Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) (pexels.com/Florian Kriechbaumer)
Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) (pexels.com/Florian Kriechbaumer)

Samarinda, IDN Times - Saat mendengar kata "orangutan," apa yang langsung terlintas di pikiranmu? Hewan berbulu merah yang bergelantungan di pepohonan? Atau primata lucu yang sering kita lihat di dokumenter? Yup, kamu nggak salah! Tapi, tahukah kamu bahwa orangutan punya peran besar dalam menjaga keseimbangan hutan? Bahkan, mereka juga membantu kehidupan makhluk lain, termasuk manusia.

Di Indonesia, ada tiga spesies orangutan, yaitu orangutan sumatra (Pongo abelii), orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis). Mereka adalah primata endemik yang hanya bisa ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Selain asyik bermain di antara pepohonan, ada banyak hal menarik yang bisa kita pelajari dari mereka. Tapi pertanyaannya, apakah generasi mendatang masih bisa melihat keriangan mereka di habitat aslinya?

1. Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus)

Ciri morfologi Orang utan Kalimantan (pexels.com/David Atkins)

Orangutan kalimantan hidup di hutan hujan dataran rendah, hutan tropis, rawa, hingga pegunungan. Dengan tubuh besar, lengan panjang, kaki pendek, dan wajah tanpa ekor, mereka punya ciri khas yang bikin mudah dikenali. Pejantan dewasa memiliki tonjolan besar di kedua sisi wajah dan suara khas "long call" untuk menarik perhatian betina serta menandai wilayah mereka.

Menariknya, struktur tangan dan kaki mereka sangat mirip dengan manusia, lengkap dengan lima jari dan panca indera yang berfungsi hampir sama. Pejantan bisa tumbuh hingga 114 cm dengan berat 90 kg, sementara betina lebih kecil, sekitar 80-100 cm dengan berat 56 kg.

Umur mereka bisa mencapai 56 tahun di penangkaran dan sekitar 35-45 tahun di alam liar.

2. Memiliki perilaku unik

Orang utan Kalimantan bergelantungan di pohon (pexels.com/Florian Kriechbaumer)

Orangutan kalimantan adalah mamalia arboreal terbesar yang menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon. Mereka sangat ahli memanjat dan berpindah-pindah menggunakan tangan mereka yang kuat. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai makhluk diurnal alias aktif di siang hari untuk mencari makan dan berinteraksi.

Kecerdasan mereka nggak bisa diremehkan! Mereka bisa mengingat lokasi sumber makanan dan kembali ke sana saat musim buah tiba. Bahkan, mereka bisa berkomunikasi menggunakan suara cicitan saat kesal atau long call untuk menandai wilayahnya. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh juga jadi alat komunikasi mereka, lho!

3. Primata dengan sifat semi-soliter

Orang utan Kalimantan betina bersama anaknya (pexels.com/Noel Snpr)

Berbeda dari primata lain, orangutan kalimantan lebih suka hidup sendiri, terutama pejantan yang memiliki wilayah kekuasaan luas. Mereka hanya berinteraksi dengan betina saat musim kawin. Sebaliknya, betina lebih sosial dan sering bepergian bersama anak-anak mereka selama bertahun-tahun.

Tapi jangan salah! Meski hidupnya soliter, mereka tetap menunjukkan toleransi tinggi, terutama saat musim buah berlimpah. Dengan kata lain, mereka tetap punya "rasa berbagi" ketika sumber makanan sedang banyak.

4. Termasuk hewan omnivora

Orang utan Kalimantan memakan tumbuhan (pexels.com/Yigithan Bal)

Orangutan kalimantan termasuk omnivora alias pemakan segala. Meski mayoritas makanannya adalah buah-buahan seperti ara, leci, jambu, rambutan, dan manggis, mereka juga mengonsumsi dedaunan, bunga, kulit pohon, serangga, hingga vertebrata kecil seperti tupai dan tikus.

Mereka juga minum dari air hujan yang terkumpul di lubang-lubang pohon.

5. Memainkan peran penting ekosistem

Orang utan Kalimantan memakan kulit pohon (pexels.com/Klub Boks)

Jangan salah! Orangutan kalimantan bukan cuma penghuni hutan biasa, mereka adalah "tukang kebun" alami yang menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka membantu menyebarkan biji-bijian dari buah yang mereka makan, menciptakan jalur di dalam hutan untuk hewan lain, bahkan meninggalkan sarang yang bisa dipakai oleh hewan kecil lainnya.

Sayangnya, kehidupan mereka makin terancam. Kebakaran hutan, pembalakan liar, dan perkebunan kelapa sawit terus mempersempit habitat mereka. Belum lagi perburuan dan perdagangan ilegal yang makin memperparah kondisi mereka.

6. Status konservasi dengan kategori terancam

Orang utan Kalimantan kategori terancam (pexels.com/Paulino Acosta Santana)

Populasi orangutan kalimantan terus menurun. Menurut IUCN Red List, mereka masuk dalam kategori "Terancam." CITES juga melarang perdagangan mereka, dan pemerintah Indonesia sudah menetapkan mereka sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990.

Saat ini, WWF Indonesia dan berbagai organisasi lain terus melakukan upaya konservasi, salah satunya lewat program "Heart of Borneo," kerja sama antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam untuk menjaga hutan tropis di Kalimantan.

7. Upaya konservasi

Ilustrasi penangkaran Orang utan Kalimantan (pexels.com/Klub Boks)

Orangutan kalimantan bukan sekadar hewan liar yang bergelantungan di pohon. Mereka punya peran besar dalam menjaga ekosistem, dan tanpa mereka, keseimbangan hutan bisa terganggu. Mirisnya, mereka justru semakin terpinggirkan oleh ulah manusia.

Sebagai generasi yang peduli lingkungan, kita bisa berkontribusi dengan mendukung konservasi, menyebarkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan orangutan, serta menghindari produk yang berkontribusi pada perusakan habitat mereka. Karena saat kita melindungi mereka, kita juga turut menjaga paru-paru dunia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team