NFT, Peluang Bisnis Menggiurkan, tetapi Bermain pada Peruntungan

Hanya keunikan dengan nilai artistik menarik minat konsumen

Balikpapan, IDN Times - Non-Fungible Token atau NFT belakangan menjadi pembicaraan hangat di ruang publik. Hal itu karena NFT ini membuat sosok Ghozali tiba-tiba saja jadi kaya mendadak setelah foto selfie uniknya dibeli dengan harga puluhan juta.

Dari sini banyak orang-orang lain yang mencoba peruntungannya dengan mengikuti jejak Ghozali, menawarkan sesuatu miliknya melalui situs web OpenSea.

Nah, perlu diketahui NFT ini adalah barang digital atau bisa disebut sebagai karya seni digital yang dapat dijual belikan dengan menggunakan teknologi blockchain. Di mana ketika seseorang ingin membeli aset unik digital ini, mereka harus menggunakan mata uang kripto sebagai sistem pertukarannya.

Menilik soal NFT, OpenSea merupakan salah satu pasar terbuka dan terbesar yang menjadi wadah untuk menawarkan NFT ini.

Lalu bagaimana dengan masyarakat lainnya? Apakah mereka sudah tahu soal NFT ini? Simak penjelasan narasumber IDN Times di bawah ini.

1. Sempat tertarik menjual NFT

NFT, Peluang Bisnis Menggiurkan, tetapi Bermain pada Peruntunganilustrasi mengunduh data (freepik.com/rawpixels.com)

Siapa sih yang tidak ingin seperti Ghozali? Pastinya mendapat pemasukan yang cukup besar dengan hanya menjual suatu aset digital pasti jadi keinginan banyak orang. Seperti yang dirasakan oleh Rizky Rizkyawandy. Sebelum Ghozali viral, Wandy-, sapaan akrabnya, mengaku sudah mengenal NFT lebih dulu. Pertama kali dirinya tahu karena sempat melihat salah satu postingan di media sosial twitter yang menjual karyanya di OpenSea. Kemudian ia mulai menelusuri cara penggunaannya ini.

Melihat hasil yang didapatkan terbilang lumayan, dirinya sebenarnya ada keinginan untuk bisa melakukan hal yang sama.

“Tapi kalau mau jual NFT itu kan juga berbayar itu kalau OpenSea, terus kita juga harus punya dompet kripto dong, nah itu perlu buat ini itunya lagi, yang akhirnya, ya sudahlah nanti saja dulu,” kata dia.

Baca Juga: Tertarik, Dubes India Ingin Kaltim Jadi Lokasi Syuting Bollywood

2. Risiko pencurian digital

NFT, Peluang Bisnis Menggiurkan, tetapi Bermain pada Peruntunganilustrasi penipuan online (freepik.com/rawpixel.com)

Bukan apa-apa, ada banyak hal yang perlu disiapkan jika memang ingin mulai menawarkan karya digital. Inilah yang menjadi pertimbangan Wandy. Dia tentu sudah memiliki kemampuan dalam membuat karya digital, mengingat pekerjaannya juga sebagai desain grafis di salah satu perusahaan media lokal di Kalimantan Timur (Kaltim) dan sering menawarkan jasanya untuk pembuatan karya digital. Tapi lebih dari itu, sebenarnya dirinya juga memiliki kekhawatiran memainkan NFT ini.

Karena semua sistemnya yang bergerak penuh dengan teknologi, yang menandakan tetap ada kerawanan di sana. Pencurian digital tentu bisa terjadi kapan saja. Apalagi karena berhubungan dengan aset bernilai tinggi, tentu kerawanannya juga pasti tinggi.

“Sebenarnya bisa di situs lain, tapi agak meragukan, ditakutkan bisa saja terjadi pishing atau scamming. Sebenarnya OpenSea itu tepercaya legalitasnya, tapi karena berbayar itu jadi pertimbangan akhirnya,” terangnya.

Untuk saat ini, dirinya masih belum terdorong untuk memulai menawarkan karyanya di sebuah situs, tetapi tak menutup kemungkinan ke depannya ia bakal mencobanya.

3. Menawarkan seni dan psikologi secara bersamaan

NFT, Peluang Bisnis Menggiurkan, tetapi Bermain pada PeruntunganPakar Ekonomi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman, Aji Sofyan Effendi

Melihat fenomena viralnya penjualan token digital atau NFT ini, pun mengundang pakar ekonomi untuk berkomentar. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Mulawarman Samarinda Aji Sofyan Effendi mengatakan, jika ada dua hal yang diperlihatkan dari adanya aktivitas jual beli digital ini. Yaitu perilaku konsumen dan perilaku produsen.

Keberuntungan Ghozali menarik perhatian konsumennya ini, masuk dalam kategori perilaku produsen. Yang mana Ghozali menampilkan konsistensi dengan mempertahankan bentuk karyanya, menjadikan miliknya sebagai sesuatu yang unik dan menarik perhatian.

Dengan konsep kejenuhan pada kemajuan saat ini yang justru menampilkan nilai artistik yang natural.

“Foto memiliki nilai artistik, dikenal menampilkan hal bagus dan indah. Sedangkan di sini dia (Ghozali) bertentangan azas-azas art marketing, dengan art modern yang saat ini terjadi,” terangnya.

Sebagai contoh, dia menggambarkan adanya pergeseran minat yang kembali berputar ke belakang meski keadaan sudah modern. Misalnya sebuah karya lukis atau foto hitam putih yang justru dibeli dengan harga jutaan rupiah. Hal inilah yang  terjadi pada Ghozali.

4. Bertemu dengan konsumen dengan minat yang sama

NFT, Peluang Bisnis Menggiurkan, tetapi Bermain pada PeruntunganJasa Digital Marketing Indonesia

Perubahan perilaku produsen yang terjadi pada Ghozali tentu dibarengi dengan adanya perubahan perilaku konsumen, di mana si pembeli karya memang memiliki minat yang terbilang cukup aneh. Namun, kata Aji Sofyan, dari situlah dapat dipahami jika ada efek perubahan selera. Orang menilai karya Ghozali unik dan natural sehingga membelinya.

Tetapi bagaimana jika Ghozali mulai merubah produk karyanya? pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (PK-PPKD)
Universitas Mulawarman Samarinda ini, meyakini jika hal itu juga akan mengubah penilaian konsumen.

“Bisa jadi ketika karya yang disampaikan berubah, minat pembeli akan turun. Karena tidak ada kemurnian, tidak ada keunikan lagi di situ dan tidak terlihat natural lagi,” ujar dia.

Lanjutnya, inilah yang dimaksud dengan perilaku masyarakat yang sudah jenuh berkaitan dengan hal-hal modernitas.

Baca Juga: Polda Kaltim Siapkan Operasi Pengamanan IKN, Setahun ke Depan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya