Masa Pandemik, Masker Jadi Hambatan Komunikasi Kawan Tuli Balikpapan 

Kesempatan kerja bagi kawan tuli juga sangat berkurang

Balikpapan, IDN Times - Masa pandemik membuat orang harus mengenakan masker agar terhindar dari penularan virus corona atau COVID-19. Bagi sebagian besar orang penggunaan masker tak menghalangi dalam berkegiatan dan komunikasi, namun bagi kawan tuli penggunaan masker dapat menghambat kegiatan komunikasi.

Bagi kawan tuli, komunikasi dilakukan dengan bahasa isyarat yakni gerakan tangan, dan tubuh, serta membaca gerak bibir. Masker menutup gerakan bibir lawan bicara sehingga menyulitkan mereka untuk memahami pesan dari lawan bicara. Inilah yang membuat mereka merasa bahwa akses mereka semakin berkurang.

"Setidaknya, jika ingin memberikan informasi kepada kami bisa melalui video. Kami melihat banyak video sosialisasi dan edukasi yang disebarkan. Tetapi bagi kami jika tidak ada teks, tetap saja kami tidak tahu," kata Ketua Komunitas Semangat Muda Tuli Balikpapan (Semut) Nabilah Sulistyani Putri, Selasa (8/9/2020) saat ditemui di Kantor Loka Bina Karya (LBK), ruang Komunitas Tuli Balikpapan.

1. Kesulitan lainnya semakin bertambah sejak ada COVID-19

Masa Pandemik, Masker Jadi Hambatan Komunikasi Kawan Tuli Balikpapan Ketua Komunitas Semut Balikpapan Nabilah Sulistyani Putri Instagram/Difabel.id

Menurut Nabilah, kendala lainnya adalah mereka jadi tidak bisa membuka kelas Bahasa Isyarat yang merupakan agenda tahunan, dan cukup banyak peminatnya. Selain itu, dalam lapangan pekerjaan, banyak perusahaan terpaksa menunda perekrutan pekerja dari kaum disabilitas termasuk tuli karena pandemik virus corona.

"Jadi akses kami untuk mendapatkan pekerjaan juga makin sulit. Akhirnya kami menganggur," kata Nabilah dengan gerakan bahasa isyarat

Meskipun demikian, ia tak menyerah dan tetap berusaha. Nabilah juga menambahkan, hingga saat ini ia dan rekan sesama kawan tuli, masih mengusahakan untuk mendapatkan hak untuk memiliki surat izin mengemudi (SIM).

Baca Juga: Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru di Kaltim Beda Jauh dari Saran WHO

2. Menerima bantuan dari beberapa instansi dan perusahaan

Masa Pandemik, Masker Jadi Hambatan Komunikasi Kawan Tuli Balikpapan Humas Komunitas Semut Muhammad Dendy dalam suatu acara (Dok. Komunitas Semut)

Untunglah, selama masa pandemik perhatian tetap mengalir kepada mereka dari instansi dan perusahaan. "Ada (bantuan). Kemarin kami dapatkan bantuan dari Polda Kaltim. Dari NPC (National Paralympic Committee), dan Bansos dari Kementerian Sosial," terang Humas Komunitas Semut Muhammad Dendy,.

Sebagai informasi, sebagian besar kawan tuli ini merupakan anggota olahraga dalam  naungan NPC dan sering mengikuti perlombaan olahraga yang diadakan khusus bagi kaum disabilitas.

3. Tantangan tersendiri untuk Juru Bahasa Isyarat

Masa Pandemik, Masker Jadi Hambatan Komunikasi Kawan Tuli Balikpapan JBI Balikpapan Fajar Assifiyanto mendampingi Wali Kota Balikpapan saat press rilis di Kantor Pemerintah Kota Balikpapan IDN Times/Riani Rahayu

Terpisah, Juru Bahasa Isyarat (JBI) Balikpapan Fajar Assifiyanto mengatakan, sebagai seorang penerjemah yang saat ini ditunjuk mendampingi Pemerintah Kota dalam memberikan informasi kepada publik melalui rilis dan kegiatan lainnya, pandemik ini menjadi tantangan tersendiri untuknya.

Kelengkapan hingga keakuratan data juga harus disampaikan, agar teman tuli paham mengenai kondisi saat ini. Menurut pria yang bekerja di PT Pegadaian (Persero) Kanwil IV Balikpapan ini, semakin hari tantangan yang dirasakan sebagai JBI juga semakin bertambah, seiring dengan jumlah kasus yang terus meningkat di Kota Balikpapan.

Menurutnya saat menerjemahkan, penyebutan kode dan wilayah harus benar-benar dikuasai agar tidak salah pengartian dari teman Tuli. "Jadi itu menjadi tantangan tersendiri dimana kita harus mengingat kodenya, umurnya, dan itu semua menggunakan angka. Kalau dulu pernah kesulitan di nama-nama kota, sekarang di angka," jelasnya, usai press rilis di Kantor Pemerintah Kota Balikpapan.

Selain itu, sama halnya dengan kegelisahan kawan Tuli yang merasa masker menghambat informasi, Fajar menerangkan bahwa memang tidak dapat menerima informasi hanya sekedar gerakan tubuh saja. Mereka juga membutuhkan gerak verbal untuk memahami maksud pembicaraan.

"Makanya penerjemah ini saat rilis atau bertugas, mereka tidak pernah menggunakan masker. Karena itu tadi, isyarat selain gerakan tangan ada juga gerak bibir yang perlu dibaca, juga mimik wajah. Jadi tiga komponen itu harus ada," kata dia.

Ia bahkan sempat mendapat peringatan dari masyarakat karena tidak menggunakan masker saat bertugas. Namun, ia memahami hal ini karena memang masyarakat banyak yang belum paham mengenai JBI ini.

"Ya, tetapi setelah itu saya tetap menerapkan protokol kesehatan. Sekarang juga sudah difasilitasi dengan face shield, tetapi gak sedikit juga isyarat jadi terganggu. Biasanya di kamera itu ada muncul reflektif jadi mimik wajah tidak terlihat," tutur dia.

Baca Juga: Kisah Kawan Tuli, 262 Kali Ditolak Perusahaan karena Pendengaran

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya