Kepedulian Millennials dan Gen Z di Balikpapan dalam Green Living

Gaya hidup anak muda butuh panutan

Balikpapan, IDN Times - Gaya hidup masyarakat urban sekarang ini semakin modern dengan mengedepankan keseimbangan lingkungan hidup. Dalam mengurangi beban sampah plastik maupun polutan berbahaya lainnya bagi keberlangsungan manusia di masa mendatang. 

Dalam kasus ini, kelompok anak muda di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) atau akrab disebut dengan Millennials dan Gen Z pun tentunya tidak mau ketinggalan. Arti penting kelestarian lingkungan.

Pemahaman yang muncul lewat pendidikan maupun gencarnya kampanye green living termuat di media mainstream, media sosial, hingga pergaulan mereka di antara rekan sejawat. 

"Kami sudah paham tentang arti penting menjaga lingkungan, bisa dari media mainstream, media sosial, dan lainnya," kata Adelina, seorang pengunjung di Pantai Balikpapan Super Blok (BSB) saat ditemui IDN Times, Kamis (2/2/2023). 

1. Karakter Millennials dan Gen Z pada lingkungan

Kepedulian Millennials dan Gen Z di Balikpapan dalam Green LivingSuasana nongkrong di Kafe Balikpapan Super Blok, Sabtu (11/2/2023). (IDN Times/Sri Wibisono)

Dalam pergaulan anak muda zaman sekarang ini, menurut Adelina, kelompok Millennials dan Gen Z sangat aktif memantau perkembangan dunia luar, seperti salah satunya tentang keberlangsungan lingkungan. 

Literasinya pun sangat beragam dari bacaan buku, pemberitaan, hingga informasi yang berasal dari dunia maya. 

Tetapi untuk mematik tumbuhnya kepedulian tentang lingkungan, Adelina menilai adanya strategi tersendiri khususnya bagi anak muda. Mereka biasanya membutuhkan sosok panutan, seperti publik figur maupun kampanye keren dari organisasi lingkungan yang menyadarkan arti penting green living bagi kehidupan manusia di masa mendatang. 

"Kalau sosok panutan mereka berperilaku yang peduli lingkungan, mereka biasanya akan ikut-ikutan. Atau ada kampanye keren dari LSM lingkungan tentang arti penting green living, mereka juga akan ikut-ikutan," paparnya. 

"Intinya adalah kemasan seperti apa yang hendak disampaikan kepada target anak muda. Kampanyenya harus keren dan anak muda banget."

Baca Juga: Pertama Kali, Mario G Klau Konser di Pantai BSB Balikpapan 

2. Kepedulian green living anak muda Balikpapan

Kepedulian Millennials dan Gen Z di Balikpapan dalam Green LivingPerwakilan Manajemen Pantai BSB Adelina dalam keterangan pers, Kamis (2/2/2023). (IDN TImes/Sri Wibisono)

Adelina pun mencontohkan salah satu gaya hidup anak muda di Balikpapan yang lebih memilih membawa tumbler (gelas minum) selama nongkrong di kafe-kafe terkenal. Tumbler yang ditentang juga bermerek, seperti Starbucks atau Corkcicle yang harganya berkisar dari angka Rp600 ribu hingga Rp1 juta.

Sangat sesuai dengan bujet nongkrong di kafe Balikpapan yang setidaknya harus menyiapkan biaya Rp500 ribu. 

Jadi bukan semata-mata peduli pada lingkungan, tetapi juga menjadi ajang gaya-gayaan di antara teman tongkrongan. Mereka ingin menunjukkan eksistensinya, di mana punya standar tersendiri dibandingkan yang lainnya. Bahwa selain memiliki kepedulian tinggi pada lingkungan, standar dan gaya hidupnya pun tidaklah sembarangan. Masuk kategori ekonomi menengah atas. 

"Biasanya mereka mencontoh publik figur yang nongol di layar televisi maupun media sosial. Sunstansinya tentang isu lingkungan sepertinya hanya mengikuti dari gaya hidup anak muda ini bersama dengan idolanya masing-masing," ujar Adelina yang juga aktif dalam tongkrongan kelompok Millennials dan Gen Z di Balikpapan.  

3. Kampanye lingkungan bagi anak muda

Kepedulian Millennials dan Gen Z di Balikpapan dalam Green Living(Pixabay/sasint)

Karenanya, Adelina mengimbau agar kampanye-kampanye yang menyasar para anak muda juga melibatkan kelompok mereka ini. Dari penetapan ide, perumusan tema, hingga eksekusi pembuatan kampanye. 

Menurutnya Adelina, kampanye menyasar anak muda harus menampilkan ide yang segar, menggelitik, sekaligus menarik minat mereka untuk setidaknya diperhatikan. Ide-ide seperti ini biasanya muncul dari kelompok anak muda yang akhirnya menjadi tren setter ke depannya. 

"Jangan sampai membuat kampanye tentang anak muda, tetapi ide pembuatannya dari orang sudah tua, tentu tidak akan nyambung dan jauh dari harapan respons anak muda," tuturnya. 

Setidaknya dengan melibatkan para influencer lokal maupun nasional dalam menjembatani antara pemangku kepentingan dengan audiens kelompok Millennials dan Gen Z.  

Baca Juga: HUT Kota Balikpapan, Resmikan Sekolah hingga Gelar Konser

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya