TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Alasan Film 'How to Make Millions Before Grandma Dies' Bikin Mewek

Siapkan tisu sebelum menonton, ya!

cuplikan film How to Make Millions Before Grandma Dies (dok. GDH/How to Make Millions Before Grandma Dies )

Film How to Make Millions Before Grandma Dies yang dirilis pada 1 April 2024 telah menjadi perbincangan hangat di kalangan penonton. Karya drama asal Thailand ini menawarkan cerita yang relatable dan menyentuh sisi emosional penonton.

Mengisahkan perjalanan emosional seorang cucu yang merawat neneknya yang sedang berjuang melawan kanker usus stadium akhir. Meski awalnya, niat sang cucu hanyalah untuk mendapatkan warisan, tetapi seiring berjalannya waktu, ia justru menemukan nilai keluarga yang sesungguhnya.

Disutradarai oleh Pat Boonnitipat, film ini berhasil menciptakan momen-momen haru yang membuat penonton terhanyut dalam emosi. Namun, apa yang sebenarnya membuat film ini begitu istimewa? Mengapa banyak penonton merasa terhubung dan menangis saat menontonnya? Yuk kita simak lebih lanjut!

1. Seorang ibu yang terabaikan

Film ini menggambarkan kisah yang relatable bagi penonton, terutama tentang seorang ibu yang terabaikan. Amah (Usha Seamkhum) menjalani kehidupannya dengan sabar meski ketiga anaknya sibuk dengan urusan mereka masing-masing, mengabaikan kebutuhan emosional dan perhatian yang seharusnya diberikan kepada orang tua mereka.

Ketika mereka mengetahui bahwa Amah didiagnosis dengan kanker dan tidak memiliki banyak waktu, reaksi mereka sangat mengecewakan. Dua di antara anaknya berusaha menunjukkan sikap baik, tetapi hanya untuk mendapatkan warisan, bukan sebagai bentuk kasih sayang yang tulus.

Anak sulungnya, Kiang (Sanya Kunakorn), bahkan menuliskan permohonan untuk menjadi kaya daripada berharap pada kesembuhan ibunya, mencerminkan sikapnya yang egois dan materialistis. Ketidakpedulian dan pengabaian yang dialami Amah menyoroti betapa menyedihkannya ketika kasih sayang dan perhatian yang seharusnya diberikan kepada seorang ibu justru digantikan oleh kepentingan pribadi. Kisah ini juga sekaligus mengingatkan kita untuk merawat anggota keluarga, terutama ketika mereka paling membutuhkannya.

Baca Juga: 6 Series Indonesia Tayang di September 2024, Wajib Ditonton!

2. Kasih sayang yang disalahartikan

Soei (Pongsatorn Jongwilas), anak bungsu Amah, juga menunjukkan sikap yang tidak jauh berbeda dari kakaknya, Kiang. Ia datang untuk memasang pegangan di kamar mandi dengan alasan menjaga keselamatan Amah, namun sebenarnya ia memanfaatkan momen ini untuk meminta uang.

Tidak puas dengan cara yang baik-baik, ia pun mencuri uang simpanan Amah. Kejadian ini semakin memperlihatkan kesedihan Amah, mirisnya adalah ketika ia tetap menyerahkan warisan rumahnya kepada Soei.

Bagi M (Putthipong Assaratanakul), cucu yang merawat Amah, tindakan ini hanya akan memanjakan Soei dan membuatnya merasa bahwa Amah menyayangi orang yang salah, menambah rasa prihatin terhadap keadaan neneknya.

3. Momen kebersamaan yang berharga

Meski sering diperlakukan tidak baik oleh anak-anak lelakinya, Amah tidak menunjukkan kelemahannya. Film ini tidak menjadikan perlakuan buruk tersebut sebagai kunci utama kesedihan, melainkan pada momen kebersamaan antara Amah dan cucunya sebagai pusat emosi.

M belajar tentang keseharian Amah, termasuk makanan favoritnya, cara berpakaian yang nyaman, dan ritual doa yang dijalaninya. Aktivitas sederhana seperti menemani Amah berjualan bubur, mengikuti kontrol kesehatan, dan mengunjungi temannya juga menciptakan kenangan yang manis.

Pengalaman ini mungkin bisa dirasakan oleh banyak orang yang memiliki hubungan dekat dengan nenek mereka, membuat penonton merasakan kerinduan akan sosok nenek dalam hidup mereka. Bikin auto kangen nenek, deh! 

Verified Writer

Davrean Dita

a zen writer.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya