Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik Semen

Aktivis lingkungan tolak tambang batu gamping

Sangatta, IDN Times - Menjelang tengah malam, rembulan perlahan-lahan menanjak naik. Mencoba menerangi rumah penduduk di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur. Maklum, di pedalaman ini, minim setrum. Listrik hanya mengalir 12 jam saja. Dari sore hingga tengah malam. Beruntung bila punya mesin generator set (genset) atau listrik tenaga surya. Masalah elektrik tak jadi soal.

Minim kegiatan, waktu tidur di daerah ini jauh lebih cepat. Menit berbilang jam, malam pun semakin larut namun Monika belum juga terlelap. Pikiran mahasiswi semester akhir Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Kutim ini mengawang-awang. Gunung karst di desanya bakal ditambang. Dan saat ini dalam proses perpanjangan izin lokasi.

“Saya pribadi tak sependapat jika (Gunung Sekerat) ditambang. Dampak negatifnya begitu terasa bagi penduduk daripada positifnya,” ujar Monika memulai kisah kepada IDN Times saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Jumat (27/11/2020).

1. Jika ada tambang semen, harus ada jaminan sumber air tak hilang

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenPDAM di Desa Sekerat, Kutai Timur, mata airnya tepat di bawah kaki gunung karst. Dari jalan utama Desa Sekerat, jaraknya sekitar 700 meter (IDN Times/yuda almerio)

Paling mengusik pikirannya adalah sumber air, flora serta fauna yang terancam menghilang jika kawasan ini dikeruk. Padahal kata dia, air yang dihasilkan dari pegunungan karst begitu murni. Berbeda dari yang lainnya. Sumber air ini digunakan sehari-hari, juga untuk mengairi sawah-sawah warga.

Tahun lalu, PDAM Sekerat selesai dibangun dan mata airnya tepat di bawah kaki gunung karst. Dari jalan utama Desa Sekerat, jaraknya sekitar 700 meter. Aksesnya mudah karena sudah dapat semenisasi. Di kiri dan kanan sumber air itu terdapat hamparan hutan nan luas yang bakal memanjakan mata. Airnya begitu jernih. Warnanya biru dan menggoda.

Keberadaan mata air itu terbilang krusial. Tidak hanya bagi warga setempat. Tetapi juga bagi Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK) di Kecamatan Sangkulirang. Dari mata air inilah, pemerintah telah membangun jaringan pipa transmisi sepanjang 28,71 kilometer (km). Panjang jaringan transmisi dari Sekerat–Selangkau 9,75 km. Selangkau-Kaliorang 9,48 km. Kemudian Kaliorang-Maloy 6,38 km.

“Nanti jika ada penambangan karst, ada jaminan tidak sumber mata air kami tak akan hilang?” tanya dia.

Perihal sepakat mengenai penambangan gunung karst Sekerat, nyaris semua warga setuju. Hanya sebagian menolak. Monika termasuk di dalamnya. Itu pun bisa dihitung jari.

Dirinya bisa memaklumi hal tersebut, sebab desa tersebut jauh dari pembangunan. Paling miris mengenai akses pendukung ke daerah ini. Masih tanah berbatu. Selain itu lapangan pekerjaan juga minim.

Sebelumnya, semua warga di Sekerat berprofesi sebagai nelayan dan petani. Namun zaman telah berganti. Sejak awal tahun 2000, harapan hidup warga bergantung dengan perusahaan tambang. Tapi tetap saja masih banyak yang pengangguran. Sehingga saat perusahaan tiba, paling dinanti tentu lapangan pekerjaan terbuka luas bagi warga Sekerat. Harapan tersebut tentu sejalan dengan pembangunan desa.

“Setidak-tidaknya, ketika (penambangan karst Sekerat) tak bisa lagi ditolak maka harapan kami satu-satunya, ada juga yang  kembali ke desa saat sumber daya dikeruk. Bukan sebaliknya,” tegasnya.

2. Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang-Mangkalihat masuk nominasi warisan dunia versi UNESCO

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenInfografis kawasan bentang alam karst (IDN Times/yuda almerio)

Di Kaltim sumber daya kast tak hanya ada di Desa Sekerat. Ekosistem ini menjadi satu kesatuan. Lebih populer disebut dengan kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Membentang seluas 1,8 juta hektare di 13 kecamatan Kutai Timur juga Berau (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim, 2017: 39).

Pada Mei 2015 lalu kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat masuk daftar nominasi situs warisan dunia versi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Namun jutaan hektare itu tak semuanya kawasan bentang alam karst. Suatu daerah baru dapat disebut kawasan bentang alam karst atau kawasan lindung geologi jika memiliki dua unsur. Eksokarst dan endokarst.

Eksokarst adalah rupa alam di atas permukaan tanah seperti air terjun, patahan, bukit, lembah, atau menara karst. Adapun endokarst ditemukan di bawah tanah seperti gua dan sungai bawah tanah. Premis itu tertuang dalam beleid Permen ESDM No 7/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (selengkapnya lihat grafis). Nah, kawasan karst di Desa Sekerat sebenarnya memiliki itu. Sumber air bersih ditambah dengan Gua Segege.

Sementara untuk fauna, tim penelaah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama The Nature Conservancy berhasil mengidentifikasi 120 jenis burung, 88 jenis ikan, 38 jenis kelelawar, 147 jenis ular, 200 jenis serangga. Sedangkan flora tercatat 400 jenis. Semua ragam hayati itu berdiam di kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat Berau maupun Kutim (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim, 2017 hal 41).

“Sumber inilah yang harus kita jaga bersama. Jangan sampai anak cucu kita nanti, tak bisa lagi menikmati kekayaan alam ini,” tegas Monika lagi.

Terpisah, Sekretaris Desa Sekerat Zulkifli juga tak membantah jika sebagian besar warga mendukung pembangunan pabrik semen di kawasan Sekerat. Alasannya serupa. Desa yang dekat dengan tubir laut ini jauh dari pembangunan dan minim lapangan pekerjaan. Namun demikian dirinya juga tahu jika sejumlah anak muda justru menolak pembangunan tersebut.  Paling bikin waswas tentu hilangnya sumber daya air bagi warga.

“Semua ini sudah dikaji selama belasan tahun. Untuk titik mata air masih aman. Dampak negatif pasti ada, namun lebih dipikirkan soal pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tutur Izul.

Dia menuturkan, gunung karst yang ada di Sekerat tak akan habis ditambang. Jumlahnya ratusan hektare dan hanya sekian persen yang bakal dikeruk. Pemerintah juga sudah mengkaji, 80 meter dari permukaan laut tak boleh ditambang. Jadi hanya sebagian saja.

Dengan adanya investor, besar harapan Desa Sekerat juga berkembang seperti daerah lainnya. Bahkan bisa menjadi 'Sangatta kedua'. Rencana itu sudah dplotkan pada 2023-2027 nanti infrastruktur desa dibangun. Mulai dari jalan, listrik 24 jam, air bersih hingga kantor-kantor. Pun demikian dengan pariwisata juga bakal tersentuh.

“Sangat disayangkan bila sumber daya alam tak dimanfaatkan sebaik-baiknya, Sekerat bakal tetap seperti adanya sekarang. Ingat Sangatta dulu tak seperti sekarang. Dengan adanya perusahaan, Sangatta menjadi kota,” sebutnya.

3. Ancam rusak sumber air, rencana penambangan ditolak aktivis di Kaltim

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenGua Segege di Desa Sekerat, Kutai Timur, Kalimantan Timur yang terancam rencana tambang semen (Dok.IDN Times/istimewa)

Meski demikian niatan tersebut ditentang oleh Pradarma Rupang, Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim. Pasalnya jika diteruskan bisa merugikan masyarakat sekitar.

Penolakan ini pun telah dilakukan sejak 2016 lalu. Alasannya tak lain lantaran karst Sekerat merupakan tangki raksasa penyimpan air bawah tanah bagi warga di Sekerat, Selengkau hingga Bukit Harapan. Setidaknya ada tujuh kampung yang bakal menerima akibatnya jika terjadi penambangan atau pembukaan industri.

Sementara masyarakat pesisir di kawasan itu lebih dulu digempur oleh tambang batu bara. Masuknya industri ekstraktif emas hitam rupanya membawa dampak kepada mata pencaharian warga sekitar. Dari nelayan di laut kemudian menjadi pegawai tambang. Nyaris tak ada tersisa lagi aktivitas nelayan di lautan ini.

“Bisa dihitung jari nelayan itu. Biasanya generasi tua,” kata Rupang.

Dia pun kembali menegaskan, jika pabrik semen ini mendapat persetujuan pemerintah, maka ada beberapa sumber mata air yang terancam lenyap. Misal sumber air baku PDAM Desa Sekerat kemudian Gua Segege, ada pula Air Terjun Tangga Bidadari di Selangkau.

Ancaman krisis air akibat penambangan inilah yang menjadi concern dari Jatam Kaltim. Pasalnya kebutuhan terbesar dari air ini bakal ada di perusahaan bukan masyarakat. Jangan sampai warga menjadi korban dan keluar duit lebih hanya untuk nikmati air bersih.

“Pabrik semen dalam prosesnya tentu bakal memerlukan banyak air,” sebutnya.

4. Warga harus hadapi risiko penyakit dari limbah udara pabrik semen

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenInfografis kriteria bentang alam karst (IDN Times/yuda almerio)

Setali tiga uang Pemerhati Sosial dan Lingkungan Hidup Kaltim, Niel Makinuddin juga berpendapat senada. Kegiatan pertambangan apa pun, mau tak mau pasti mengubah bentuk lahan dan ekosistem. Karenanya, kajian mengenai dampak yang ditimbulkan oleh tambang tersebut perlu dilakukan. Apakah nantinya kegiatan ekstraktif ini bakal mempengaruhi warga sekitar seturut dengan lingkungannya. Paling nyata tentu peningkatan polutan debu udara dan polusi suara akibat kegiatan pertambangan tersebut.

Ujungnya risiko penyakit pernapasan mendekat. Sebab perlu diingat, limbah paling berbahaya dari industri semen berada di udara. Alasannya industri ini menghasilkan polusi nitrogen oksida, asam sulfat dan karbon monoksida. Jangkauan limbah polutan melalui udara bisa mencapai 10 kilometer.

“Jadi harus bisa dipastikan kegiatan pertambangan di sana menggunakan teknologi paling ramah lingkungan. Jenis dan dampak akan sangat dipengaruhi oleh pilihan teknologinya,” imbuhnya pegiat Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) ini.

Hilangnya sumber mata air bersih warga, kemudian flora dan fauna memang jadi kekhawatiran. Itu sebab dirinya mengingatkan, ketika akses pertambangan di Desa Sekerat ini direstui pemerintah maka aktivitasnya tak boleh menutup gua-gua, ponor (lubang air), cekungan-cekungan karst yang merupakan bagian dari daerah tangkapan air.

Pasalnya bila area quarry (pertambangan tanah) merupakan wadah tangkapan air, statusnya bisa berubah jadi Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT). Kawasan ini harus dilindungi guna menjaga kelestarian air (selengkapnya lihat infografis).

“Jika tidak hati-hati dalam melakukan kegiatan penambangan, dikhawatirkan dapat merusak aliran air bawah tanah,” katanya mengingatkan.

5. Pengusaha Kaltim beri dukungan asal memberi manfaat bagi masyarakat

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenSalah satu sumber air di Desa Sekerat, Kutai Timur, Kalimantan Timur (IDN Times/yuda almerio)

Dari sisi investasi menurut Wakil Ketua Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim, Alexander Sumarno, terlepas dari pro-kontra pendirian pabrik semen di Sekerat, rencana tersebut dinilai punya potensi daya ungkit terhadap kesejahteraan daerah. Kadin Katim pun termasuk kelompok yang menyambut positif rencana investasi raksasa tersebut.

“Selama bisa memberi manfaat banyak kepada masyarakat, itu pasti hal yang kami dukung,” sebut Alexander.

Pandangan tersebut bukan tanpa alasan. Alexander pun mencontohkan aktivitas pabrik semen di Kalimantan Selatan. Meskipun di daerah-daerah yang menjadi lokasi berdirinya pabrik semen, belum bisa disebut berkembang pesat, namun setidaknya memberi dampak terhadap masyarakat setempat. Kini banyak yang mendapat pekerjaan, termasuk membuka berbagai usaha. Di antaranya kegiatan jasa angkutan, maupun pendukung operasional perusahaan lainnya.

“Terlihat jelas di situ ada. Dan saya lihat, situasi ini mirip dengan rencana pabrik semen di Sekerat. Sehingga saya rasa minimal akan memiliki daya dukung yang sama,” lanjutnya.

Alexander juga sependapat jika kehadiran pabrik semen bisa berdampak terhadap perkembangan infrastruktur setempat. Terutama pembukaan jalan maupun infrastruktur dasar lainnya. Meski begitu, dia juga mengingatkan masyarakat untuk tak sepenuhnya terlena dengan keberadaan pabrik semen. Terutama dengan anggapan terbuka lebarnya peluang serapan tenaga kerja dari kehadiran industri tersebut. Realitanya, secara teknis, pabrik semen termasuk industri yang tak banyak menyerap tenaga kerja. Seperti halnya kegiatan pertambangan batu bara maupun sektor eksploitasi lainnya.

“Jauh bila dibandingkan perusahaan perkebunan sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak,” imbuhnya.

Baca Juga: Nataru, Wali Kota Balikpapan Atur Pernikahan hingga Tempat Wisata

6. DLH Kaltim klaim tak mengusik mata air di Desa Sekerat

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenSalah satu sumber air di Desa Sekerat, Kutai Timur, Kalimantan Timur (IDN Times/yuda almerio)

Ribu-ribut rencana pembangunan pabrik semen di Sekerat, dipicu isu terancamnya mata air yang berabad-abad tersimpan di dalam karst. Sumber air itulah yang selama ini menjadi pasokan air bersih, bukan hanya bagi warga Sekerat, tapi juga penduduk desa-desa sekitarnya.

Banyak kekhawatiran, berdirinya pabrik semen, berikut aktivitas penambangan batu gamping, bakal mengganggu mata air tersebut. Sementara di sisi lain, warga berharap pabrik semen bisa memberi ragam dampak positif. Baik dari segi infrastruktur, hingga makin terbukanya lapangan pekerjaan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim Ence Ahmad Rafiddin Rizal juga telah mengingatkan batas menambang di kawasan tersebut minimal di ketinggian 70-80 meter dari permukaan laut. Yang berarti ketika perusahaan kelak mulai menambang dari ketinggian 100 meter, galian tak diperkenankan menembus hingga 70 meter dari permukaan laut.

“Di sana sudah diperkirakan bahwa daerah basahnya air, adalah mulai ketinggian 70 meter ke bawah. Di sanalah daerah serapan yang akhirnya menjadi sungai bawah tanah di daerah karst,” sebut Ence.

Dari pemantauan DLH Kaltim, perusahaan pabrik semen di Sekerat telah mendapat izin lokasi sejak 2010 oleh Bupati Kutim saat itu. Dan hingga kini telah melakukan kegiatan geolistrik di kawasan yang akan dimanfaatkan. Dari kegiatan tersebut telah dipetakan mana saja kawasan yang masuk zona basah dan zona kering.

“Di zona basah, mereka tak boleh utak-atik. Dan pola ini juga menjadi penilaian Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) menentukan mana kawasan boleh di tambang, mana tidak,” lanjut Ence.

Ence memaklumi isu terancamnya mata air di Sekerat mengemuka saat kabar pembangunan pabrik semen mencuat. Namun dari kacamata teknis, yang paling terancam dari aktivitas pabrik semen, umumnya bukanlah daerah aliran air. Melainkan udara yang berpotensi tercemar debu-debu pabrik semen.

“Kalau di pabrik semen, dampak lingkungan yang paling diperhatikan bukanah masalah air. Tak ada limbah air dari pabrik semen karena prosesnya yang kering. Yang justru harusnya jadi perhatian adalah udara. Tapi itupun mereka punya teknologi yang dapat mengelola itu,” urainya.

Pabrik semen di Indonesia, umumnya telah menerapkan teknologi yang memungkinkan udara sekitar tak tercemar. Teknologi penangkap debu telah banyak diterapkan pabrik-pabrik semen di Tanah Air. Ence menilai teknologi yang juga hebat bakal diterapkan di Sekerat kelak, terlebih perusahaan yang terlibat juga telah menerapkan pabrik semen berkonsep green technology di Tiongkok.

“Artinya, kekhawatiran itu, secara teknologi masih bisa ditangani. Dan itu telah kami pastikan berulang kali. Tolong perhatikan itu.”

7. Dari hasil penelitian gunung karst di Desa Sekerat paling cocok ditambang

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenInfografis status fauna di Kawasan Bentang Alam Karst Sangkulirang-Mangkalihat Berau serta Kutai Timur (IDN Times/yuda almerio)

Terpisah, Direktur Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan, Puspa Dewi Liman menerangkan, bersama Fakultas Geografi Universitas Gadja Madah (UGM), DLH Kaltim dan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) sudah pernah mengkaji dan menelaah Bentang Alam Karst Sangkulirang-Mangkalihat selama empat tahun.

Dalam kegiatan ini pihaknya hanya penyokong dana saja. Yang bertugas sepenuhnya adalah UGM dalam penelitian. Nah, dari informasi yang dikumpulkan IDN Times, telaah karst tersebut menyebut ada perbedaan batu gamping yang dimiliki karst Sekerat dengan karst Kaliorang dan Karangan yang jadi bagian cagar budaya. Batu gamping karst Kaliorang dan Karangan disebut cenderung lebih lama. Karena telah berusia ratusan tahun. Sedangkan batu gamping karst Sekerat cenderung lebih baru. Selain itu, rencana penambangan hanya sampai batas ketinggian 80 meter.

“Sudah dijelaskan UGM tidak ada pengaruhnya (jika ada penambangan), ” sebutnya.

Walau demikian, Puspa juga mewanti-wanti kawasan karst di Kutai Timur itu sudah masuk Bentang Alam Karst. Itu artinya penambangan di daerah tersebut tak boleh dilakukan. Kecuali sifatnya ekowisata. Sebab meski dilindungi bukan berarti tak bisa dimanfaatkan.

“Makanya harus dicek. Yang masuk kawasan ditambang itu, dalam KBAK atau tidak, ” tegasnya.

Kepala Pusat Studi Karst UGM, Eko Haryono mengatakan bahwa luasan yang dapat digunakan untuk industri pabrik semen telah tertuang dalam rencana induk pengelolaan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Dari semula 67 ribu hektare yang dikemukakan IUP, dibatasi menjadi 1.400 hektare. Hal ini juga telah ditegaskan dalam masterplan yang ditetapkan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI.

“Untuk pembukaan IUP sesuai dengan kebutuhan semen di Kaltim untuk selama kira-kira 100 tahun, itu sekitar 1.400 hektare dari sekitar 400 ribu hektare kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat,” sebut Eko Haryono yang dihubungi lewat sambungan telepon.

Dari rekomendasi 1.400 hektare tersebut, muncul rencana pemanfaatan kawasan sekitar 200 hektare di Desa Sekerat untuk pendirian pabrik semen. Sebelumnya, perusahaan disebut sempat mengusulkan hingga 10 ribu hektare. Namun disetujui 350-400 hektare sebelum berubah lagi menjadi sekitar 270 hektare oleh Badan Geologi.

“Kawasan yang menjadi daerah sumber air di Sekerat juga telah dijadikan KBAK sehingga bisa terjaga keberlanjutannya,” sambung Eko.

Menurutnya, Sekerat merupakan kawasan yang paling cocok untuk rencana pembangunan pabrik semen. Karena dianggap paling minim konflik. Dari gugus-gugus Karst Sangkulirang-Mangkalihat, Sekerat memiliki potensi permasalahan lingkungan yang paling kecil. Baik dari segi geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity.

“Selain karena terisolasi, juga lantaran dekat kawasan industri lain. Termasuk Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan hingga pelabuhan perusahaan batu bara setempat,” lanjut Eko.

8. Rencana pembangunan pabrik semen masih mengambang

Ketika Sumber Air di Desa Sekerat, Kutai Timur Terancam Pabrik SemenSalah satu sumber air di Desa Sekerat, Kutai Timur, Kalimantan Timur (IDN Times/yuda almerio)

Berbagai pertimbangan yang diungkapkan DLH Kaltim, mestinya memuluskan langkah pabrik semen beroperasi di Sekerat. Namun realitanya tak semulus itu. Realisasi pabrik semen yang diklaim mendapat dukungan warga, nyatanya jalan di tempat. Terhambat status areal yang masuk kawasan konservasi.

Dipicu perbedaan dokumen RTRW keluaran Pemkab Kutim dan Pemprov Kaltim. Dokumen kabupaten menyebut areal tersebut sebagai kawasan industri, sedangkan versi Pemprov Kaltim menempatkannya dalam bentang alam karst.

Perbedaan ini pula yang menjadi dasar peninjauan ulang RTRW Pemprov Kaltim. Tak main-main, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) terlibat langsung dalam tahapan ini. Dengan kawasan karst di Sekerat sebagai salah satu fokus utama.

Tim peninjau ulang tengah mendalami dan memastikan lagi kawasan-kawasan yang semula masuk bentang alam karst. Ada kemungkinan terjadi perubahan status menyesuaikan kriteria karst yang ditetapkan Kementerian ESDM.

“Ketidaksinkronan RTRW kabupaten dan provinsi inilah yang diperbaiki dalam revisi RTRW. Pak Gubernur (Isran Noor) telah meminta jangan lagi terjadi seperti ini. Jangan sampai menimbulkan ketidakpastian investasi. Termasuk juga kawasan konservasi nantinya jangan lagi diganggu gugat,” lanjut Ence.

Keresahan Isran Noor dari tak sinkronnya RTRW memang sangat beralasan. Kali ini, Kaltim terancam kehilangan belasan triliun rupiah rencana investasi pabrik semen di Sekerat yang sudah lebih setahun mengambang. Hal itu diungkapkan langsung Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi saat ditemui reporter IDN Times di Kegubernuran Kaltim belum lama ini.

Disebutkan Hadi, semula Pemprov Kaltim telah menerima kedatangan perusahaan yang hendak berinvestasi di Sekerat. Namun pertemuan tersebut masih sebatas pembicaraan. Belum memasuki rencana pembangunan pabrik semen.

“Setelah itu tak ada lagi pertemuan. Itu yang pertama dan terakhir. Sudah setahun ini tak ada perkembangan,” tutup Hadi Mulyadi, singkat.

Baca Juga: Jelang Nataru, Kapolda Kaltim Ingatkan agar Tidak Ada Kerumunan 

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya