Kisah Pengabdian Tuti untuk Anak Berkebutuhan Khusus Balikpapan

Lanjutkan perjalanan suaminya bersama anak-anaknya 

Balikpapan, IDN Times - Menjadi seorang tenaga pengajar merupakan tugas yang mulia. Ketika memutuskan menjadi guru, artinya orang tersebut siap membantu mencerdaskan para generasi bangsa berikutnya.

Menjelang peringatan Hari Guru Sedunia yang jatuh pada 5 Oktober 2021, IDN Times ingin membagikan kisah menarik dari seorang guru yang mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.

Adalah Tuti Suwarni, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Kencana Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim). Perjuangannya untuk bisa memberikan pendidikan kepada anak-anak luar biasa tersebut tentu tidaklah mudah. Apalagi di tengah pandemik seperti sekarang ini.

Berikut segelintir kisah Tuti, selama menjadi pengajar di SLB Dharma Kencana Balikpapan.

1. Suka duka sebagai guru di SLB Dharma Kencana

Kisah Pengabdian Tuti untuk Anak Berkebutuhan Khusus BalikpapanSekolah SLB Dharma Kencana Balikpapan mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Foto istimewa

Meski sudah menjabat sebagai Kepala Sekolah di SLB tersebut, Tuti turun langsung memberikan pendidikan kepada anak muridnya. Ia bercerita, selama menjadi seorang guru, selama itu pula dirinya tak berhenti bersyukur karena diberi kesempatan untuk bisa mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.

Dengan keadaannya yang baik itulah, dirinya ingin membantu anak-anak dengan kondisi terbatas.

"Dan saya bangga, ketika mereka sudah bersekolah, sudah mengalami perubahan luar biasa, mandiri tanpa bantuan orang lain," kata dia.

Membanggakannya, anak-anak muridnya akhirnya bisa menunjukkan kemampuannya dengan ikut berkompetisi dalam ajang sekolah, yang rata-rata meraih juara. Itulah yang ingin ia tunjukkan meskipun memiliki keterbatasan, anak-anak itu juga menyimpan bakat. 

Namun, yang membuatnya sedih ketika masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak memperoleh pendidikan dari orang terdekatnya. 

Baca Juga: Timbunan Sampah di Balikpapan Meningkat selama Masa Pandemik 

2. Kendala yang dirasakan selama mengajar

Kisah Pengabdian Tuti untuk Anak Berkebutuhan Khusus BalikpapanSekolah SLB Dharma Kencana Balikpapan mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Foto istimewa

Sejauh ini, wanita berusia 54 tahun mengaku, tak ada kendala apa pun yang dirasakan selama mengajar anak penyandang disabilitas. Baik dari segi pendekatan maupun komunikasi. Tetapi sedikit berbeda ketika masa pandemik saat ini di mana semuanya lewat jalur daring. 

Sulitnya ketika anak didiknya justru tak memiliki gawai atau laptop yang menjadi penunjang utama belajar di masa ini. Jatuhnya justru membuat orangtua si anak yang uring-uringan.

Atau meski punya, tetap saja tak semua orang tua bisa dengan sabar mengajar anaknya. Kekhawatirannya ini akhirnya dirinya membuat sistem belajar luring dengan waktu satu jam.

"Jadi anak-anak yang tidak punya fasilitas atau orangtua tidak bisa mengajarkannya, bisa membawa anaknya ke sekolah dan kami yang ajari secara offline," terang dia.

Sistemnya yakni satu anak akan diajar oleh satu guru di SLB dengan waktu ajar satu jam. Setelah itu akan diganti dengan anak lainnya. Dirinya menilai cara tersebut efektif dan tentu memudahkan banyak pihak. Kekhawatirannya tentang sistem belajar anak-anak itu juga pun berkurang.

3. Pernah meraih penghargaan

Kisah Pengabdian Tuti untuk Anak Berkebutuhan Khusus BalikpapanSekolah SLB Dharma Kencana Balikpapan mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Foto istimewa

Selama menjadi seorang guru, Tuti pernah meraih penghargaan sebagai Guru Dedikasi Tingkat Provinsi Kaltim. Penghargaan itu diterima sebagai apresiasi atas kerja kerasnya dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Kencana.

"Tetapi selama jadi kepala sekolah belum pernah. Saat menjadi guru saja saya sempat menerima penghargaan itu. Saya sangat bersyukur sekali," ujar dia.

Namun selama menjadi kepala sekolah, dirinya bersama para guru di SLB Dharma Kencana juga berhasil membawa sekolah ini menjadi sekolah Adiwiyata dan meraih penghargaan tingkat Kota Balikpapan.

4. Kilas balik sebelum menjadi guru SLB

Kisah Pengabdian Tuti untuk Anak Berkebutuhan Khusus BalikpapanKepala Sekolah SLB Dharma Kencana Balikpapan Tuti Suwarni turun tangan mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Foto istimewa

Dari semua kegiatan positif yang dilakukannya saat ini, tentu ada cerita menarik di belakangnya. Rupanya SLB Dharma Kencana ini sendiri merupakan sekolah yang didirikan langsung oleh almarhum suaminya.

Awal berdirinya sekolah ini juga dulu sempat menumpang di bekas rumah sakit umum Puskib Balikpapan. Hingga tahun 2010 lalu, pihak yayasan mampu memiliki gedung sendiri.  

Rupanya sejarah pembangunan SLB diusung suaminya ini juga sampai ke Samarinda. Di Kota Tepian ini, suaminya merintis SLB Pembangunan di Samarinda pada tahun 2002 sebelum akhirnya memutuskan membangun di Balikpapan.

"Tetapi karena beliau diangkat menjadi Kepala Sekolah di SD Inklusi di Balikpapan, akhirnya saya yang menggantikan beliau tetapi tetap dengan bimbingannya," tuturnya.

Saat ini, sekolah ini pun akhirnya dijalankan oleh Tuti bersama dengan anak pertamanya Ardhini Izatul Yazzidah sebagai guru pengajar untuk anak-anak tuna rungu. Sementara anak keduanya rencananya juga akan menyusul mengajar setelah menyelesaikan pendidikan S2 PLB-nya bagi anak-anak penyandang autis. 

Baca Juga: Bocah Tewas Tenggelam ketika Berenang di Sungai Manggar Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya