Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berpegangan tangan di hari pernikahan (pexels.com/Trung Nguyen)

Pernikahan dini adalah salah satu isu sosial yang masih terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menikah di usia muda, seperti tekanan ekonomi, tradisi, dan rendahnya akses terhadap pendidikan.

Sayangnya, pernikahan dini sering kali membawa dampak negatif bagi kesehatan, psikologis, dan kesejahteraan jangka panjang, terutama bagi anak perempuan. Salah satu cara paling efektif untuk mencegah pernikahan dini adalah melalui pendidikan.

Alternatif pendidikan yang inklusif dan aksesibel dapat menjadi solusi untuk mengurangi risiko pernikahan dini. Beragam pendekatan pendidikan yang fokus pada pemberdayaan remaja, khususnya perempuan, dapat membuka peluang bagi mereka untuk mengambil keputusan yang lebih baik terkait masa depan.

Berikut adalah beberapa alternatif pendidikan yang bisa membantu menghindari pernikahan dini.

1. Pendidikan keterampilan hidup (life skills education)

ilustrasi remaja sedang belajar secara daring (pexels.com/Julia M Cameron)

Pendidikan keterampilan hidup memberikan remaja pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Materi yang diajarkan mencakup keterampilan komunikasi, pengelolaan emosi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

Melalui pendidikan ini, remaja diajarkan untuk lebih percaya diri dan mampu menolak tekanan sosial, termasuk pernikahan dini. Dengan memiliki keterampilan hidup yang baik, remaja akan lebih siap untuk menavigasi kehidupan mereka secara mandiri.

Pendidikan ini juga memberi mereka kesempatan untuk merencanakan masa depan yang lebih cerah tanpa terpaksa menjalani pernikahan di usia muda. Mereka akan lebih sadar akan pentingnya melanjutkan pendidikan dan mengembangkan potensi diri sebelum memutuskan untuk menikah.

2. Pendidikan kesetaraan (kejar paket A, B, C)

Editorial Team