Kisah Nyata Memilukan di Balik Mini Serial "Dopsick"

Kecanduan opioid karena obat yang diresepkan dokter

Samarinda, IDN Times - "Dopesick", mini seri delapan bagian yang tersedia di hulu, kisah tentang menangani krisis kecanduan opioid yang telah merenggut sekitar 500 ribu nyawa orang Amerika sejak tahun 1990-an. Mini seri tersebut didasarkan pada buku non fiksi berjudul "Dopesick: Dealers, Doctors and the Drug Company that Addicted" America yang ditulis oleh jurnalis Beth Macy.

Macy memfokuskan karyanya pada efek obat OxyContin, yang dikembangkan dan dipasarkan oleh perusahaan Purdue Pharma, pada mereka yang tinggal di wilayah Appalachian di selatan New York, dan menyoroti mereka yang bertanggung jawab atas obat mematikan itu.

Michael Keaton berperan sebagai Dr Samuel Finnix, seorang dokter dari Appalachian yang dibujuk oleh seorang karyawan Purdue Pharma untuk memberikan resep kepada pasiennya, hingga membuat pasiennya menjadi kecanduan opioid pereda nyeri ini. Lalu, bagaimana kisah di dunia nyata yang sesungguhnya?

1. Richard Sackler dan lahirnya OxyContin 

Kisah Nyata Memilukan di Balik Mini Serial Dopsicktangkapan layar Dr. Richard Sackler (youtube.com/ProPublica)

Mini seri tersebut mengangkat kisah sebuah perusahaan di dunia nyata yang bernama Purdue Pharma dan presidennya, Richard Sackler. Dalam seri "Dopesick", Sackler diangkat ke layar oleh sutradara Coen Brothers, dan diperankan oleh Michael Stuhlbarg.

Ayah Sacker, Raymond, membeli Purdue Pharma pada tahun 1952, bersama saudaranya, Mortimer. Keduanya adalah seorang dokter, dan mengajak kakak laki-laki mereka, Arthur, yang merupakan seorang psikiater.

Dilansir tulisan The New Yorker, Arthur memberikan saran kepada kedua adiknya terkait perusahaan Perdue Farma. Pada paruh kedua abad ke-20, nama Sackler identik dengan filantropi dan perlindungan seni, hingga menjadi salah satu keluarga terkaya di Amerika.

Namun, pada akhir 1980-an, Richard Sackler yang saat itu menjadi asisten ayahnya, Presiden Purdue Pharma, menyarankan untuk menghindari obat penghilang rasa sakit dengan opioid, yakni MS Contin, yang tidak dipatenkan.

Sackler akhirnya mengawasi perumusan ulang obat dengan bahan yang baru dikembangkan, yang konon mengurangi risiko kecanduan opioid, dan mengganti nama obatnya menjadi OxyContin.

2. Mengapa FDA menyetujui obat OxyContin?

Kisah Nyata Memilukan di Balik Mini Serial DopsickPemeriksaan obat di Baltimore pada awal 1990-an, Kirk Sooter dan Sarah Brown memeriksa catatan yang sangat penting untuk produk agar bisa diedarkan secara luas. (commons.wikimedia.org/The U.S. Food and Drug Administration)

Seperti yang digambarkan dalam seri "Dopesick", pernyataan Richard Sackler dan Purdue Pharma untuk mengurangi sifat adiktif OxyContin terbukti tidak tepat. Seperti opioid lainnya, OxyContin tetap menjadi obat yang sangat adiktif dan mematikan, yang seharusnya tidak diresepkan dokter untuk pasien mereka.

Namun, obat penghilang rasa sakit yang baru ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun, banyak yang bertanya mengapa obat semacam ini bisa lolos dan disetujui FDA. Nah, jawabannya memang cukup menyebalkan, ya, karena adanya korupsi.

Seperti yang ditunjukkan dalam dokumen FDA sendiri, OxyContin pertama kali disetujui sebagai obat yang "aman dan efektif" untuk penggunaan sedang pada tahun 1995. FDA hanya memberikan peringatan setelah obat tersebut sudah diresepkan secara luas.

Sebagaimana yang dikutip Business Insider, sebuah buku yang ditulis Patrick Radden Keefe, berjudul "Empire of Pain: The Secret History of the Sackler Dynasty", mengungkapkan bahwa direktur FDA, Curtis Wright, yang mengawasi persetujuan awal OxyContin pada tahun 1995, mendapatkan kompensasi senilai 400 ribu dolar AS atau setara Rp6,1 miliar, setahun setalah ia menyetujui OxyContin yang diberikan Purdue Pharma.

Baca Juga: 15 Rekomendasi Bengkel Mobil di Balikpapan, Lengkap dan Terjangkau

3. Kisah nyata di balik karakter Dr Samuel Finnix

Kisah Nyata Memilukan di Balik Mini Serial Dopsickcuplikan adegan Dr. Samuel Finnix (dok. Hulu/Dopesick)

Richard Sackler menjadi Presiden Purdue Pharma pada tahun 1999, saat OxyContin menguasai pasar resep obat sebagai obat penghilang rasa sakit, obat ini justru menciptakan gelombang kecanduan opioid di antara para penggunanya.

Seperti yang dilaporkan The New York Times, Sackler memasarkan obat tersebut secara agresif sebagai pilihan non-adiktif untuk nyeri kronis, klaimnya yang menipu dan menyesatkan itu berhasil ia lakukan berkat persetujuan peredaran obat tersebut di tahun 1995 oleh FDA.

Dalam seri "Dopesick", Michael Keaton memerankan karakter utama sebagai Dr Samuel Finnix. Finnix sendiri digambarkan sebagai seorang dokter pekerja keras yang mengutamakan kepentingan pasiennya, tetapi ia bertemu dengan Billy Cutler (yang diperankan Will Poulter), seorang salesman Purdue Pharma yang menyarankan penggunaan OxyContin kepadanya.

Tetapi, apakah karakter Dr Samuel Finnix itu nyata? Sebenarnya, karakter tersebut adalah penggambaran dari situasi yang dialami banyak dokter di seluruh Amerika yang telah ditipu Purdue Pharma.

Sementara itu, kisah Finnix sendiri didasarkan dari Dr. Stephen Lloyd, dokter dari Tennessee yang mengalami kecanduan 100 pil OxyContin dalam sehari. Sampai akhirnya dia menjadi komisaris di departemen layanan penyalahgunaan zat negara bagian dan juru kampanye dalam melawan kecanduan opioid.

4. Investigasi keluarga Sackler 

Kisah Nyata Memilukan di Balik Mini Serial Dopsickilustrasi investigasi (publicdomainpictures.net)

Sama seperti yang mereka lakukan di serial "Dopesick", Drug Enforcement Administration (DEA) memulai penyelidikan ke keluarga Sackler dan Purdue Pharma setelah OxyContin masuk ke pasar, atau kira-kira dalam beberapa tahun terakhir sejak korupsi dan promosi sembrono Purdue Pharma atas opioid yang berbahaya.

Pada September 2021, keluarga Sackler menyetujui untuk melepaskan kendali atas Purdue Pharma sebagai bagian dari penyelesaian dan memberikan kompensasi senilai 10 miliar dolar AS atau setara Rp153 triliun bagi banyak korban perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan The Guardian.

Akan tetapi, banyak kritikus mengklaim bahwa hal tersebut justru meringankan tanggung jawab keluarga Sackler, bahkan ketika reputasi dan keuangan mereka mengalami pukulan besar.

Pada Agustus 2021, Richard Sackler dengan tegas bersaksi bahwa keluarganya tidak bertanggung jawab atas krisis opioid yang terjadi. Bloomberg melaporkan bahwa keuntungan keluarga Sackler diperkirakan mencapai 11 miliar dolar AS atau setara Rp168 triliun. 

5. Epidemi kecanduan opioid masih terus berlanjut

Kisah Nyata Memilukan di Balik Mini Serial Dopsickobat penghilang rasa sakit (addictionhope.com)

Serial "Dopesick" dipuji karena menggambarkan konsekuensi dari pemasaran OxyContin tanpa pertanggungjawaban Purdue Pharma kepada dokter yang tidak bersalah, yang akhirnya meresepkan obat tersebut kepada pasien mereka tanpa mengetahui tentang sifat adiktifnya yang merusak.

Seperti yang dicatat oleh Eric Deggans dari NPR, serial "Dopesick" mengambil latar di pedesaan Appalachian dan berfokus pada korban kulit putih dari epidemi opioid. Namun kenyataannya, krisis opioid dan pandemi overdosis obat ini juga terjadi kepada non-kulit putih di AS.

Seperti yang dilaporkan NPR, pada September 2021, angka kematian opioid di antara orang Afrika-Amerika tumbuh secara signifikan ketimbang di antara populasi umum, dengan peningkatan sebesar 38 persen. Para penulis studi tersebut telah menyerukan untuk melakukan pendekatan kesehatan masyarakat tanpa adanya rasisme terhadap krisis tersebut.

Itulah kisah nyata memilukan di balik mini serial "Dopesick". Tapi sedihnya, epidemi opioid di Amerika tidak selesai begitu saja, masih banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan terkait masalah kecanduan opioid. Namun, dengan adanya serial "Dopesick", masyarakat jadi teredukasi dan semakin berhati-hati untuk mengonsumsi obat.

Baca Juga: 8 Oleh-Oleh Khas Balikpapan yang Wajib Dibawa Pulang!

Amelia Solekha Photo Community Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya