Dampak Banjir di Samarinda, Bisa Melumpuhkan Ekonomi

Semoga banjir cepat surut

Samarinda, IDN Times - Banjir yang melanda Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur tak hanya menyengsarakan warga secara fisik dan mental, namun juga membawa dampak kerugian ekonomi.

Setidaknya 36 ribu jiwa menjadi korban banjir, dan 12 kelurahan yang terdampak yakni: Sempaja Timur, Sempaja Selatan, Sidodadi, Lok Bahu, Gunung Lingai, Sempaja Utara,  Pelita, Termindung Permai, Bukit Pinang, Sungai Pinang Dalam, Lempake, Bandara.

Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda Dr. Aji Sofyan Effendi,SE, M.Si, CRMP, "Ekonomi sangat terdampak sekali, toko-toko pada tutup, tidak bisa melakukan transaksi jual beli, bukan hanya toko sandang pangan tapi juga yang menjual kebutuhan sehari-hari. Jika ini berlangsung dalam jangka waktu satu minggu saja maka berapa milyar untuk seluruh daerah yang terdampak dari segi ekonomi pendapatan mereka," jelasnya.

1. Toko-toko tutup, bisnis dan transportasi darat dan udara terhambat, kerugian diprediksi ratusan milyar rupiah

Dampak Banjir di Samarinda, Bisa Melumpuhkan EkonomiDok.IDN Times/Istimewa

Aji Sofyan menuturkan, rumah tinggalnya berada di Samarinda Utara, meskipun rumahnya tak kebanjiran, namun akses jalan utama tergenang air setinggi pinggang orang dewasa.

Menurutnya kondisi banjir ini bisa membuat ekonomi Samarinda lumpuh. "Banjir memasuki minggu pertama tidak hanya para pedagang saja, tapi beserta ikutannya seperti transportasi, dan hampir semua bisnis terpukul. Estimasi saya, bisa puluhan sampai ratusan milyar terdampak." katanya. 

Belum lagi kerugian yang ditanggung oleh masyarakat dan bisnis penerbangan. Sejumlah pesawat yang terpaksa delay, karena kru pesawat dan penumpang yang terjebak banjir sehingga terpaksa diangkut menggunakan truk, dan bus untuk menuju ke Bandara APT Pranoto.

2. Alat-alat elektronik dan perabotan rumah tangga rusak akibat banjir

Dampak Banjir di Samarinda, Bisa Melumpuhkan Ekonomiinstagram/pepipop46

Tak hanya ekonomi, secara mental masyarakat juga terpukul. Selain itu masyarakat juga mesti menanggung kerugian rusaknya peralatan elektronik dan perabotan rumah tangga akibat banjir.

"Alat-alat elektronik rumah tangga rusak, belum termasuk perabotan yang lain. Jadi berapa kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat korban banjir. Rumah tangga yang nonbisnis terdampak kerugian pada elektronik dan perabotan rumah tangga diperkirakan juga mencapai miliaran rupiah," jelas Aji Sofyan.

3. Pemerintah mesti tegas tetapkan aturan terkait ruang terbuka hijau,

Dampak Banjir di Samarinda, Bisa Melumpuhkan Ekonomiinstagram/hesti_nauby

Pemerintah Kota Samarinda menurut Aji Sofyan, belum optimal dalam penanganan banjir. Saat terjadi bencana seperti ini pemerintah dan semua elemen masyarakat dapat bergabung untuk membantu tanpa sekat-sekat golongan dan kepentingan.

Ia mengharapkan agar ke depan Pemkot dapat melakukan upaya preventif yang betul-betul efektif.

"Lahan-lahan di Kaltim dikepung oleh tambang, tanah-tanah dikupas untuk real estate dan properti yang semestinya merupakan daerah tangkapan air. Masing-masing rumah seharusnya memiliki biopori, dan ramah lingkungan," katanya. 

Perda Kota Samarinda no.2  tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebenarnya telah mengatur tentang ruang terbuka hijau sebanyak 30 persen. Pengembang perumahan dapat membangun 70 persen, sementara sisanya untuk ruang terbuka hijau.

Pemerintah mesti tegas mengupayakan Ruang terbuka hijau (RTH) di Samarinda yang belum genap 30 persen dari seluruh wilayah kota ini. Banyaknya bangunan liar di sempadan sungai juga menghambat aliran air dan memperparah banjir. 

Baca Juga: Samarinda Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Cuma Turun 10 Cm 

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya