Kisah Kelam Aktivis Samarinda yang Dulu Jadi Korban Pelecehan Seksual

Trauma masa lalu jadi korban pelecehan seksual

Samarinda, IDN Times - Rina Zainun (44) adalah seorang penyintas. Dulu saat masih bocah, aktivis perempuan dan anak ini pernah menjadi korban pelecehan seksual. 

Trauma masa lalu ini yang akhirnya mendorong Rina aktif dalam perlindungan perempuan dan anak di Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim). Bersama dengan aktivis lain, ia pun membentuk Tim Organisasi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) Kaltim. 

“Saya aktif di sini, karena saya pernah menjadi korban pelecehan seksual,” kata Rina yang dipercaya menjadi Ketua TRC PPA Kaltim di Jalan Awab Syahrani Samarinda, Kamis (26/8/2021).

1. Mengalami pelecehan seksual saat masih belia

Kisah Kelam Aktivis Samarinda yang Dulu Jadi Korban Pelecehan SeksualTim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) di Provinsi Kalimantan Timur. (IDN Times/Nina)

Masa kecil Rina dilalui dengan menyedihkan. Hidup dalam keluarga sederhana, membuatnya terkadang harus sendirian di dalam rumah. Sedangkan kedua orangtuanya  harus bekerja keras meninggalkannya sendirian tanpa pengawasan. 

Ternyata ini menjadi awal mimpi buruk yang mengubah seluruh jalan hidupnya. 

“Orang yang melecehkan saya adalah keluarga kerabat orang tua saya sendiri. Kalau gak salah usia orang itu, sudah 30an sedangkan saya masih kelas 1 SD,” bebernya.

Rina yang masih polos tentu tak menyangka pelaku perbuatan bejat tersebut malah berasal dari kerabatnya sendiri. Ia juga tidak berani menceritakan kejadian tersebut pada siapa pun, termasuk pada kedua orangtuanya. 

Hanya saja, perilakunya langsung berubah 180 derajat dari semula bocah yang periang mendadak jadi pemurung dan tertutup. Rina juga tidak lagi berani tinggal sendirian di dalam rumah serta memilih ikut ke mana pun orangtuanya pergi. 

“Saya tidak pernah lapor. Takut. Waktu itu, pelipis dan bibir saya kan berdarah, karena di pukul pelaku dan saya lari. Bapak saya tanya, itu kenapa? Saya Cuma bilang jatuh,” ungkapnya. 

Puluhan tahun berjalan, Rina akhirnya mencoba berdamai dengan keadaan mencoba kejadian menyedihkan itu. Tekatnya sekarang cuma satu, agar pengalamannya itu tidak dialami anak-anak dan perempuan lain. 

“Saat ini tidak ada dendam di hati mencoba berdamai dengan keadaan dan berdamai dengan hati. Untuk mengobatinya dengan cara membantu perempuan dan anak yang tertimpa masalah” ungkapnya.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Kaltim Turun dengan Kesembuhan Ratusan Orang

2. Berusaha menjadi penolong bagi anak-anak

Kisah Kelam Aktivis Samarinda yang Dulu Jadi Korban Pelecehan SeksualKetua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) di Provinsi Kalimantan Timur Rina Zainun. (IDN Times/Nina)

Saat duduk di bangku SMP dan SMA, Rina tumbuh menjadi pribadi yang kritis. Aktif dalam kegiatan extra kurikuler sekolah hingga pengurus OSIS. 

Saat itu, Rina secara langsung meminta agar dimasukkan dalam struktur organisasi OSIS yang khusus mengurusi kepentingan anak-anak. Tetapi dalam organisasi OSIS memang belum terbentuk divisi khusus anak-anak ini. 

“SMP sampai SMA, saya OSIS  juga.  Minta masuk jadi anggota di bagian bidang anak anak, tapi tidak ada. Jadi saya di pilih jadi unsur ketua, sekretaris dan bendahara,” imbuhnya. 

Hingga suatu hari, saat Rina menginjak usia 17 tahun mendapati seorang anak perempuan usia 6 tahun dirundung teman-temannya di sekolah. Bocah malang ini menangis sendirian di rumah kosong sambil merintih kesakitan. 

“Gak sengaja lewat di dalam gang kecil, ada rumah kosong yang gubuk. Anak anak SD masih pakai seragam itu nangis. Saya datang saya tanya. Saya langsung blak balakan saja. Dia ngaku diganggu teman-temannya,” ungkapnya.

Sontak saat itu, emosi Rina tak dapat ia bendung. Ia pun langsung membawa anak perempuan tersebut ke sekolah dan melapor ke pihak kepala sekolah.

“Setelah saya ketemu kepseknya, saya minta semua orangtua anak-anak itu datang. Dan harus bertanggung jawab. Saya belum ngerti soal hukum, saya sampai nuntut kepseknya bahkan ancam mau lapor polisi,” jelas Rina.

3. Saat dewasa ingin berbuat lebih jauh dalam perlindungan anak dan perempuan

Kisah Kelam Aktivis Samarinda yang Dulu Jadi Korban Pelecehan SeksualTim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) di Provinsi Kalimantan Timur. (IDN Times/Nina)

Setelah menginjak dewasa, minat Rina dalam perlindungan anak dan perempuan makin membara. Ia yang sudah aktif di pelbagai organisasi ini berniat bergabung bersama lembaga nasional yang fokus dalam perlindungan perempuan dan anak. 

Saat berusia 36 tahun, Rina bergabung bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)  Wilayah Samarinda. Hingga dipercaya memegang jabatan Sekretaris KPAID Samarinda pada tahun 2013.

“Pertengahan tahun 2013, ikut bergabung dengan LBH, Kumham. Nah Kemudian, pada saat kuliah Itu saya diminta untuk menjadi wakil sekretaris di KPAI Kota Samarinda, bersama dengan mas Ajis Sunyo. Mulai dari situ saya ikut kegiatan untuk perempuan dan anak terutama anak anak,” tuturnya.

Rina kerap mengawal sejumlah kasus pelecehan anak anak. Menurutnya dengan pengalamannya itu, akan membantu orangtua apa harus dilakukan dalam melindungi masa depan anaknya. 

4. Kesulitan yang kerap dialami selama menjadi relawan kemanusiaan bagi perempuan dan anak

Kisah Kelam Aktivis Samarinda yang Dulu Jadi Korban Pelecehan SeksualIlustrasi anak-anak (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Meski sudah bergabung dalam lembaga hukum yang sah, hingga saat ini Rina menjabat sebagai Ketua TRCPPA  Kaltim. Rina menceritakan kendala dan masalah yang kerap dihadapinya selama menjalankan tugas kemanusiaan tersebut.

“Saya ini tidak begitu paham dengan hukum, tapi saya selalu mengupayakan agar korban pelecehan atau kekerasan pada perempuan dan anak harus dikawal dan diperjuangkan,” tegasnya.

Selama itu pula, Rina harus mendapatkan perlawanan baik dari keluarga korban hingga orang-orang yang tidak dikenal. 

“Jangan dikira hanya karena kasus anak atau perempuan, kami tidak mendapat intimidasi. sering kok,” ungkapnya.

5. Ajak para korban aktif dalam perlindungan perempuan dan anak

Kisah Kelam Aktivis Samarinda yang Dulu Jadi Korban Pelecehan SeksualKoordinator Nasional TRCPPA Naumi. Foto istimewa

Sementara itu, Koordinator Nasional TRCPPA Naumi mengaku sudah sangat percaya dengan komitmen Rina dalam memberikan perlindungan anak dan perempuan di Samarinda. Bahkan dalam prosesnya, Naumi menunjuk langsung Rina agar memimpin TRCPPA Kaltim. 

“Saya tertarik dengan Rina, karena teman rekomendasi ke saya, terus saya pantau media sosialnya. Memang benar-benar kritis dan pejuang anak dan perempuan yang tulus tanpa pamrih. Saya pun terbang ke Kaltim langsung menunjuk dia sebagai Ketua TRCPPA Kaltim,” jelas Naumi. 

TRCPPA Kaltim sekarang aktif dalam perlindungan anak dan perempuan. Para anggotanya sebagian merupakan bekas korban pelecehan seksual dan KDRT yang ingin agar pengalaman mereka tidak dialami orang lain.

“Mayoritas anggota yang disodorkan Rina ke saya adalah, mantan korban, pelecehan dan KDRT. Saya sangat senang. Dari mereka inilah totalitas lembaga bisa lebih serius. Karena kami pernah terluka,” pungkasnya.

Baca Juga: Yatim/Piatu Korban COVID-19 di Kaltim akan Dapat Santunan Rp2 Juta

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya