Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak Bahau

Cerita tato dan telinga panjang Dayak Bahau di Mahulu

Luar Biasa, dua kata itulah yang terucap dari mulut setiap orang yang baru pertama kali menyusuri sungai Mahakam. Perjalanan yang bisa di lalui selama 3 hari 2 malam menggunakan kapal motor kayu dari pelabuhan sungai Kunjang, Samarinda ini sungguh akan sangat terbayar dengan suguhan hijaunya pegunungan hutan tropis Kalimantan, ketika mengarungi tiap jengkal liukan sungai Mahakam.

Berangkat dari Samarinda pukul 07.00 WIB menggunakan kapal penumpang kayu, kita akan tiba di Kecamatan Long Bagun juga pada pagi hari setelah menempuh perjalanan 3 hari 2 malam.

Dari Long Bagun kita masih harus melanjutkan perjalanan  selama 5 jam menggunakan long boat untuk sampai di Kecamatan Long Pahangai dan harus melewati jeram yang di sisi kiri dan kanan terdapat batu batu besar.

1. Bukit bukit karst di Mahakam Ulu

Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak BahauIDN Times/Ismail Arrasyid

Di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati aktivitas masyarakat yang bermukim di bantaran sungai Mahakam, rimbunnya belantara hutan tropis dan deretan pegunungan karst menambah segarnya mata dan hati, dan kekaguman akan riam-riam yang ada di hulu Mahakam.

Sesampainya di kecamatan Long Pahangai saya menginap di kediaman Pak Lawing, salah satu warga Long Pahangai. Oleh keluarga Pak Lawing, saya disuguhi kopi panas di tengah menikmati indahnya sungai Mahakam dan aktivitas warga di sore hari.

2. Aktivitas warga di sungai Mahakam

Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak BahauIDN Times/ Ismail Arrasyid

Pagi sedikit mendung, namun tidak mengurangi aktivitas warga untuk melakukan kegiatan rutin mereka pergi ke ladang dan kebun. Sungai Mahakam pun juga ramai dengan kegiatan warga.

Namun yang menjadi pusat perhatian saya adalah seorang nenek yang sedang memotong kayu bakar di dermaga milik warga, sang nenek rupanya memiliki kekhasan tersendiri di banding dengan yang lainnya.

Si nenek tersebut memiliki telinga yang memanjang dengan anting yang sangat banyak di kedua telinganya, inilah kemudian yang menjadi keunikan masyarakat di bagian hulu Mahakam.

Di Kabupaten Mahakam Ulu ternyata masih banyak di jumpai warganya yang masih mempertahankan identitas budaya mereka yaitu berupa telinga yang memanjang dan gambar tato di badan mereka.

3. Tato di pergelangan kaki dan tangan perempuan Dayak Bahau Mahakam Ulu

Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak BahauIDN Times/Ismail Arrasyid

Ada cerita menarik dari ibu Kristina Yeq Lawing, seorang warga di Mahakam Ulu bersuku Dayak Bahau yang menjadi perhatian saya ketika saya bertanya tentang telinga yang memanjang dan tato yang ada di tangannya.

Dari cerita beliau bahwa tato atau dalam bahasa Dayak Bahau di sebut TEDAK berfungsi sebagai penanda antara laki laki dan perempuan, karena dahulunya mereka berkumpul dan tidur dalam satu rumah panjang atau Lamin. Tedak atau tato selain sebagai status strata sosial masyarakat juga berfungsi sebagai pertanda status perkawinan seorang perempuan. 

Jika seorang perempuan memiliki tedak atau tato hanya sampai sebatas jari sampai punggung tangan menandakan perempuan tersebut masih gadis atau belum menikah, dan setelah menikah maka tato atau tedak akan di tambah lagi sampai pergelangan tangan.

Baca Juga: Pantai Serumpun: Serpihan Surga Kecil di Sisi Timur Balikpapan

4. Mendengarkan kisah tentang suku Dayak Bahau

Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak BahauIDN Times/Ismail Arrasyid

Bahan tinta yang di gunakan untuk membuat tedak atau tato tersebut berasal dari arang pohon damar. dan alat yang di gunakan bermacam-macam, ada yang menggunakan sembilu (bilah bambu) dan ada juga yang menggunakan jarum dengan cara dipukul-pukulkan ke kulit yang akan di tato atau tedak.

“Untuk perempuan yang di tato harus berusia baligh atau menginjak masa remaja antara usia 12 - 13 tahun dan membutuhkan waktu yang lama karena sangat sakit”, ujar Ibu Kristina.

5. Perempuan Dayak Bahau dengan telinga panjang dan hisang

Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak BahauIDN Times/Ismail Arrasyid

Kemudian Ibu Kristina melanjutkan cerita mengenai anting yang dipakai oleh kaum hawa masyarakat Dayak Benuaq disebut HISANG. Perempuan-perempuan Dayak Bahau menggunakan hisang sejak berusia 5 tahun sebanyak masing-masing 5 buah anting atau hisang kiri dan kanan, dan itu akan terus bertambah.

Untuk masyarakat Dayak Bahau mereka lebih memilih perak untuk menandakan komunitas mereka, sedangkan masyarakat Dayak Kenyah lebih memilih kuningan. Belum dapat keterangan yang pasti tentang maksud dan makna di dalam penggunaan perak dan kuningan tersebut.

6. Warisan identitas yang harus dilestarikan

Sekelumit Cerita dari Mahakam: Tato dan Telinga Panjang Dayak BahauIDN Times/Ismail Arrasyid

Namun kata Ibu Kristina dari seangkatannya di masa muda dulu hingga generasinya saat ini hanya beberapa orang tua saja yang masih mau mempertahankan tradisi budaya yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Sewaktu saya bertanya kepada anaknya kenapa tidak mau seperti ibu Kristina, malah jawabnya malu karena sudah tidak zamannya lagi.

Sangat disayangkan sekali, padahal itu merupakan identitas dari kebesaran budaya suku Dayak Bahau. Ya, hrus diakui atau tidak ini merupakan efek dari sebuah globalisasi yang perlahan-lahan dapat menghancurkan sebuah peradaban. Padahal di era saat ini banyak orang-orang kembali mencari identitas budaya mereka.

Itulah sekelumit cerita dari Mahakam Ulu yang kaya akan adat istiadat dan budaya, serta sumber daya alam.

Baca Juga: 5 Fakta Kucing Merah, Hewan Liar Endemik Kalimantan yang Hampir Punah

Ismail Arrasyid Photo Writer Ismail Arrasyid

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya