Balikpapan Masih Dilanda Kabut Asap, Alat Detektor Udara Rusak 

BLH: secara visual masih aman

Balikpapan, IDN Times - Sejak dilanda bencana kabut asap dalam seminggu ini, Pemerintah Kota Balikpapan belum bisa menentukan tingkat keamanan kualitas udara. Hal itu disebabkan karena alat pendeteksi udara yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Balikpapan tidak berfungsi.

"Alat deteksi udaranya rusak jadi kami belum bisa mengeluarkan data terkait keamanan kualitas udara," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan Suryanto ketika diwawancarai di Kantor Wali Kota Balikpapan, Kamis (12/9).

1. Selama 2 tahun tidak ada perbaikan

Balikpapan Masih Dilanda Kabut Asap, Alat Detektor Udara Rusak IDN Times/Maulana

Kabut asap yang ada di Balikpapan merupakan dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah di Kalimantan, yang terbawa angin hingga ke kawasan udara Kota Balikpapan. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan kesehatan kepada masyarakat.

Suryanto menjelaskan pihaknya saat ini memiliki sedikitnya 3 alat pendeteksi udara yang ditempatkan di tiga lokasi yakni di pertigaan Balikpapan Trade Center, perempatan Muara Rapak dan perempatan Balikpapan Baru.

Ketiga alat itu telah diadakan sejak tahun 2003, dengan anggaran mencapai Rp1,8 miliar per unit. Namun sejak tahun 2017 lalu tidak ada pemeliharaan, karena keterbatasan anggaran pemerintah daerah.

"Untuk perbaikan tidak gampang karena alatnya buatan Italia, bukan berarti nggak bisa dipakai  kadang-kadang membacanya ada istilah yang harus diturunkan ke angka, nah ini yang kerjanya lambat," ungkapnya.

Baca Juga: Kabut Asap Ganggu Aktivitas di Balikpapan, BPBD: Asap Kiriman

2. Tahun depan, diusulkan pengadaan 5 alat baru

Balikpapan Masih Dilanda Kabut Asap, Alat Detektor Udara Rusak IDN Times/Maulana

Suryanto menjelaskan pihaknya saat ini masih mengkaji rencana untuk membeli alat deteksi udara yang baru pada tahun 2020 mendatang. Rencananya, tahun depan, DLH Kota Balikpapan berencana mengajukan 5 unit baru yang akan dipasang di sejumlah titik. 

Untuk mengantisipasi kejadian sebelumnya, pihaknya berencana menggunakan produk buatan dalam negeri agar lebih mudah dalam melakukan perbaikan dan ketersediaan suku cadang.

"Kami sekarang sedang  menjajaki untuk membeli produk dalam negeri saja, agar mudah perbaikan dan spare part-nya," jelasnya.

3. Minta bantuan laboratorium swasta

Balikpapan Masih Dilanda Kabut Asap, Alat Detektor Udara Rusak pixabay.com/jarmoluk

Untuk mengantisipasi masalah alat deteksi udara yang rusak, DLH Kota Balikpapan meminta bantuan laboratorium swasta yakni Unilab untuk memeriksa tingkat kualitas udara.

"Ini lagi dicek sebentar,  kami bawa ke Unilab, kalau ngomong angka takut salah, gak bisa diprediksi kalau ngomong angka, tapi kalau dilihat kondisi kayak kabut asap mulai menurun dibandingkan hari sebelumnya, " tuturnya.

Meski belum menunjukkan data yang pasti terkait bahaya kabut asap, pihaknya tetap mengimbau agar tetap menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah. Menurut Suryanto, daya tahan tubuh manusia berbeda-beda, sehingga harus tetap waspada ketika terjadi kabut asap agar tidak berdampak buruk pada kesehatan.

"Sensitivitas tubuh manusia beda, ada orang yang kena sedikit sudah batuk,  bagusnya sih pakai masker bagus untuk mencegah," jelasnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Unilab, Data Indeks Standar Pencemar Udara Kota Balikpapan tanggal 11 September 2019 adalah sedang pada angka 53, dengan parameter PM 2,5. 

Sesuai Kepmen LH Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, dengan kategori Sedang berada pada rentang 51 - 100.

Baca Juga: Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Tak Terpengaruh Kabut Asap  

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya