BPOM Temukan Dugaan Kontaminasi Air Kemasan di 6 Daerah di Indonesia

Ketegasan dalam mengatasi bahaya galon polikabornat

Balikpapan, IDN Times - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan Sumatra Utara (Sumut) menduga ada peluruhan zat kimia bisphenol A (BPA) pada air galon kemasan plastik keras polikarbonat. Hal ini terungkap dalam Forum Tatap Muka antara BPOM, praktisi kesehatan, pengusaha air minum dalam kemasan (AMDK), dan elemen masyarakat, Senin (12/9/2022). 

BPA sendiri merupakan zat kimia yang bisa memicu beragam penyakit serius bagi bayi maupun orang dewasa. 

Dari forum itu muncul tuntutan agar dilakukan pengawasan dan perbaikan sistem. Tujuannya agar 85 juta lebih konsumen AMDK galon tidak terpapar penyakit degeneratif di masa depan.

“Proses pascaproduksi seperti transportasi dan penyimpanan AMDK galon, dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang yang tidak sesuai prosedur, diduga menjadi penyebab kandungan BPA dalam kemasan galon polikarbonat bermigrasi dalam air,” kata Kepala BPOM Medan Martin Suhendri dalam keterangan tertulisnya. 

“Sebagai contoh, galon yang terkena panas atau dibanting-banting.”

1. Penemuan BPOM Medan 2021-2022

BPOM Temukan Dugaan Kontaminasi Air Kemasan di 6 Daerah di IndonesiaKlikdokter

Dalam kesempatan itu, BPOM menyampaikan penemuan sepanjang 2021-2022. Temuan lapangan BPOM di enam kota, yakni, Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara, cukup mengejutkan.

Bahwa kandungan BPA dalam AMDK di enam daerah tersebut telah melebihi ambang batas yang ditentukan, yakni 0,6 bagian per sejuta (ppm) per liter. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi dari hasil temuan di Medan, ditemukan bahwa kandungan BPA dalam air di galon bisa mencapai 0,9 ppm per liter.

Hasil uji migrasi BPA pada AMDK yang melebihi 0,6 ppm, kata dia, menunjukkan 3,4 persen di antaranya ditemukan pada sarana distribusi dan peredaran. Sementara hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan, 0,05-0,6 ppm, menyebutkan 46,97 persen di sarana distribusi dan peredaran serta 30,19 persen di sarana produksi.

Adapun uji kandungan BPA pada AMDK melebihi 0,01 ppm, 5 persen di sarana produksi serta 8,6 persen di sarana distribusi dan peredarannya.

Proses pascaproduksi, seperti transportasi dan penyimpanan AMDK galon dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang yang tidak sesuai prosedur, diduga menyebabkan kandungan BPA dalam kemasan galon polikarbonat bermigrasi dalam air. Sebagai contoh, kata dia, galon yang terkena panas atau dibanting-banting.

”Awalnya kandungnya BPA-nya zero, tetapi di lapangan meningkat karena penanganan yang kurang baik,” kata Martin.

Baca Juga: Sabu Diselundupkan dengan Drone, Lapas Samarinda Periksa Seluruh Napi

2. Pernyataan dari para pakar

BPOM Temukan Dugaan Kontaminasi Air Kemasan di 6 Daerah di IndonesiaIlustrasi galon guna ulang. Foto dok

Pernyataan BPOM Medan ini sesuai dengan keterangan sebelumnya, yang disampaikan Guru Besar Teknik Kimia Universitas Diponegoro Andri Cahyo Kumoro. Ia mengatakan, bahwa pelepasan BPA pada galon guna ulang rentan terjadi bila galon sampai tergores atau terpapar sinar matahari langsung.

Demikian pun disampaikan Evi Naria dari Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatra Utara mengatakan, dari produksi 21 miliar liter air minum per tahun, sebanyak 22 persen di antaranya diproduksi dalam wadah kemasan galon. Galon guna ulang berbahan BPA terbukti sangat dominan, karena jumlahnya mencapai 96,4 persen. Sebaliknya,  air mineral dalam kemasan galon plastik jenis polyethylene terephthalate (PET) yang bebas BPA hanya sebesar 3,6 persen.

Sebagaimana diketahui, saat ini, hampir seluruh negara maju menggunakan PET sebagai kemasan AMDK. Bahkan, industri besar AMDK di Indonesia sudah mulai menjajaki penggunaan galon PET di sejumlah daerah.

Berbeda dengan sikap kritis Badan Kesehatan Dunia (WHO) terhadap BPA,  PET tidak termasuk dalam kategori jenis plastik yang perlu diwaspadai untuk kemasan AMDK. “Banyak negara sudah melarang penggunaan BPA, seperti Prancis, Negara Bagian California di Amerika Serikat, Denmark, Malaysia, Australia, dan Swedia,” kata Evi.

Pihaknya merekomendasikan pengendalian BPA dengan pembentukan  prosedur operasi standar penanganan produk, pelabelan produk, pemeriksaan kode daur ulang pada wadah plastik, hingga penghindaran produk dari paparan suhu tinggi.

3. Sebesar apa bahaya zat kimia BPA

BPOM Temukan Dugaan Kontaminasi Air Kemasan di 6 Daerah di IndonesiaTajuknews

BPA  mudah ditemui dalam perlengkapan yang digunakan sehari-hari. BPA bisa ditemukan di dalam AMDK galon polikarbonat, tempat makan plastik, dan pada wadah apa pun yang terbuat dari plastik tanpa keterangan “bebas BPA”.

Menurut FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, BPA bisa mudah masuk ke dalam tubuh jika wadah plastik dipanaskan, tergores, atau rusak. Bahkan, BPA juga bisa merembes di pipa air, cat, mainan, hingga lensa kacamata.

BPA dianggap berbahaya, karena keberadaannya bisa mengganggu fungsi endokrin yang berperanan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme tubuh, pengaturan suasana hati, dan juga berkaitan dengan fungsi seksual dan reproduksi.

Hal ini dipertegas lebih rinci oleh dokter spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Irfan Dzakir Nugroho yang menyebutkan, BPA diketahui dapat memengaruhi hormon endokrin seperti estrogen, androgen, dan tiroid.

Selain itu, paparan BPA yang berlebih bisa menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak. Sedangkan pada usia dewasa atau usia produktif, BPA bisa memengaruhi produktivitas dan bisa juga menyebabkan gangguan pada saat kehamilan dan persalinan, termasuk menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit metabolik.

Lebih jauh,  Irfan menguatkan penjelasan bahwa kontaminasi BPA dapat membahayakan ibu hamil, karena mengganggu kerja endokrin, dan mampu  meniru hormon estrogen.

Pada laporan yang terbit  pada 2008 oleh Program Toksikologi Nasional AS,  disimpulkan  adanya efek pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada janin, bayi serta anak-anak akibat paparan BPA yang masuk melalui plasenta, ASI, pemberian susu botol, dan pemberian makanan atau minuman yang telah terkontaminasi BPA. Dampak BPA bukan hanya pada bayi, BPA juga dapat menimbulkan bahaya pada kelompok usia anak-anak, di antaranya: Menyebabkan gangguan tumbuh kembang, perilaku depresif, ansietas, dan hiperaktif.

Di samping memengaruhi perilaku emosional dan kekerasan pada anak, BPA juga bisa memengaruhi  senyawa yang dihasilkan oleh otak seperti dopamine, serotonin, acetylcholine, dan hormon thyroid

Baca Juga: Mulai Rusuh, Aksi Demo Mahasiswa Balikpapan Disemprot Water Cannon

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya