TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemetaan Daya Saing Digital EV-DCI 2020 Kaltim Urutan Delapan Nasional

Potensi wirausaha Kaltim masih terhitung rendah

Unsplash/Austin Distel

Balikpapan, IDN Times -  Meningkatnya penggunaan internet di Indonesia seiring dengan membaiknya infrastruktur digital di seluruh wilayah Nusantara membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik untuk ekonomi digital. 

Co-founder Managing Partner East Ventures Melisa Irene menyampaikan Indonesia adalah pasar digital terbesar di Asia Tenggara, yang berkontribusi terhadap 40 persen dari ekonomi internet di regional. 

"Dalam menarik uang investor, Indonesia menempati peringkat kedua setelah Singapura. Industri digital Indonesia juga melahirkan lebih banyak unicorn dibanding negara lain di Asia Tenggara. Perusahaan dari negara lain sulit meraih status unicorn tanpa hadir di Indonesia," katanya dalam webinar terkait perkembangan ekonomi digital via zoom, Rabu (12/8/2020).

Baca Juga: Cara Meraih Merdeka Finansial di Masa Pandemik Virus Corona

1. Indonesia memiliki potensi besar pasar digital

IDN Times / Haikal

Jumlah penduduk yang mencapai 264 juta jiwa dengan pengguna internet yang mencapai 171 juta pelanggan menunjukkan bahwa adanya potensi untuk berkembang. Hasil pemetaan daya saing digital Indonesia melalui East Ventures-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2020 menunjukkan bahwa secara umum EV-DCI Indonesia bernilai 27,9. 

Dengan skala 0-100, angka ini memperlihatkan bahwa daya saing digital Indonesia masih terbilang rendah. Artinya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Berdasarkan pada 9 pilar yang menjadi alat ukur EV-DCI, pilar penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang mendapatkan nilai tertinggi.

“Ini berarti dari segi infrastruktur, Indonesia tergolong paling siap dalam ekonomi digital. Sedangkan, pilar sumber daya manusia (SDM) dan kewirausahaan merupakan dua pilar dengan skor terendah yang menandakan bahwa Indonesia harus bekerja keras untuk menyiapkan SDM dan kewirausahaan untuk menghadapi ekonomi digital,” ucap Melisa.

2. Masih terkonsentrasi di Pulau Jawa

imobdevtech.com

Pulau Jawa memang memimpin pada hampir semua pilar pembangunan EV-DCI. Namun, Kalimantan Timur menjadi provinsi di luar Pulau Jawa yang mampu menempati posisi 8 nasional dengan skor EV-DCI 37,9.

“Keberadaan provinsi ini di posisi tersebut cukup melebihi ekspektasi karena melebihi provinsi lain, terutama Bali dan Jawa Tengah,” katanya.

Menurutnya, Kaltim memiliki performa paling baik dalam penggunaan ICT dengan skor 72,8. Hal tersebut didukung karena rasio kepemilikan handphone dan komputer di provinsi ini tergolong tinggi.

Sementara dukungan infrastruktur di Kaltim memiliki skor menengah yaitu 43,5 . Sedangkan untuk inklusi keuangan masih memiliki ruang untuk berkembang 39,7. Dari semua pilar input yang dinilai, SDM merupakan pilar dengan nilai terendah yakni 20,2.

“Keterbatasan di SDM membuat perekonomian di sektor digital juga kurang berperforma baik. Kewirausahaan sektor informasi dan komunikasi memiliki skor rendah 30,7, tetapi relatif lebih baik dibandingkan kebanyakan provinsi ,” tambahnya.

Adapun untuk tingkat kota, Balikpapan menjadi kota dengan skor EV-DCI tertinggi di Kalimantan, yaitu sebesar 44,2.

Kota ini merupakan pusat bisnis dan industri, sekaligus memiliki perekonomian terbesar di Kalimantan. “Pilar perekonomian di kota ini mendapatkan skor 53,8,” ungkapnya.

Secara umum, perkembangan ekonomi digital yang cukup pesat tersebut memberikan dampak positif, seperti tumbuhnya berbagai platform e-commerce, transportasi online , jasa keuangan online , hingga digitalisasi pariwisata .

“Ini membuat ekosistem ekonomi digital Indonesia semakin beragam,” tegasnya.

Dampak positif bagi tenaga kerja adalah perubahan pola penyerapan dan komposisi tenaga kerja. Dalam tiga tahun terakhir saja, ungkap dia, porsi tenaga terampil dan profesional tercatat meningkat hampir di semua sektor lapangan usaha yang terkait digital. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan kemajuan digital, persaingan di pasar kerja lebih kompetitif dan pekerja terampil dapat lebih unggul.

Baca Juga: Suka Lapar Mata? Ini 8 Tips Kelola Uang Untuk si Boros

Berita Terkini Lainnya