Kisah Pemadam Karhutla, dari Mistis hingga Terkapar karena Asap

Memadamkan api karhutla tak semudah kebakaran permukiman

Samarinda, IDN Times - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memang patut diwaspadai, karena menyebabkan petaka asap.

Efek yang ditimbulkan pun berganda. Tak hanya manusia, tapi satwa dalam hutan, tapi bahkan penerbangan pun kacau karena asap. Tatkala asap itu mengepul ada sosok heroik di balik peristiwa tersebut.

Adalah pasukan pemadam karhutla yang bertaruh nyawa saat meredakan amukan si jago merah. Tak hanya urusan hidup dan mati saat memadamkan api, tapi juga ada kisah lain dialami oleh Tim Zero Fire Forest tersebut. Misalnya saja, kehabisan makanan, bertemu dengan hewan liar, terkapar karena asap hingga tersesat karena disembunyikan oleh "penunggu" hutan.

1. Harus menahan lapar, sambil padamkan api selama delapan jam karena bekal habis

Kisah Pemadam Karhutla, dari Mistis hingga Terkapar karena AsapIDN Times/Yuda Almerio

Kepada IDN Times, Kepala Seksi Pengendali Kerusakan dan Pengamanan Dinas Kehutanan (Dishut) Kaltim Shahar Al Haqq bercerita mengenai pengalamannya bersama rekan-rekan saat memadamkan api di kawasan Labanan, Kabupaten Berau pada akhir Agustus lalu.

Ketika itu bersama pemadam karhutla yang terdiri dari petugas gabungan, Dishut Kaltim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim, TNI, Polri dan masyarakat api. Jumlahnya ada 40 orang. Setiap petugas membawa bekalnya masing-masing.

"Selain makanan, kami juga membawa persediaan air untuk minum dan air untuk memadamkan api. Totalnya 10 liter," katanya saat dikonfirmasi, Rabu (25/9).

Jarak antara titik api dan jalan besar atau pintu masuk itu 10 kilometer. Estimasi pemadaman api saat itu ialah siang hari. Namun kondisi di lapangan tak bisa ditebak.

Pertama habis ialah makanan saat siang hari, kemudian air minum mendekati petang. Setelahnya, harus bersabar. Lebih-lebih saat memadamkan api, jika belum menemukan selanya bisa-bisa terkapar kehabisan oksigen. Tak hanya itu, kerongkongan pasti juga kering karena haus.

"Memadamkan api yang bakar hutan dan lahan itu enggak gampang, ada tekniknya. Beda dengan penanganan kebakaran permukiman. Makanya kalau tak tahu pasti bisa pingsan atau terkapar," terang koordinator Tim Zero Fire Forest itu.

Baca Juga: Sengaja Bakar Lahan untuk Kebun Sawit, Polres Berau Tangkap 9 Orang

2. Padamkan karhutla dengan segitiga api

Kisah Pemadam Karhutla, dari Mistis hingga Terkapar karena AsapDok. Dishut Kaltim

Shahar menerangkan, kesulitan kedua ialah harus berhemat dengan air. Petugas pemadam memang punya masing-masing tabungan air sebanyak 10 liter, namun  tentu tak cukup untuk bekal selama memadamkan api.

Teknik memadamkan api paling tepat ialah segitiga api. Metode yang dimaksud oleh Shahar ialah segitiga api.

Pertama ialah unsur material seperti ranting, kayu dan semak-semak kering, kemudian yang kedua ialah udara alias oksigen dan terakhir ialah unsur panas. Ketiganya tak boleh bersatu.

"Selama delapan jam api baru bisa dikuasai. Empat petugas terkapar karena kehabisan oksigen. Tapi, alhamdulillah kami selalu membawa petugas medis, jadi bisa ditangani dengan cepat," bebernya.

Kata Shahar, petugas pemadam karhutla memang harus punya fisik tangguh, sebab yang tak bermental baja bisa saja stres karena asap yang begitu sukar dipadamkan.

Karhutla itu tak dikejar apinya saat hendak dipadamkan, tapi ingat teori segitiga api. Hal lain yang harus diperhatikan ialah bau kayu terbakar. Jika itu gaharu tentu nyaman baunya, berbeda ketika rengas.

"Bisa bikin pusing kalau kayu rengas terbakar. Biasanya yang kena ini petugas baru," jelasnya.

3. Disembunyikan "penunggu" hutan Labanan

Kisah Pemadam Karhutla, dari Mistis hingga Terkapar karena AsapDok. Dishut Kaltim

Selain dua peristiwa itu, kata Shahar, ada kejadian lain yang bikin bulu romanya berdiri setiap kali mengingat kejadian tersebut.

Walau mistis, namun peristiwa itu benar dialami oleh Sharar dan kawan-kawannya. Kejadiannya di Labanan.

Waktu itu, tim pemadam karhutla baru tiba di Berau. Setelah mengetahui titik api, pihaknya bergegas menuju lokasi. Memang saat itu kondisinya penuh dengan kabut asap. Tim dibagi menjadi dua grup, tim A dipimpin Shahar, tim B oleh Fauzi. Mereka berbagi lokasi pemadaman, regu B di selatan sementara A di utara. Jarak kedua kelompok sekitar satu kilometer. Masuk lokasi memadamkan api dimulai dari siang hari.

"Kami melingkari titik api. Pos saya sudah beres dalam hitungan satu jam lebih karena lahan yang terbakar, tidak terlalu luas. Seharusnya tim B juga demikian, namun hingga lima jam mereka tak keluar," sebutnya.

Dia menambahkan, pencarian dilakukan dengan cara berteriak. Suara tim B itu terdengar jelas, namun keberadaan mereka tak diketahui.

Shahar pun meminta Fauzi mengikuti panggilan dari Shahar. Dan saat itulah regu B akhirnya bisa dievakuasi. Dari pengakuan kawan-kawan pemadam, mereka berjalan melewati lembah dan gunung hingga jurang. Padahal tak demikian. 

"Lima menit sampai, lho. Ya, itulah. Memang di dalam hutan tak boleh berucap kotor dan sebagainya. Jaga wibawa," pungkasnya.

 

Baca Juga: Kondisi Orangutan Kaltim Jauh dari Petaka Asap

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya