Kukuh Pertahankan Perbatasan saat Konfrontasi dengan Negeri Jiran

Kisah Ajan Apui, hadang penyusup masuk Indonesia

Samarinda, IDN Times - Peristiwa konfrontasi dengan Negeri Jiran, Malaysia sudah lewat lima dekade lebih. Namun kejadian itu masih membekas di ingatan Ajan Apui. Tatkala umurnya masih 18 tahun, veteran pembela ini angkat senjata demi menjaga kawasan perbatasan. 

"Padahal saya bukan tentara, tapi sukarelawan saja. Demi negara, apapun kita perbuat," katanya saat ditemui di agenda Ramah Tamah dengan Pemuda, Perintis Kemerdekaan Veteran, Purnawirawan, Wredatama, Warakawuri dan Angkatan 45 di Pendopo Odah Etam, Kamis (15/8).

1. Ketika kesepakatan dirusak, pertempuran dimulai

Kukuh Pertahankan Perbatasan saat Konfrontasi dengan Negeri Jiranveteranri.go.id

Sebagai informasi, Avrahm Mazerik dalam bukunya Malaysia Says Bloody Revolution Not Only Way to Independence (1965) menyebut, konfrontasi dengan Malaysia terjadi pada tahun 1962-1966.

Konflik itu meletus sebab Federasi Malaya atau dikenal dengan Persekutuan Tanah Melayu berupaya menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia. Namun usulan itu tidak sesuai dengan Manila Accord yang ditandatangani pada Juli 1963 oleh tiga negara, Federasi Malaya, Republik Indonesia dan Republik Filipina.

"Kami juga mendapatkan informasi dari tentara. Katanya harus mempertahankan kawasan perbatasan dari penyusup, dari Malaysia," sebutnya.

Di dalam kesepakatan itu, Federasi Malaya, Republik Indonesia dan Republik Filipina setuju jika Sabah dan Sarawak punya hak menentukan nasib sendiri. Skema itu ditentang oleh Presiden Soekarno lantaran Malaysia disebut-sebut boneka Inggris.

Baca Juga: Kisah Koesman, Kurir Pembawa Pesan Masa Perjuangan Kemerdekaan

2. Semangat mempertahankan perbatasan dari para penyusup

Kukuh Pertahankan Perbatasan saat Konfrontasi dengan Negeri JiranIDN Times/Yuda Almerio

Rancangan itu dianggap Presiden Soekarno sebagai bentuk imperialisme baru. Konflik empat tahun itu menelan ratusan korban di antara kedua belah pihak. Malaysia ketika itu bersekutu dengan Britania Raya, Selandia Baru, Australia, Kanada dan Fiji sementara Indonesia berkawan dengan Filpina dan Uni Soviet.

"Saya ingat benar waktu itu 1964, kali pertama memegang senapan LE (Lee-Enfield). Kami dibawakan oleh tentara Indonesia, untuk menjaga perbatasan," sebutnya.

Kata dia, ketika itu Indonesia, benar-benar serius mempertahankan kawasan perbatasan. Biar tak ada penyusup asing yang masuk. Setidaknya masuk tahun ketiga konfrontasi Malaysia-Indonesia, ada tiga batalion yang membantu Ajan dan kawan-kawannya. Lazimnya satu batalion berisikan 300-1000 tentara.

"Kami makin semangat saat itu mempertahankan wilayah Indonesia," tegasnya. "Syukurnya ketika itu, tak banyak pertempuran yang dialami sebab penyusup tak berani," ujar Ajan.

Dalam buku Britain and the Confrontation with Indonesia, 1961-1965, karangan D. Easter disebutkan bila konflik itu berakhir itu pada 28 Mei 1966 dengan konferensi di Bangkok. Kesepakatan damai Malaysia dan Indonesia ditandatangani pada 11 Agustus pada tahun yang sama.

3. Jika ada pejuang yang belum terdaftar segera hubungi LVRI Kaltimtara

Kukuh Pertahankan Perbatasan saat Konfrontasi dengan Negeri JiranIDN Times/Yuda Almerio

Terpisah, Ketua DPD Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kaltim, Muhammad Amin Jama menuturkan, pihaknya tak hanya menaungi veteran di kawasan Kaltim tapi juga Kalimantan Utara.  "Paling banyak itu dari Kaltara, 700 lebih veteran. Kaltim hanya 295," terangnya.

Dia menambahkan, ada kategori veteran yakni pejuang kemerdekaan, pembela ketika sudah merdeka dan pembela perdamaian. Karena itu, para pejuang yang tersebar di wilayah Kaltimtara sebaiknya memberikan informasi bila tak masuk anggota LVRI.

"Dengan begitu kami lebih mendata dan menyalurkan santunan. Kami harap pemerintah selalu memerhatikan para veteran, jangan sampai diabaikan," pungkasnya.

Baca Juga: Veteran Balikpapan Perlu Perhatian Pemerintah

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya