Crosshijaber Bukan Fenomena Baru di Masyarakat, Ini Faktanya

Crosshijaber itu berbeda dengan transgender

Samarinda, IDN Times - Belakangan warganet dihebohkan dengan fenomena crosshijaber, yakni pria yang suka berdandan seperti perempuan dan suka memakai hijab lengkap dengan cadarnya.

Yang paling ditakutkan dari penyimpangan itu adalah mereka masuk ke masjid dan bergabung bersama para jemaah muslimah atau masuk ke toilet perempuan.

1. Crosshijaber atau cross-dressing bukan fenomena baru, sudah ada sejak dahulu kala

Crosshijaber Bukan Fenomena Baru di Masyarakat, Ini Faktanyawikimedia.org

Menanggapi itu, Ayunda Ramadhani Psikolog Klinis menuturkan bila crosshijaber bukan hal baru. Hanya saja namanya yang berbeda. Menurut Beemyn BG dalam Cross-Dressing, penyimpangan itu punya nama asli cross-dressing (berlintas busana), yaitu seseorang yang berperilaku berbeda dari gendernya sendiri 

Istilah tersebut berkaitan dengan transvetisisme, dimana hasrat seks terpenuhi tatkala menggunakan baju berbeda gender. Fenomena tersebut bukan sesuatu yang baru dalam dunia psikologi, bahkan sejak zaman dahulu penyimpangan itu sudah terjadi.

Hagedorn SC dalam bukunya Abandoned Women: Rewriting the Classics in Dante, Boccaccio, and Chaucer mencontohkan tokoh Achilles dalam Perang Troya yang dipakaikan baju perempuan oleh ibunya, Thetis, agar terhindar dari perang

Sementara Bulman CJ dalam The Merchant of Venice mencatat William Shakespeare dalam sandiwara berjudul The Merchant of Venice menceritakan tokoh Portia yang berlintas busana sebagai pria agar dapat berbicara di pengadilan.

Ini membuktikan cross-dressing ini sudah lama dikenal di dunia. Fakta cross-dressing ini sebagian besar yang melakukan adalah pria.

"Namun yang perlu diperhatikan adalah perilaku tersebut murni gangguan identitas diri, mencari popularitas atau memang punya niat jahat yang mengarah ke tindakan kriminal," terangnya lalu menambahkan, tapi harus liat konteks juga.

Jangan sampai semua dihantam rata, "Mereka yang terganggu itu yang harus ditolong."

Baca Juga: Persempit Gerak Crosshijaber, Kapolres Kebumen Instruksikan Hal Ini

2. Penyebab crosshijaber bisa karena trauma masa lalu

Crosshijaber Bukan Fenomena Baru di Masyarakat, Ini Faktanyawikimedia.org

Dia pun sepakat bila, tindakan memakai hijab kemudian masuk ke masjid merupakan perbuatan melawan hukum. Bagaimana tidak, ketika pelaku crosshijaber bersolek layaknya perempuan dengan riasan lantas memakai cadar, siapa menaruh curiga?

Terlebih saat di rumah ibadah, oknum yang melakukan itu berkumpul bersama perempuan kemudian menyentuh atau memeluk jemaah perempuan. "Itu sudah masuk ranah pelecehan dan melanggar hukum, jadi harus waspada," terangnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan, lazimnya penyebab dari cross-dressing ialah trauma masa lalu. Misal pernah dikasari oleh pria atau paling ekstrem adalah disodomi. Namun belum tentu juga pelaku berlintas busana ini punya penyimpangan seksual, bisa jadi hanya suka berbusana perempuan dan mereka puas saat mengenakannya.

Saat remaja mungkin saja mencoba memakai baju ibu dan kakak perempuannya yang kemudian membuatnya nyaman.

"Jadi harus ditelaah dulu. Namun perlu diingat pelaku cross-dressing ini tidak punya ketertarikan dengan jenis kelamin yang sama. Mereka normal, hanya saja doyan memakai baju berbeda gender," paparnya.

3. Transvetisisme berbeda dengan transgender

Crosshijaber Bukan Fenomena Baru di Masyarakat, Ini Faktanyahttps://unsplash.com/@gohrhyyan

Tambah dia ada perbedaan, transvestisme ini punya orientasi seksual sama dengan kelaminnya. Lain cerita dengan transgender yang benar-benar mengganti kelamin hingga berubah laiknya gender yang diinginkan lewat operasi dan suntik hormon.

Ayunda pun memberi saran, saat bertemu dengan oknum berlintas busana sebaiknya tak waswas. Meskipun harus awas sebab motif memakai berbeda gender itu beragam.

"Perhatikan saja gelagatnya, jika bahaya segera menghindar," pungkasnya.

Baca Juga: Waspada Crosshijaber, Yana Mulyana Minta Pengawasan Diperketat

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya