Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sebuah X-29 yang sedang dalam penerbangan pada 1990. (commons.wikimedia.org/NASA / DFRC / Larry Sammons)
Sebuah X-29 yang sedang dalam penerbangan pada 1990. (commons.wikimedia.org/NASA / DFRC / Larry Sammons)

Balikpapan, IDN Times - Dalam ranah kedirgantaraan, struktur sayap pesawat yang umum digunakan adalah sayap hadap belakang. Mengutip dari Popular Mechanics, dengan menghadapkan sayap ke arah belakang, pesawat dapat terbang dengan cepat tanpa menimbulkan gelombang kejut pada struktur sayap.

Namun, ada juga pesawat yang menggunakan struktur sayap terbalik, alias sayap hadap depan.

Ini bukan sekadar angan-angan, beberapa pesawat memang mengadopsi struktur sayap hadap depan. X-29, yang dimiliki oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), adalah salah satu dari sedikit pesawat yang menerapkan desain sayap hadap depan.

Namun pada kenyataannya, pesawat dengan struktur sayap hadap depan jauh lebih jarang dibandingkan dengan pesawat yang menggunakan struktur sayap hadap belakang.

1. Proyek bermula pada era 70-an

Sebuah Lockheed Martin F-22 Raptor terbang di sekitar Pangkalan Angkatan Udara Edwards pada 1 Januari, 2018. (commons.wikimedia.org/Christopher Higgins, Lockheed Martin)

Di era 70-an, tepatnya pada tahun 1977, Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) dan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara (AFRL) memanifestasikan proposal pembangunan pesawat riset atau uji coba dengan struktur sayap yang menyapu ke depan. Tujuannya jelas, yakni untuk mempelajari konsep sayap tersebut. Empat tahun kemudian, Grumman secara resmi menandatangani kontrak senilai sekitar Rp1,3 triliun untuk penggarapan dua pesawat sesuai proposal DARPA dan AFRL yang dinamai X-29. Grumman, yang kini bernama Northrop Grumman, adalah perusahaan raksasa di bidang kedirgantaraan, pertahanan, dan keamanan global.

Kedua pesawat X-29 yang digarap memiliki julukan masing-masing. X-29 yang pertama dijuluki No. 1, sementara X-29 yang kedua dijuluki No. 2. Dilansir dari situs resmi NASA, penerbangan pertama No. 1 terlaksana pada 14 Desember 1984, sedangkan penerbangan pertama No. 2 terlaksana pada 23 Mei 1989. Kedua pesawat X-29 terbang perdana dari Pusat Penelitian Penerbangan Armstrong yang berlokasi di Pangkalan Angkatan Udara Edwards, California.

2.Dibangun demi kebutuhan pembelajaran

Sebuah X-29 yang sedang melaju di taxiway Pangkalan Angkatan Udara Edwards pada 4 Februari, 1985. (commons.wikimedia.org/Sgt. Jim Riggs)

Dalam pembangunan X-29, Northrop Grumman menyematkan struktur sayap hadap depan pada bagian belakang badan pesawat. Selain itu, mereka juga menambahkan sepasang sayap kecil di depan sayap utama. Dengan kombinasi ini, pesawat eksperimental ini mampu mencapai sudut serang hingga 45 derajat. Menurut NASA, performa tersebut lebih baik dibandingkan dengan pesawat-pesawat tempur sejenis.

Selama program yang berlangsung hingga 1992, X-29 menjalani total 422 misi penerbangan. Model No. 1 terbang sebanyak 242 kali, dan model No. 2 terbang sebanyak 120 kali. Sebanyak 60 misi penerbangan lainnya diselesaikan secara bersama-sama dalam fase kontrol vorteks lanjutan. Data yang diperoleh selama uji terbang berhasil memenuhi tujuan program X-29 untuk menilai kemampuan teknologi ini dalam meningkatkan kinerja pesawat tempur di masa depan.

Setelah program pengujian berakhir, X-29 No. 1 dipindahkan ke Museum Nasional Angkatan Udara di Dayton, Ohio. Sementara itu, model No. 2 tetap berada di Pusat Penelitian Penerbangan Armstrong. Keduanya kini menjadi objek pameran yang terbuka untuk publik.

3. Tidak hanya diterapkan oleh X-29

Sebuah Sukhoi Su-47 yang sedang dalam penerbangan pada Februari, 2008. (commons.wikimedia.org/Dmitry Pichugin)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, X-29 adalah salah satu dari sedikit pesawat yang menerapkan desain sayap hadap depan. Contoh lainnya termasuk pesawat pengebom Junkers Ju 287 dari Jerman dan pesawat latih KB SAT SR-10 dari Rusia. Sayangnya, kedua pesawat tersebut tidak berhasil mencapai kesuksesan.

Berbeda dengan pesawat-pesawat sayap hadap depan lainnya yang dirancang hanya untuk pengujian, Hansa Jet HFB-320 berhasil mencapai produksi massal. Dikembangkan oleh Hamburger Flugzeugbau, total ada 47 unit Hansa Jet HFB-320 yang dirakit. Meskipun begitu, sudut ketajaman sayap pada pesawat ini tidak seradikal pesawat sayap hadap depan lainnya.

Terlepas dari desainnya yang unik dan estetis, struktur sayap hadap depan masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang membutuhkan banyak tenaga, biaya, dan waktu. Jumlah pesawat yang mengadopsi struktur sayap hadap depan yang terbatas menunjukkan bahwa teknologi ini sangat sulit untuk dikuasai. Namun, tugas para peneliti dan ilmuwan adalah untuk menemukan terobosan agar konsep sayap hadap depan dapat diterapkan secara luas di dunia aviasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team