Ibu Penyiksa Anak Kandung sampai Patah Kaki, Juga Korban KDRT

Tim tipiker rumah sakit terus berkoordinasi dengan polisi

Samarinda, IDN Times - Polisi cukup sukar melanjutkan penyelidikan lantaran Mawar (24)--bukan nama sebenarnya, tak mengakui melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Alibi itu didukung oleh ketiadaan saksi yang melihat tindakan ibu korban.

Itu sebabnya polisi bekerja sama dengan Sri Utari dari Yayasan Kharisma Pertiwi, pemilik Rumah Aman. Wadah bagi korban tindakan kekerasan baik itu dalam rumah tangga atau kekerasan seksual. Dia juga tergabung dalam Tim Penanganan Kekerasan (Tipiker) RSUD AW Sjahranie. Kasus bocah tiga tahun yang disiksa ibunya hingga patah kaki pun masuk dalam penanganan tim ini.

"Kami sudah bertemu (ibu kandung korban) dan mengaku menyiksa sampai (tulang) pahanya patah dengan kami," ucap Utari, sapaan karibnya pada Kamis (21/11).

1. Gara-gara stres berat anak jadi korban kekerasan

Ibu Penyiksa Anak Kandung sampai Patah Kaki, Juga Korban KDRTIlustrasi KDRT (IDN Times/Sukma Shakti)

Pengakuan Mawar itu berhasil diperoleh saat Tim Tipiker melakukan pendekatan lebih dahulu. Tak hanya mengaku telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga, dari hasil komunikasi itu juga diperoleh informasi jika Mawar mengalami stres berat sejak mengandung Budi.

Maklum, perceraian dengan suami pertamanya terjadi saat dia hamil anak kedua, yaitu Budi. Rasa depresi itu pula yang membuatnya nekat menyiksa anaknya.

"Dia bilang anaknya itu mirip bapaknya. Makanya dia benci, hingga sering menyiksa anaknya," sebutnya.

Keterangan tersebut, kata Utari, diperoleh dari psikolog yang memeriksa kejiwaan Mawar. Syukurnya, dia cepat mendapat penanganan, bila tidak stres berat tersebut bisa berujung kepada gangguan kejiwaan kemudian membunuh.

"Dia ada iktikad baik, ingin sembuh dan berobat. Dia sudah banyak bicara ke psikolog," imbuhnya.

Baca Juga: Fakta di Balik Ibu Kandung Siksa Anak sampai Patah Kaki di Samarinda

2. Selalu ingin menyiksa setelah melihat wajah sang anak

Ibu Penyiksa Anak Kandung sampai Patah Kaki, Juga Korban KDRTIDN Times/Sukma Shakti

Fakta lain yang ditemukan ketika pemeriksaan itu ialah, Sikap Mawar hanya terjadi dengan Budi, tapi tidak adik tirinya.

Kecenderungan ingin menyiksa itu diakui Mawar selalu muncul ketika melihat wajah anaknya itu. Meski dalam keadaan stres berat, saat melakukan tindakan kekerasan kepada anaknya, Mawar mengaku sadar.

"Makanya kami ingin diproses ke ranah hukum. Kami terus berkoordinasi dengan polisi. Saat ini kami masih menunggu hasil pemeriksaan dari psikolog seperti apa, baru (diproses hukum)," tuturnya.

Seperti diketahui, Budi mengalami penyiksaan oleh ibu kandungnya sendiri. Ia mengalami patah tulang paha, lebam-lebam pada tubuhnya, serta bibirnya pecah seperti luka bakar. Budi dilarikan ke RSUD AW Sjahranie pada 9 November lalu oleh orangtua angkatnya.

3. Pengulangan kisah ibu korban saat masih kecil

Ibu Penyiksa Anak Kandung sampai Patah Kaki, Juga Korban KDRTIlustrasi kekerasan anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Kenyataan pahit yang dialami oleh Budi merupakan pengulangan dari kehidupan Mawar ketika kecil.

Saat cilik, dia juga merupakan korban KDRT. Bahkan adik kandungnya itu juga mengalami hal sama hingga tewas di tangan ayahnya.

Dengan kata lain, sejak kecil, dia sudah karib dengan kekerasan. Puncaknya itu saat dia diterlantarkan oleh orangtuanya sendiri.

"Polisi sempat memanggil ibunya, tapi tak mengaku. Sama kami itulah mengakuinya. Dengan psikolog dia mengaku lebih banyak. Bahkan dia injak kaki anaknya itu. Jadi selain dikayang (ditekuk) juga diinjak," terangnya.

Dia menambahkan, bila tak ada halangan Jumat (22/11) Tim Tipiker RSUD AW Sjahranie akan bertemu dengan Unit Reskrim Polsek Samarinda Ulu. 
"Saat ini kami masih terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian," pungkasnya.

Baca Juga: Bocah Tiga Tahun di Samarinda Disiksa Ibu Kandung hingga Patah Kaki

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya