Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?

Pendapatan menurun 70 persen

Balikpapan, IDN Times - Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Beruang Madu di Kilometer 23 Kota Balikpapan termasuk salah satu tujuan wisata alam dan edukasi yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Pengunjung datang untuk melihat Beruang Madu, satwa yang jadi maskot kota Balikpapan. KWPLH Beruang Madu menjadi salah satu tempat penangkaran satwa langka ini, selain di Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan Borneo Orangutan Survival (BOS). 

Saat ini di KWPLH ada 6 ekor beruang madu dan kebanyakan merupakan beruang sitaan. Sementara beruang madu di HLSW diperkirakan ada 60 ekor, dan di BOS 45 ekor. Semuanya dilepas liar ke hutan.

Menurut Kepala Divisi Pendidikan Lingkungan Hidup, Mulyana, sejumlah beruang di KWPLH ini juga ada yang mengadopsi. "Maksudnya diadopsi itu biaya perawatan dan makannya dibiayai, tapi beruangnya tetap di sini," terang Mulyana, saat ditemui IDN Times pada Minggu (14/3/2021).

1. Angka kunjungan di KWPLH jauh turun di masa pandemik

Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?Penampungan kucing berupa dua kandang besar, satu untuk kucing yang sudah direhabilitasi, dan satu lagi untuk kucing baru yang harus dicek kesehatannya dahulu. (IDN Times/ Fatmawati)

Selama terjadi Pandemik COVID-19, diakui Yana, sapaan Mulyana, kunjungan KWPLH jauh menurun. Bahkan pada awal pandemik sampai sekitar Agustus 2020 tempat ini sempat tutup sementara.

KWPLH telah kembali dibuka, pengunjung dibatasi. Pagi hari jam berkunjung hanya pukul 09.00 Wita hingga 11.00 Wita, lalu sore pukul 14.00 Wita sampai pukul 16.00 Wita. 

"Saat ini kunjungan juga masih belum ramai. Apalagi memang kami belum informasikan secara resmi ke publik bahwa kami sudah buka. Menghindari kerumunan," terangnya.

Selama ini informasi terkait dibuka kembalinya KWPLH tersebar dari mulut ke mulut oleh pengunjung. Sehingga sampai kini jumlah pengunjung pun masih sangat jauh jika dibandingkan sebelum terjadinya pandemik. 

Jumlah kunjungan ini dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas normal. Saat akhir pekan, khususnya hari Minggu, pengunjung di waktu normal bisa mencapai 300-an orang.

Namun di masa pandemik, paling banyak hanya 150-an pengunjung. Sementara untuk hari kerja, pengunjung hanya di kisaran 10 orang saja.

2. Tiket masuk Enclosure Beruang Madu hanya bayar sukarela

Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?KWPLH Beruang Madu Balikpapan sebelum pandemik virus corona (IDN Times/Mela Hapsari)

Kebanyakan wisatawan yang datang selama masa pandemik adalah mereka yang membutuhkan hiburan atau memang ada keperluan. Sementara tak ada harga tiket masuk yang dipatok untuk pengunjung. 

Pengunjung hanya perlu membayar secara sukarela di kotak yang disediakan. Diakui Yana, selama ini memang donasi yang terkumpul tidak bisa sepenuhnya menanggung biaya operasional dan perawatan satwa di sana. 

"Kisarannya setahun sebelum pandemik kalau dari donasi bisa dapat Rp100 jutaan. Tapi setelah pandemik turun hingga kira-kira 70 persen atau di kisaran Rp30 jutaan," terangnya. Kunjungan yang berkurang juga berpengaruh pada total donasi yang turun drastis. 

Baca Juga: 5 Fakta Beruang Madu, Maskot Balikpapan

3. Pengunjung bisa melihat beruang madu makan di jam tertentu

Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?Beruang Madu di KWPLH Balikpapan (IDN Times/Mela Hapsari)

Di enclosure beruang madu, pengunjung bisa menyaksikan langsung beruang madu makan dua kali dalam sehari. Momen inilah yang paling banyak menarik pengunjung.

"Kalau pagi mereka makan mulai pukul 09.00 Wita. Kalau sore silakan datang menjelang pukul 16.00 untuk melihat mereka makan sore," ungkap Yana. 

Menjelang waktu makan, beruang akan dikumpulkan di satu kandang. Mereka yang biasanya dilepas dan berkegiatan di hutan, dipanggil menggunakan lonceng. "Kalau dipanggil mereka biasanya langsung masuk ke kandang. Karena sudah terbiasa," katanya.

Setelah berkumpul di kandang mereka akan memakan buah-buahan yang di letakkan petugas di pinggir enclosure. Beruang madu tersebut biasanya makan di lokasi yang bisa dilihat pengunjung.

Pengunjung biasanya diminta tidak berisik atau berbicara terlalu nyaring. Karena beruang madu adalah hewan yang sensitif terhadap suara. 

Lingkungan KWPLH bersih dan asri. Lengkap dengan berbagai fasilitas penunjang seperti rumah ulin atau lamin, taman, pusat informasi beruang madu, tempat bermain, serta area enclosure beruang madu, kucing hingga anjing. 

Akan tetapi, area pusat informasi itu sudah mulai usang. Cat sudah mulai memudar warnanya. Begitu pun tempat bermain anak, jembatan ayunan telah putus serta karat ada dimana-mana. 

4. Keberlanjutan KWPLH, Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim perlu ambil alih pengelolaan

Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?Uvang Permana menunjukkan sarang lebah hutan yang ada di area KWPLH. (IDN Times/ Fatmawati)

Tidak hanya 6 ekor beruang madu, ada juga satwa lain, dan sejumlah tanaman atau flora koleksi KWPLH.  Tentu saja keseluruhan untuk pemenuhan perawatan dan biaya operasional tak bisa menggantungkan dari anggaran KWPLH sendiri. 

Selama ini anggaran yang digunakan bersumber dari sejumlah donasi. Kebanyakan berasal dari luar negeri, meski ada juga donasi dari dalam negeri atau perusahaan maupun perorangan. Ada sejumlah perusahaan yang memberikan donasi bagi KWPLH meski tidak berkelanjutan.

Saat ini Pro Natura menjadi LSM konservasi yang dipercaya mengelola KWPLH Beruang Madu. Dalam kunjungan IDN Times, Sekretaris Eksekutif Yayasan Pro Natura, Uvang Permana mengajak untuk melihat sejumlah fasilitas atau enclosure lain,

Pro Natura merupakan mitra Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), sebagai pihak yang memiliki kewenangan atas Hutan Lindung Sungai Wain dan KWPLH. Pengelolaan oleh Pro Natura ini dimulai sejak 2017 mengacu perjanjian kerja sama yang berjalan hingga 2021 ini. Uvang mengatakan, akhir tahun ini masa perjanjian akan habis.

"Tahun depan kita akan menyusun lagi dengan Kepala KPHL di bawah Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim. Selama lima tahun ini, satu tahun dengan pemerintah kota dan empat tahun dengan Dinas Kehutanan Provinsi, kita mendapat pembiayaan dari donasi," bebernya.

5. Perlu Rp28 juta untuk memberi makan satu ekor beruang madu setahun

Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?Rumah kucing di KWPLH Beruang Madu Balikpapan (IDN Times/Mela Hapsari)

Di tahun ini, pandemik masih terjadi. Pihaknya melihat kondisi sekarang, di 2022 Pro Natura memprediksi pengelolaan KWPLH akan sulit jika belum ada dana cukup di pertengahan tahun ini.

"Akan sulit memprediksi untuk tahun depan kecuali jika Dinas Kehutanan bisa mengambil alih pengelolaan dan pembiayaan," ungkapnya.

Masalah pengelolaan, menurutnya, sangat banyak biayanya. Misalnya pakan beruang madu saja per tahun untuk buah dan suplemen per ekor membutuhkan sekitar Rp28 jutaan.

Sementara harus ada biaya operasional lain termasuk honor bagi petugas di sana. Juga pemeliharaan keseluruhan KWPLH. Untuk enclosure beruang madu saja luasnya mencapai 1,3 hektare.

"Di belakang juga ada kucing dan anjing. Makanya kami harap KPHL bisa mengalokasikan dana. Karena Pemkot Balikpapan saja dulu bisa mengalokasikan," ungkapnya. 

Pemkot Balikpapan sendiri terakhir memberikan anggaran pada 2015 dan 2016 dari APBD. Sementara Dinas Kehutanan sampai saat ini belum pernah menganggarkan dana untuk KWPLH Beruang Madu.

"Sehingga kami mencari donasi sendiri," katanya. 

6. Sumber dana banyak donasi dari asing

Apa Kabar, Wisata KWPLH Beruang Madu Balikpapan di Masa Pandemik?KWPLH Beruang Madu jadi salah satu wisata edukasi di Kota Balikpapan. (IDN Times/ Fatmawati)

Sampai kini lima tahun ke belakang anggaran untuk biaya operasional KWPLH berasal dari donasi yang kebanyakan dari Eropa, antara lain Jenewa, Swiss, Belanda. 

"Ada juga individu transfer. Kalau asing biasanya ratusan juta. Biasa setahun dua kali transfer," terangnya.

Di 2020 misalnya, donasi masuk total Rp1,4 miliar. Padahal kebutuhan anggaran di 2020 Rp1,9 miliar. Sehingga masih defisit. Biasanya pemenuhan pendanaan ini dilakukan 

"Nah pendanaan utama memang dari donasi. Perusahaan Indonesia juga ada, pernah juga dari timur tengah," ujarnya.

Pada 2021 ini, sementara baru satu pihak saja yang mengirimkan donasi. Sehingga pihaknya berencana mendiskusikan masalah pembiayaan KWPLH dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. 

Selain itu, ia berharap dari sektor swasta seperti perusahaan-perusahaan dapat ikut terlibat dalam pembiayaan KWPLH. Bukan hanya memberikan donasi secara signifikan tapi juga berkelanjutan. Karena menurutnya, banyak perusahaan yang bisa mengambil peran di bagian bagian tertentu di KWPLH.

"Ini harus berkelanjutan. Mana yang bisa kami support, mana yang bisa KPHL kelola. Tapi kami juga harap perusahaan di Balikpapan berkomitmen untuk memberi donasi tidak hanya sekali atau berkelanjutan," ujar Uvang.

Baca Juga: Beruang Madu, si Pemalu yang Terancam Punah

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya