5 Fakta dan Mitos Kesehatan Terpopuler yang Perlu Kamu Ketahui
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Dalam kehidupan sehari-hari, banyak masyarakat masih mempercayai mitos-mitos yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, termasuk dalam konteks kesehatan.
Banyak pandangan tentang penyakit yang belum dapat diuji kebenarannya sepenuhnya, mengakibatkan perbedaan pendapat mengenai penyebab penyakit atau kebiasaan tertentu.
Oleh karena itu, asumsi-asumsi yang belum teruji ini perlu segera diperjelas dengan fakta-fakta ilmiah seputar penyakit atau kebiasaan yang sering diperbincangkan, agar tidak hanya menjadi mitos belaka.
1. Sering makan telur bisa menyebabkan bisulan
Telur adalah salah satu makanan sumber protein tinggi yang mudah didapat dan diolah. Kandungan protein dalam telur mencapai 12,5 gram per 100 gram telur mentah, dengan putih telur mengandung 3,6 gram protein dan kuning telur mengandung 2,7 gram protein. Selain protein, telur juga kaya akan zat gizi makro dan mikro lainnya, seperti lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan asam amino esensial.
Namun, ada anggapan di masyarakat bahwa mengonsumsi telur terlalu sering dapat menyebabkan bisul. Apakah teori ilmiah medis mendukung hal ini? Berikut penjelasannya!
Anggapan tersebut tidak benar. Faktanya, mengonsumsi telur tidak ada hubungannya dengan bisul. Bisul disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus, yang menyerang folikel rambut dan menyebabkan pembentukan abses dengan penumpukan nanah. Bisul terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sedang melemah.
Memang benar bahwa ada sebagian orang yang tidak bisa mengonsumsi telur karena alergi. Namun, hal ini tidak berlaku bagi mereka yang tidak memiliki riwayat alergi telur. Konsumsi telur tentu memiliki batas maksimum. Menurut rekomendasi dari USDA, konsumsi telur maksimal dalam satu minggu adalah 26 ons atau setara dengan 14 butir telur, yaitu sekitar 2 butir telur per hari.
2. Mengonsumsi mi instan dapat meningkatkan risiko kanker
Mi instan menjadi salah satu makanan populer zaman sekarang karena rasanya yang enak, harganya yang murah, dan mudah dibuat. Namun, banyak orang percaya bahwa mengonsumsi mi instan dapat meningkatkan risiko kanker perut. Apakah benar sering makan mi instan bisa menyebabkan kanker perut?
Berikut penjelasannya!
Anggapan ini ternyata tidak benar. Mi instan memang mengandung monosodium glutamat (MSG) dalam bumbu siap saji yang disertakan sebagai pelengkap. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang dan dengan frekuensi berlebihan, MSG dapat menyebabkan gangguan sindrom metabolik pada tubuh. Sindrom metabolik adalah kondisi di mana tekanan darah meningkat, gula darah tinggi, lemak berlebih dalam tubuh, dan kadar kolesterol jauh di atas normal .
Sindrom metabolik dapat menyebabkan komplikasi berbagai gangguan kesehatan lainnya, seperti hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, dan penyakit jantung koroner. Mi instan juga mengandung banyak garam, yaitu sekitar 50-60 persen dari batas kebutuhan garam harian. Pada orang dengan riwayat penyakit maag, mengonsumsi mi instan sering kali menyebabkan perut terasa kembung dan tidak nyaman.
Meskipun mi instan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, fakta menunjukkan bahwa mengonsumsi mi instan tidak akan menyebabkan kanker perut. Jadi, anggapan tersebut adalah mitos. Namun, konsumsi mi instan tetap harus dibatasi, yaitu satu hingga dua bungkus saja dalam seminggu.
Baca Juga: 7 Bengkel Mobil Balikpapan Terbaik, Pelayanannya Memuaskan
3. Mandi malam dapat menyebabkan rematik
Setelah melakukan aktivitas seharian, banyak dari kita yang menerapkan mandi malam untuk mengusir rasa lelah pada tubuh. Namun, apakah benar bahwa mandi pada mandi malam hari dapat menyebabkan rematik? Rematik (rheumatoid arthritis) adalah kondisi autoimun yang mengakibatkan peradangan dan kekakuan pada sendi. Kondisi autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan yang menyebabkan serangan terhadap jaringan tubuh yang sehat dan merusaknya.
Paparan suhu rendah dapat menyebabkan penyusutan kapsul di sekitar sendi yang menghasilkan ketidaknyamanan bagi individu yang mengidap rematik. Rematik adalah suatu kondisi yang mengakibatkan peradangan pada sendi yang kemudian berdampak pada sensasi nyeri, ketidaknyamanan, serta pembengkakan pada sendi.
Faktanya, mandi pada malam hari sama sekali tidak menyebabkan rematik atau dalam kata lain ini hanyalah mitos belaka. Dilansir dari kominfo.go.id, Dokter Spesialis Penyakit dalam dan Konsultan Reumatologi menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa sering mandi malam hari dapat menyebabkan rematik di kemudian hari.
Meskipun memang bagi mereka yang sudah diagnosa menderita rematik dianjurkan agar menghindari mandi malam hari.
4. Makanan pedas memicu penyakit maag
Makanan pedas memang sangat digemari banyak orang terutama masyarakat Indonesia. Bahkan olahan makanan pedas sudah banyak berinovasi ke dalam berbagai macam jenis masakan hingga tingkat kepedasannya, sehingga demand terhadap masakan pedas juga semakin meningkat.
Pedas adalah sensasi yang ditimbulkan oleh zat kimia capsaicin dan tidak termasuk dalam kategori rasa. Zat ini memiliki manfaat bagi tubuh jika dikonsumsi dalam batas normal, yaitu sebagai antikoagulan yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke dan hipertensi.
Perlu diingat bahwa ada batasan dalam mengonsumsi makanan pedas. Karena jika dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan gangguan pencernaan, terutama maag. Faktanya, makanan pedas dapat menyebabkan iritasi permukaan lambung hingga melukai lambung. Zat capsaicin dari cabai dan paprika dapat meningkatkan produksi asam lambung. Kondisi ini kerap kali menjadi pemicu bagi timbulnya keluhan serta gejala maag, seperti sensasi panas pada perut, rasa mual, muntah, dan keluhan sendawa yang berkelanjutan.
Namun, tidak semua orang yang memiliki sensitivitas terhadap makanan pedas, sehingga masih dapat mengonsumsinya tanpa risiko terkena gejala maag. Meskipun begitu, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas dalam jumlah yang berlebihan guna menghindari kemungkinan terjadinya kambuhnya maag.
5. Sariawan karena kurang vitamin C
Sariawan adalah salah satu masalah kesehatan yang sangat mengganggu. Saat mengalami kondisi ini, makanan dan minuman yang tadinya nikmat menjadi kurang nikmat untuk dikonsumsi. Apa pun yang masuk ke mulut atau bersentuhan dengan bibir akan segera menimbulkan rasa sakit.
Sejak lama, ketika seseorang mengalami sariawan, sering kali orang di sekitarnya menganggap bahwa kurangnya asupan vitamin C adalah penyebabnya. Oleh sebab itu, mereka umumnya menyarankan untuk meningkatkan konsumsi jeruk, karena buah ini dikenal kaya akan vitamin C.
Namun, anggapan bahwa sariawan merupakan tanda kurangnya vitamin C tidak benar. Pendapat ini sepenuhnya ditolak oleh Dr. drg. Harum Sasanti Yudoyono, Sp. PM., seorang spesialis penyakit mulut yang bekerja di Departemen Gigi dan Mulut FKGUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Defisiensi vitamin C bukanlah penyebab langsung dari sariawan. Sebaliknya, sariawan dapat timbul karena berbagai faktor yang melibatkan aspek genetik (keturunan) dan pemicu lainnya seperti stres, trauma, kelelahan, perubahan hormonal, anemia, alergi, gangguan sistem kekebalan tubuh, defisiensi nutrisi, dan gangguan pencernaan.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.