Alat Rusak, Kualitas Udara di Samarinda Tak Bisa Diukur

Tak berbahaya, Diskes dan DLH menyarankan pakai masker

Samarinda, IDN Times - Lima hari terakhir, petaka asap di Kota Tepian bikin waswas. Lebih-lebih saat pagi hari. Tebalnya kabut bikin jarang pandang berkurang.

Dinas Kesehatan Samarinda, Rustam pun memastikan keadaan di Ibu Kota Provinsi Kaltim ini masih masuk dalam kategori sedang.

Secara kasatmata kabut memang terlihat, namun dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda nilai skornya berada di antara 50-150 mikrogram.

"Jika lewat dari 50 mikrogram itu baru patut waspada," kata Rustam, saat dikonfirmasi, Selasa (17/9).

1. Masker tak bisa dipakai 24 jam, harus diganti berkala

Alat Rusak, Kualitas Udara di Samarinda Tak Bisa Diukurwirahusada.ac.id

Walaupun tak masuk dalam kategori berbahaya, Rustam meminta warga tetap berjaga.

Terlebih anak di bawah lima tahun, bila diajak beraktivitas di luar ruangan baiknya memakai masker. "Demi pencegahan," terangnya.

Memakai masker itu juga ada tata caranya, dia pun memberikan tips menggunakan masker yang baik dan benar dari sisi medikus.

Lazimnya masker itu terdiri dari tiga bagian. Pertama, lapisan luar untuk menahan debu, lapisan tengah menahan kuman dan bagian dalam menyerap kelembapan.

Sayangnya, masker yang beredar luas di pasaran itu tak bisa dipakai berulang, jika demikian sama saja mengundang penyakit.

"Tak bisa dipakai 24 jam. Paling lama 5 jam kemudian harus diganti," katanya.
Mengapa demikian?

Baca Juga: Tiga Hari Bandara APT Pranoto Dikepung Asap, 47 Penerbangan Dibatalkan

2. Ini cara memakai masker yang benar

Alat Rusak, Kualitas Udara di Samarinda Tak Bisa Diukurindependent.co.uk

Rustam menjawab, kemarau panjang disertai kabut ini memang patut diwaspadai.

Ragam penyakit bisa mendekat, misalkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), penyakit mata, kulit hingga diare.

Itu sebabnya, penggantian berkala masker bermanfaat untuk menghindari masuknya bakteri yang ditangkap masker.

Sementara, untuk pemakaiannya dibagi lagi menjadi dua. Lapisan putih dan lapisan luar yang biasanya berwarna hijau.

"Lapisan putih bagian dalam itu untuk pengguna yang sakit, agar tak menyebarkan penyakit ke yang lain. Nah lapisan bagian luar tadi untuk menangkal virus dan partikel lainnya masuk ke saluran napas," jelasnya.

3. Kualitas udara di Samarinda tak bisa diukur, hanya disarankan pakai masker

Alat Rusak, Kualitas Udara di Samarinda Tak Bisa Diukurantaranews.com

Seharusnya kualitas udara di Samarinda bisa diukur, sayangnya harapan itu sukar terwujud sebab alat uji kualitas udara milik DLH Samarinda yang kukuh berdiri di simpang empat Mal Lembuswana itu rusak

"Alatnya rusak sejak 10 tahun lalu, jadi tak bisa pantau kualitas udara," kata Kisman, Kepala Seksi Pencemaran DLH Samarinda

Begitu juga dengan alat pengukur kualitas udara milik BMKG Samarinda yang tak berfungsi selepas direndam banjir sejak Juni lalu.

Senada dengan Diskes, Kisman hanya menyarankan agar warga waspada saat beraktivitas di luar ruangan.

"Bila boleh pakai masker," pungkasnya.

Baca Juga: Kabut Asap Mengancam, Waspadai ISPA & Kurangi Aktivitas Luar Ruang

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya