Rapid Test Masih Diperlukan untuk Deteksi Awal COVID-19 di Samarinda

Tes cepat dan PCR, dua metode yang saling melengkapi

Samarinda, IDN Times - Rapid test atau tes cepat dan swab test, dua senjata utama mendeteksi penyebaran pandemik virus corona atau COVID-19. Dengan dua metode ini penyaringan awal orang yang terpapar virus bisa diketahui.

“Sudah delapan kali ini (rapid dan swab test massal),” ujar Ismid Kosasih, kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Samarinda saat dikonfirmasi pada Selasa (23/6) sore.

1. Rapid test sudah diikuti 8.000 warga Samarinda sejak 3 bulan lalu

Rapid Test Masih Diperlukan untuk Deteksi Awal COVID-19 di SamarindaPlt Kepala Dinas Kesehatan Samarinda dr Ismid Kosasih (IDN Times/Yuda Almerio)

Informasi dihimpun IDN Times, rapid dan swab test massal pertama diadakan di pintu masuk menuju Samarinda di kawasan Loa Janan, lalu Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Selili, Jalan Lumba-Lumba, Samarinda Ilir. Dua kegiatan ini ditunaikan sebelum Lebaran atau pertengahan Mei lalu.

Selanjutnya di posko banjir Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Temindung Permai, Sungai Pinang dan terakhir Pasar Segiri di Jalan dr Soetomo, Kelurahan Sidodadi, Samarinda Ulu. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal Juni lalu.

Rapid dan swab test massal terbaru ini digelar pada 19-25 Juni di empat lokasi, mulai dari halaman Diskes Samarinda, Pelabuhan Samarinda, Pelabuhan Palaran, dan terakhir di Klinik Islamic Center.

“Kalau yang rapid test sebagian besar non-reaktif. Dilakukan sejak 3 bulan lalu dengan 8.000 peserta,” imbuhnya.

2. Sudah 3.000 sampel swab diperiksa, sebagian besar negatif COVID-19

Rapid Test Masih Diperlukan untuk Deteksi Awal COVID-19 di SamarindaIlustrasi petugas lakukan rapid test acak ke pengunjung salah satu pusat perbelanjaan. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Lebih lanjut diuraikan Ismid, sementara swab test jumlahnya 3.000 sampel dengan target 4.000 spesimen. Dari pemeriksaan ini juga senada, hasil diagnosisnya banyak negatif. Data terakhir dari Diskes Samarinda tercatat ada 657 sampel swab hasilnya negatif, sedangkan masih proses pemeriksaan 277 spesimen di Labkes Kaltim. Dari ribuan pemeriksaan ini yang terkonfirmasi positif ada 65 kasus. Angka positif ini merupakan akumulasi kasus sejak Maret lalu dan hingga kini sudah 53 pasien sembuh, satu di antaranya meninggal dunia. Tersisa 11 pasien jalani perawatan.

“Tes swab ini baru sebulan, sebelumnya kan kirim Surabaya. Semakin banyak yang diswab lebih baik lagi, kasus bisa ditelusuri. Rantai penyebaran juga cepat dipangkas,” tuturnya.

Baca Juga: Tren Pasien Positif COVID-19 Kategori OTG Makin Bertambah di Kaltim

3. Rapid dan swab test massal dari pemerintah pasti gratis, tapi komersial harus bayar

Rapid Test Masih Diperlukan untuk Deteksi Awal COVID-19 di SamarindaIlustrasi COVID-19 (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Menurutnya saat ini, pihaknya masih menggunakan rapid test untuk tracing kasus virus corona, jadi bukan pemborosan. Dan belakangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Samarinda lebih menggunakan rapid test berbasis Immunofluorescence Assay (IFA), bukan manual lagi. Tak hanya itu, rumah sakit juga masih menggunakan metode rapid test bagi penelusuran awal kasus kasus corona. Meski demikian, dia juga tak menampik rumah sakit mematok harga untuk rapid test atau swab. Di Samarinda ada 13 rumah sakit, dua di antaranya rujukan COVID-19 yakni RSUD Abdul Wahab Sjahranie dan RS Karantina COVID-19 Samarinda.

“Kalau yang adakan rapid dan swab test massal dari gugus tugas, ya gratis. Kan yang biayai pemerintah. Tapi kalau komersial ya bayar,” tegasnya.

4. Tracing jauh lebih mudah dengan rapid test, walau WHO tak lagi menyarankan

Rapid Test Masih Diperlukan untuk Deteksi Awal COVID-19 di Samarinda[Ilustrasi] Pengambilan sampel swab tenggorok. IDN Times/Debbie Sutrisno

Kaltim sebenarnya punya tiga alat PCR. Dua berada di Samarinda, lainnya di Balikpapan. Dengan adanya tiga perangkat canggih ini diagnosis virus corona atau COVID-19 di Benua Etam bakal lebih cepat dari sebelumnya. Dengan demikian alat tes cepat tak perlu lagi digunakan. Namun begitu, Ismid menyebut rapid test masih diperlukan karena kemampuan dari PCR itu sendiri tak bisa banyak laksanakan pemeriksaan. Analisis sampel swab juga perlu waktu sehingga harus menunggu. Belum lagi, sampel ini tak hanya dari Samarinda saja, tapi juga daerah lain di Kaltim. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang tak sarankan lagi penggunaan tes cepat, tapi pihaknya tetap kukuh agar tracing jauh lebih mudah.

“Ingat hasil reaktif dan non-reaktif ini bisa bikin tenang sebelum dilanjutkan ke swab test,” pungkasnya.

Baca Juga: Hasil Rapid Test, Bayi 10 Bulan di Kaltim Positif Virus Corona

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya