNBK SMP (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Senada dengannya, Rahmat siswa kelas XII SMKN 2 PPU menambahkan, sejumlah siswa di sekolahnya mengaku mendapatkan beban pikiran dalam menghadapi ulangan semester, UAS dan UN sehingga akhirnya banyak mereka yang tidak perduli dengan perolehan nilai mereka nanti. Karena yang dipakai adalah ijazah bukan hasil UN ketika bekerja maupun melanjutkan kuliah kelak sebagaimana diterapkan sejumlah Perguruan Tinggi.

"Kami yang telah mengikuti pendidikan di sekolah kejuruan targetnya supaya bisa cepat bekerja atau membuka usaha sendiri. Jadi memang setuju kalau UN itu ditiadakan saja, karena nilainya bukan jadi patokan dalam bekerja," tegasnya.

Menurutnya, UN hanya membuat stres. Namun apabila UN sebagai standar nasional itu bisa menjamin pelajar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tanpa tes lagi atau bisa untuk mencari pekerjaan, mungkin siswa akan menanggapi berbeda.  

Baca Juga: Komisi IV DPRD Balikpapan Mendukung Penghapusan Ujian Nasional 

2. Ada program bina lingkungan dan jalur prestasi masih bisa diterima SMA dan SMKN

Bikin Stres, Pelajar di Penajam Paser Utara  Setuju UN Dihapuskan(Ilustrasi) IDN Times/Aan Pranata

Sementara bagi Siti Hasan, pelajar kelas X SMPN 1 PPU mengungkapkan, ia dan sebagian temannya sangat setuju kalau UN ditiadakan, karena meskipun hasil UN dijadikan sebagai patokan dalam melanjutkan pendidikan ke SMA maupun SMK tetapi bukan menjadi patokan utama bisa diterima di sekolahan itu.

"Saat ini kan ada program Bina Lingkungan (BL) dan jalur prestasi di seluruh sekolah se-PPU, sehingga nilai UN tidak menjadi patokan, karena masih bisa diterima sekolah di SMAN maupun SMKN, begitu pula sebaliknya kalau nilainya tinggi belum tentu bisa diterima karena akan kalah dengan program sekolah itu," bebernya.

3. Orangtua ikut stres melihat anaknya menghadapi UN

Bikin Stres, Pelajar di Penajam Paser Utara  Setuju UN DihapuskanIDN Times/Vanny El Rahman

Mariani, orangtua siswa salah satu sekolah di PPU mengaku stres melihat anaknya ketika mereka harus menghadapi UN, karena sehabis pulang sekolah mereka tidak cukup berkomunikasi dengan orang tuanya, karena harus ekstra belajar. Bahkan sering lupa makan karena harus belajar.

"Saya punya anak dua, saat ini kakaknya sudah kelas XII dan siap siap menghadapi ulangan semester, UAS dan UN kalau melihatnya tentu saya ikut stres. Orangtua mana yang senang melihat anaknya begitu," ujarnya.

Ia menilai, standar nasional itu bukan hal yang penting bagi dirinya sebagai orangtua, karena yang terpenting anaknya telah lulus sekolah dan bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi atau bisa langsung bekerja.

"Bagi saya yang hidupnya pas - pas, tentu kesulitan kalau anak harus melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi karena tidak memiliki biaya meskipun tetap kita paksakan agar bisa kuliah. Apalagi untuk bisa kuliah mereka harus ke Kota Samarinda atau Balikpapan. Harapannya kami sebagai orang tua mereka bisa bekerja sambil kuliah agar bisa lebih mandiri," pungkasnya.   

Sementara Andre, orangtua siswa lainnya, membeberkan, kalau bisa memilih pasti para orangtua meminta agar UN ditiadakan, sebab kasihan melihat anak - anaknya belajar sangat keras untuk menghadapi UN itu.

"Saya kasihan melihat anak saya karena harus jungkir balik belajar menghadapi ujian - ujian di sekolah, apalagi persiapan menghadapi UN kali ini. Kita sebagai orang tua juga ikut - ikutan stres jadinya," tutup Andre.   

Laporan Kontributor IDN Times Kaltim Ervan Masbanjar

Baca Juga: Jusuf Kalla: Tak Ada Ujian Nasional, Bahaya Jika Standar Berbeda-beda

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya