Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtag

Ampuh untuk mendongkrak postingan

"Gotta blame it on Jesus, #Blessed ."

Itulah sepenggal lirik dari lagu "24K Magic" karangan Bruno Mars. Siapa sih yang tidak tahu dan tidak pernah menggunakan tanda pagar/tagar (#)?

Di media sosial, terutama saat tengah menulis cuitan di Twitter atau mengunggah foto di Instagram, hashtag adalah salah satu cara untuk mendongkrak postingan agar banyak yang lihat hingga viral. Saking merebaknya penggunaan hashtag, tak mungkin menemukan situs atau media sosial yang tidak menggunakan tagar.

Tetapi, apa yang kamu ketahui soal tagar, selain dipakai di media sosial? Jika kamu belum terlalu kenal hashtag, inilah beberapa fakta mengenai hashtag yang santer dipakai di media sosial mainstream.

1. Perbedaan hash dan hashtag

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagunsplash.com/Jan Baborák

Pertama-tama, tahukah kamu bahwa "#" disebut hash bukan hashtag? Namun, bukan berarti kamu salah. Apa bedanya hash dengan hashtag yang sering kali kita gunakan? Meskipun sama-sama tagar, penggunaannya amat berbeda.

Simbol "#" ini disebut "hash", sementara kata yang datang setelahnya disebut "hashtag". Jadi, jika kamu memasukkan "#NoFilter" pada caption foto Instagram, maka dapat dibaca "hashtag hash no filter". Lho, kenapa bukan "hashtag no filter"? Memang begitu kok yang seharusnya!

"Jadi, harus terbiasa pakai "hash"?"

Oh, tentu tidak. Alasannya akan kami ceritakan nanti. Sampai sini, paham?

2. Bukan, bukan Twitter yang menemukan penggunaan hashtag

Pertama, kami harus luruskan satu hal: memang, hashtag pertama kali muncul di Twitter. Saat itu, pada Agustus 2007, seorang pengguna Twitter bernama Chris Messina (@chrismessina) memikirkan ide untuk menggunakan hash sebagai sarana agar cuitan Twitter lebih mudah dirapikan dan dicari.

Mengapa simbol "#"? Chris memaparkan bahwa hash atau pound sign umum digunakan di Obrol Relai Internet (IRC), media yang biasa ia gunakan untuk mengobrol dengan kawan-kawannya saat itu. Jadi, Chris mulai menggunakan hashtag di cuitannya, dan memberikan sebuah proposal kepada salah satu pendiri Twitter saat itu, Biz Stone.

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagpixabay.com/geralt

Namun, saat itu, Stone sama sekali tidak menggubris. Bukan meremehkan, namun Twitter saat itu tengah sibuk memecahkan masalah pada teknologinya. Akhirnya, Stone pun harus menolak gagasan Chris karena dianggap terlalu "berat" untuk orang awam, seraya mengatakan bahwa Twitter sudah berencana menuliskan algoritma sendiri untuk menyortir cuitan dan topik nantinya, sehingga "buat apa hashtag?".

Tak menyerah, Chris tetap mempromosikan hashtag dalam cuitannya dan IRC bersama teman-temannya. Puncaknya adalah karhutla San Diego pada 2007. Chris menyarankan para pengguna Twitter menggunakan hashtag dalam cuitan mengenai karhutla tersebut. Karena banyak digunakan hingga ke aplikasi pihak ke-3 yang bekerja sama dengan Twitter, akhirnya media sosial itu pun mengikuti ide hashtag Chris.

3. Nama aslinya: Pound sign

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau HashtagTanda "Lb" yang sekilas mirip tagar, oleh Isaac Newton. commons.wikimedia.org

Seperti yang kalian sadari saat membaca poin sebelumnya, simbol "#" bukanlah hash atau hashtag, melainkan pound sign dan octothorpe. Mengapa bisa pound sign? Memang, tanda ini dipakai untuk mata uang pound sterling?

Oh, bukan. Pound di sini mengacu pada ukuran massa, yang berasal dari Bahasa Latin "Libra pondo" atau "berat pon" dan disingkat "Lb". Namun, juru tulis Bahasa Inggris zaman dulu sering kali menyilangkan huruf lb dengan garis di atasnya, sehingga membentuk simbol yang identik dengan hash masa kini.

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau HashtagJim Thorpe. espn.com

Bagaimana dengan octothorpe? Nama itu muncul pada 1960an, saat Bell Laboratories memasukkan "#" sebagai salah satu tombol telepon. Nama "octo" mengacu pada delapan titik yang dibentuk hash. "Thorpe"? Ada dua asumsi:

  • Thorpe adalah nama atlet olimpiade dari suku asli Amerika; atau
  • Thorpe berasal dari Bahasa Norwegia kuno yang berarti "bidang" atau "lahan", sehingga octothorpe berarti "delapan bidang".

4. Kenapa octothorpe bisa ada di telepon?

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagunsplash.com/Reno Laithienne

Zaman sekarang, telepon dengan telepon konvensional sudah amat jarang! Eh, tetapi, jika kamu memiliki telepon rumah, cek sekarang, apakah ada simbol "#" di salah satu tombol nomornya? Pasti ada. Namun, pikirkan, deh, apakah kamu pernah menggunakannya? Jika kamu bingung, tidak apa-apa. Kamu tidak sendiri!

Semua bermula pada 1963, saat produsen telepon menemukan sistem nada sentuh sebagai solusi untuk masalah telepon di awal pengembangannya. Karena sistem tersebut, setiap tombol telepon memiliki nada berbeda, sampai bisa dibuat lagu Happy Birthday! Itulah cara yang terbawa hingga sekarang untuk mengidentifikasi nomor yang ditekan.

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau HashtagTelepon. pixabay.com/Media_Visuals

Jadi, telepon standar harusnya memiliki 12 tombol dengan standar 3 baris 4 kolom (3x4). Namun, telepon zaman dulu hanya memiliki 10, dengan 0 berdiri sendiri di baris terakhir, tanpa dua tombol yang mengapitnya. Jadi, Bell Laboratories di bawah naungan AT&T menambahkan dua simbol, bintang (*) dan tagar (#).

Kegunaannya belum ditemukan hingga 1980an. AT&T memperkenalkan "star codes", yaitu tombol (*) agar penelepon dapat melakukan menelepon mereka yang baru saja menelepon, dan tombol (#) untuk menyelesaikan pesan suara.

5. Ada dua tipe tagar

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagpixabay.com/yourschantz

Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) adalah badan PBB yang mengurus standar umum layanan teknologi informasi & komunikasi. Pada 1988, ITU merilis sebuah pedoman untuk para produsen telepon dalam mengatur nomor dan simbol. Pedoman tersebut memaparkan tiga cara:

  • 3x4;
  • 2×6; dan
  • 6×2;

ITU juga mengizinkan produsen ponsel menggunakan tiga pengaturan juga. Pertama, pengaturan yang paling sering dipakai adalah 3×3(+1). Dua pengaturan yang tidak begitu populer adalah 5×2 dan 2×5 jika para produsen tidak memasukkan tombol (*) dan (#).

Lalu, ITU membedakan (#) menjadi dua jenis:

  • Versi Eropa yang berdiri tegak lurus 90 derajat; dan
  • Versi AS yang lebih condong ke kanan dengan kemiringan 80 derajat.

Dari kedua versi tersebut, versi AS lah yang sekarang paling umum digunakan. Sebagai catatan, ITU tidak mengenal hash, melainkan "square"!

Baca Juga: Perkembangan Fitur Stories Media Sosial, Diawali Snapchat

6. C# disebut C-sharp, bukan C-hash

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau HashtagBahasa Pemrograman C#. geeksforgeeks.org

Banyak programmer yang baru di bidangnya sering salah menyebut bahasa pemrograman "C#" sebagai "C-hash" atau "C-pound". Padahal, nama aslinya adalah "C-sharp". Mengapa C# disebut C-sharp, padahal tanda "#" disebut hash atau pound? C# adalah bahasa pemrograman produk Microsoft yang dirilis 2 dekade yang lalu.

Kepala Arsitek C# untuk Microsoft, Anders Hejlsberg, mengatakan awalnya, C# disebut COOL yang merupakan singkatan dari "C-like Object Oriented Language". Namun, mereka berpikir nama tersebut terlalu menjelimet untuk merek dagang.

Mereka kemudian mengganti namanya dengan C++++. Terlalu banyak "+"? Maka tim Anders menggabungkannya menjadi tanda "#" yang disebut "sharp" dalam bidang musik. Sebenarnya, secara teknis, sharp pada bidang IT ditulis sebagai "?". Namun, karena tagar lebih mudah dijangkau di keyboard, maka C# disebut "C-sharp".

7. Alasan mulia mengapa Chris Messina tidak mematenkan hashtag

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau HashtagChris Messina, penggagas hashtag di Twitter. commons.wikimedia.org

Dengan maraknya penggunaan hashtag di media sosial masa kini, Chris Messina seharusnya bisa kaya raya dengan mematenkan hashtag sebagai temuannya. Kok begitu? Dalam sebuah sesi tanya jawab di situs Quora, Chris akhirnya membeberkan dua alasan mengapa ia memilih untuk tidak "serakah":

  • Paten sama dengan monopoli. Jika dipatenkan, Chris khawatir hashtag tidak akan dipakai karena takut terkena hak paten. Hal tersebut bertentangan dengan visi Chris yang ingin agar tagar dipakai di media sosial oleh semua orang.
  • Chris memang tidak tertarik menguangkan hashtag. Baginya, karena hashtag lahir dari internet, maka seharusnya tidak ada kepemilikan absolut. Bagi Chris, ia senang hashtag berguna dan dipakai oleh semua orang.

Terharu mendengarnya?

8. Lalu, kenapa namanya bisa jadi hashtag?

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau HashtagStowe Boyd. medium.com

Seperti yang diceritakan sebelumnya, Chris Messina menamainya "pound". Tetapi, bagaimana ceritanya "#" kemudian disebut hashtag? Rupanya, yang pertama kali mencanangkannya adalah Stowe Boyd.

Saat pertama kali Chris mengutarakan idenya pada 2007, Stowe ikut berkomentar pada cuitannya dan mengatakan bahwa tanda tersebut lebih baik disebut "hash" dan kata setelahnya sebagai "tag", jadi dipisah (hash tag) bukan digabung (hashtag). Entah bagaimana, kedua kata tersebut bergabung menjadi hashtag.

9. Penggunaan # selain sebagai hashtag

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagspongebob.fandom.com

Sudah nonton episode SpongeBob SquarePants bertajuk "One Krabs Trash"? Di episode tersebut, kamu akan melihat makam Smitty Werbenjägermanjensen, yang dikenal sebagai pemakai pertama topi minum soda! Oleh karena itu, nisan pada makamnya berbentuk "#1".

Nah, dengan contoh tersebut, ternyata tagar memiliki fungsi lain, kawan. Selain untuk telepon dan media sosial, ternyata tagar memiliki fungsi sebagai penanda nomor. Pelaku industri sering menggunakan tagar untuk sebagai pengganti "nomor". Jadi, #1 berarti "Nomor 1", dan seterusnya. Oleh karena itu, "#" dapat disebut juga sebagai "number sign"!

10. Hashtag dimasukkan ke dalam kamus Oxford

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagwefornews.com

Pada 2013, media sosial terbesar di dunia saat ini, Facebookikut memasukkan fitur hashtag dalam platform mereka. Dengan pemakaiannya yang semakin menjamur, pada 2014, hashtag dimasukkan ke dalam jajaran kata resmi dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford, mengikuti jejak "selfie" yang sudah lebih dulu masuk sejak 2002.

Ternyata, Oxford pun "memukul rata" hashtag sebagai satu kesatuan: tagar dan kata setelahnya, terutama yang muncul pada ponsel dan komputer. Jadi, "#NoFilter" menurut Oxford seharusnya dibaca "hashtag no filter". Bagaimana? Sudah merasa tercerahkan? Jadi, tidak perlu membiasakan diri pakai hash untuk #. Cukup hashtag!

Populer Masa Kini, 10 Fakta Unik Tagar atau Hashtagpixabay.com/geralt

Itulah beberapa fakta di balik tanda "#" atau hashtag yang bisa membuat postingan viral dalam waktu semalam. Ternyata tagar memiliki sejarah menarik, dari yang sebelumnya tidak diakui, menjadi nama bahasa pemrograman, hingga akhirnya dimasukkan sebagai kata resmi pada 2014.

Ingat! Memakai hashtag untuk postingan memang berguna untuk mendongkraknya. Namun, jika dipakai terlalu banyak dan tidak relevan? Malah menyebalkan dan bikin sakit mata.

Baca Juga: 7 Alasan Kenapa Kamu Perlu Beristirahat dari Media Sosial

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya