Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang wanita sedang merenung.
Ilustrasi Tanda Kamu Kurang Bersyukur dalam Menjalani Hidup. (pexels.com/Engin Akyurt)

Rasa syukur sering terdengar sederhana, tapi dampaknya luar biasa besar. Ia mampu mengubah cara kita memandang hidup, memperbaiki suasana hati, hingga mempererat hubungan dengan orang lain. Namun di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh perbandingan, banyak orang tanpa sadar kehilangan kemampuan untuk benar-benar bersyukur. Bukan karena tidak memiliki hal-hal baik, melainkan karena pikiran terlalu sibuk mengejar apa yang belum dimiliki.

Kurang bersyukur bukan berarti tidak tahu berterima kasih, tapi ketika hati sulit merasa cukup. Hidup pun terasa berat, padahal mungkin yang dibutuhkan hanyalah berhenti sejenak dan menghargai apa yang sudah ada.

Berikut lima tanda kamu mungkin sedang kurang bersyukur, sekaligus cara sederhana untuk menumbuhkannya kembali.

1. Selalu melihat kekurangan daripada kelebihan

Ilustrasi tanda kamu lebih overthinker daripada yang kamu sadari. (pexels.com/Thirdman)

Salah satu tanda paling jelas dari kurangnya rasa syukur adalah kebiasaan memusatkan perhatian pada kekurangan. Kamu mungkin memiliki banyak hal baik—pekerjaan yang stabil, keluarga yang mendukung, atau kesehatan yang prima—namun tetap merasa hidup kurang memuaskan karena fokus pada apa yang belum dimiliki.

Cobalah mengubah sudut pandang dengan melihat sisi positif dari setiap situasi. Saat sesuatu tak berjalan sesuai rencana, tanyakan pada diri sendiri, “Apa hal baik yang bisa aku pelajari dari ini?” Dengan menggeser fokus dari kekurangan ke kelebihan, kamu memberi ruang bagi ketenangan dan penerimaan. Hidup memang tak selalu sempurna, tapi selalu ada alasan untuk bersyukur.

2. Sering membandingkan diri dengan orang lain

Ilustrasi Tanda Kamu Kurang Bersyukur dalam Menjalani Hidup. (pexels.com/Engin Akyurt)

Media sosial kerap membuat kita merasa tidak cukup. Melihat pencapaian, gaya hidup, atau kebahagiaan orang lain bisa memunculkan rasa iri tanpa disadari. Akibatnya, kamu jadi sulit menghargai perjalanan hidup sendiri, seolah kebahagiaan hanya milik orang lain.

Padahal, setiap orang punya waktu dan jalannya masing-masing. Rasa syukur tumbuh saat kamu berhenti membandingkan dan mulai menghargai proses yang sedang dijalani. Kurangi waktu menelusuri kehidupan orang lain, dan gunakan energi itu untuk menyadari hal-hal baik yang sudah kamu punya. Dengan begitu, kamu akan lebih damai dan percaya diri.

3. Mengeluh lebih sering daripada berterima kasih

Ilustrasi Tanda Kamu Lebih Cemas daripada yang Kamu Pikirkan. (pexels.com/cottonbro studio)

Mengeluh adalah hal yang wajar, tapi jika dilakukan terus-menerus, itu bisa jadi tanda kamu kehilangan rasa syukur. Saat keluhan lebih sering keluar daripada rasa terima kasih, pikiranmu akan terjebak dalam hal-hal negatif, membuat kebahagiaan kecil sulit terlihat.

Coba latih kebiasaan sederhana: setiap kali ingin mengeluh, imbangi dengan satu hal yang bisa kamu syukuri. Misalnya, ketika lelah bekerja, ingat bahwa kamu masih memiliki penghasilan dan kesempatan belajar. Latihan kecil ini dapat membantu otak beralih dari mode “kekurangan” ke “penghargaan”. Lama-kelamaan, hidup terasa lebih ringan meski tantangan tetap ada.

4. Sulit merasa bahagia atas kesuksesan orang lain

Ilustrasi Quote Inspiratif tentang Self-Improvement untuk Memperbaiki Diri. (pexels.com/Ramon Hughley)

Ketika orang di sekitarmu meraih sesuatu, apakah kamu ikut bahagia atau justru merasa tersaingi? Jika muncul rasa iri, bisa jadi kamu belum sepenuhnya bersyukur atas hidupmu sendiri.

Rasa syukur sejati membuat kita mampu menghargai kebahagiaan orang lain tanpa merasa berkurang sedikit pun. Ubah cara pandangmu: keberhasilan orang lain bukan ancaman, tapi bukti bahwa hal baik juga bisa terjadi padamu. Dengan hati yang bersyukur, kamu akan lebih mudah merayakan kebahagiaan bersama dan menarik energi positif yang sama.

5. Tidak menyadari hal-hal kecil yang berarti

Ilustrasi Philophobia, Ketakutan untuk Jatuh Cinta. (pexels.com/Karola G)

Kita sering menunggu momen besar untuk merasa bahagia—promosi kerja, liburan, atau pencapaian tertentu. Padahal, rasa syukur justru tumbuh dari kemampuan menghargai hal-hal kecil seperti secangkir kopi di pagi hari, obrolan ringan dengan teman, atau udara segar setelah hujan.

Coba biasakan menulis tiga hal kecil yang kamu syukuri setiap malam. Bisa sesederhana “mendengar lagu favorit” atau “melihat langit sore”. Perlahan, kamu akan belajar melihat keindahan dalam keseharian. Rasa syukur tidak datang dari hidup yang sempurna, tetapi dari hati yang mampu melihat kebaikan di setiap detik kehidupan.

Dengan menumbuhkan rasa syukur, kamu tidak hanya membuat hidup terasa lebih damai, tapi juga menemukan kebahagiaan sejati yang tidak bergantung pada apa pun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team