Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat Banjarmasin

Pandangan dari tokoh masyarakat di Kalsel

Banjarmasin, IDN Times - Mungkin banyak yang belum tahu Hari Kidal (kiri dari lahir) Internasional dirayakan setiap 13 Agustus. Meskipun demikian, kidal yang merupakan ciri atau kebiasaan seseorang itu menuai beberapa tanggapan dari berbagai sumber.

Di lingkungan masyarakat, kebiasaan kidal memang selalu menjadi pembicaraan kenapa dan mengapa? Apalagi di Indonesia, negara yang warganya mayoritas beragama Islam ini sangat kental dengan keharusan menggunakan dengan tangan kanan.  Termasuk penduduk di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang dikenal religius khas Suku Banjar Melayu. 

Bagi mereka yang kidal, biasanya akan muncul pertanyaan, bagaimana para orangtua mendidik dan pertanyaan diskriminatif lainnya. Apalagi bila persoalan tersebut sudah menjadi budaya dan pola pandang masyarakat muslim.

1. Pandangan tokoh masyarakat di Banjarmasin

Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat BanjarmasinUstaz di Banjarmasin H Mairijani M. Foto istimewa

Menurut salah satu ustaz di Banjarmasin H Mairijani M yang memiliki pendapat beda. Menurutnya, sejumlah ulama juga punya pendapat berbeda tentang kebiasaan kidal ini. Ada yang menyatakan haram dan ada yang menyatakan makruh.

Bagi Mairijani, kebiasaan tangan kiri menurutnya adalah kebiasaan manusia di luar dari ibadah. Ia pun mengutip salah satu hadis dari riwayat Umar bin Salamah berbunyi,

"Bahwasanya ketika ingin makan maka ucapkan asma Allah, misalnya mengucap bismillahirrahmanirrahim," paparnya. 

"Kemudian maka ambillah makan dengan tangan kananmu, makanlah makanan yang ada di dekatmu," imbuhnya mengutip hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Berpendapat soal hadis ini, Mairijani menyatakan, para ulama punya pendapat berbeda tentang kebiasaan kidal ini. Ada yang berpendapat sifatnya perintah, tetapi ulama lainnya ada yang menyatakan makruh. 

"Ada yang bilang perintah, tetapi ada ulama yang menyebutkannya sebagai makruh," kata ustaz yang aktif sebagai Ketua Majelis Tarjih Kota Banjarmasin.

Mairijani juga menyebutkan, alasan lain yang membuat orang akhirnya menjadi kidal. Seperti ada persoalan gangguan fisik, seperti faktor luka maupun cacat. "Tapi kalau alasan luka atau cacat menjadi mubah atau boleh," katanya.

Baca Juga: Limbah Ganggu Warga, Hotel di Banjarmasin Menolak Disalahkan

2. Alasan fisik hingga harus jadi kidal

Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat Banjarmasinilustrasi orang kidal sedang menulis (Pexels.com/RODNAE Productions)

Menurut Mairijani, kidal merupakan kebiasaan manusia sejak dari kecil. Namun, ia menyarankan, alangkah baiknya dilatih menggunakan tangan kanan misalnya saat makan dan minum.

"Alangkah baiknya dilatih sebisa mungkin dibiasakan makan dan minum paling tidak," ucapnya.

Tak terpatok itu, ustaz yang juga seorang Dosen di Politeknik Negeri Banjarmasin ini  menyatakan, di luar aktivitas makan dan minum dipersilakan mempergunakan tangan kanan. Misalnya menulis dan kegiatan lainnya.

Bila mengamalkan hadis nabi dari riwayat di atas, maka menggunakan tangan kanan akan mendapatkan dua manfaat yang pertama pahala dan hikmah kebaikan.

"Dengan mengamalkan hadis tadi, maka seseorang mendapat dua manfaat yaitu pahala dan hikmah kebaikan yang dilakukannya," ujarnya.

3. Pandangan psikolog tentang orang kidal

Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat BanjarmasinDosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) Rizqi Amalia Aprianty. (IDN Times/Hamdani)

Lalu bagaimana tanggapan para psikolog kebiasaan tangan kiri yang dianggap lebih cerdas dan sisi lain juga kerap mendapat diskriminasi oleh lingkungan sekitarnya.

Menurut Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) Rizqi Amalia Aprianty, M.Psi.,Psikolog. Sejauh ini, ia belum menemukan terkait studi yang mengungkapkan bahwa orang dengan tangan kidal lebih cerdas dibandingkan dengan pengguna tangan kanan.

Katanya, kecerdasan tidak hanya dilihat dari penggunaan tangan saja. Banyak faktor yang memengaruhi kecerdasan seorang anak, seperti faktor gen, riwayat kelahiran, kondisi fisik dan stimulasi dari lingkungan.

"Tidak ada studi yang menyatakan bahwa kidal lebih cerdas, tapi ada penelitian yang dilakukan pada 7.000 anak sekolah dasar diketahui bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan antara mereka yang kidal dengan yang tidak," tuturnya.

Amalia, melanjutkan, orang kidal justru memiliki kemampuan penyesuaian yang baik dan secara tidak langsung dituntut untuk menggunakan tangan kanan. Dikarenakan tidak ada tempat yang ramah untuk anak kidal, misalnya tempat duduk diatur bukan untuk orang kidal. 

4. Tentang mitos orang kidal yang disebut memiliki usia panjang

Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat Banjarmasinpexels.com/RODNAE Productions

Begitu juga terkait dengan kreativitas, belum ada studi yang menyebutkan bahwa orang kidal lebih kreatif dibandingkan dengan orang yang tidak kidal.

"Kreativitas tidak hanya diukur dengan melihat penggunaan tangan saja, tapi banyak faktor lain yang memengaruhi kreativitas seseorang, seperti memiliki rasa ingin tahu yang besar, terbuka untuk mempelajari hal-hal yang baru, mengasah potensi yang dimiliki dan mengarahkan minatnya dengan baik serta percaya diri dan mandiri," terang Amalia.

Kemudian soal isu orang kidal berumur pendek. ia menegaskan itu merupakan hal yang mitos. Karena umur pendek seorang tidak hanya dilihat dari kidal tidaknya, melainkan banyak faktor lainnya seperti kesehatan, gaya hidup dan lainnya.

Begitu juga dengan baik tidaknya mental seseorang tidak diukur dengan kidal atau tidaknya seseorang. Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan mental seseorang, salah satunya adalah kepribadian.

Selain itu, permasalahan yang sering didapati pada orang yang kidal adalah terkait norma sosial dan budaya yang berlaku di masyarakat, di mana mereka yang bertangan kidal dianggap melakukan penyimpangan sosial sehingga kerap kali mereka mendapatkan perundungan, teguran maupun dikucilkan.

5. Persoalan orang kidal di lingkungan sosial

Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat BanjarmasinAnak kidal Banjarmasin bernama Sholeh (10). (IDN Times/Hamdani)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yohana Sudarsono terkait penyesuaian sosial terhadap orang kidal didapatkan hasil bahwa beberapa anak kidal merasa memiliki perbedaan, tidak diterima oleh lingkungan dan merasa minder.

Namun ketika orang kidal memiliki regulasi emosi yang baik maka ia mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan.

"Justru anak kidal mampu beradaptasi dengan lebih baik dibandingkan dengan orang non kidal, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Abdulqodir terkait kemampuan adaptasi orang kidal terhadap lingkungan non kidal dalam aktivitas menulis dan menggambar," ujarnya.

Sementara itu, seorang anak kidal Banjarmasin bernama Sholeh (10) mengakui sulitnya beradaptasi mengubah kebiasaan tangan kiri menjadi tangan kanan. Dengan polos, ia mengaku keheranan kenapa mayoritas teman-teman sekolah mempergunakan tangan kanan. Terkadang ia merasa tersisihkan karena dianggap kurang sopan, namun ada juga yang memahami akan kondisi itu termasuk orangtuanya.

"Pernah kebingungan bahkan mencoba namun tapi tidak bisa. Meskipun aktif di kiri tapi orangtua saya memaksa menggunakan tangan kanan kalau makan," ucap bocah segudang prestasi di sekolah.

Baca Juga: Mendagri Meminta Pemkot Banjarmasin Cabut Uji Materi UU Kalsel

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya