Biar Gak Jadi Anak “Kalau Dikasih Hadiah Baru Mau”!

Samarinda, IDN Times - Sebagai orang tua, pasti kamu pengin anak tumbuh jadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan punya motivasi dari dalam dirinya sendiri. Tapi tanpa sadar, banyak orangtua justru membentuk reward mentality - alias kebiasaan anak yang cuma mau bergerak kalau ada imbalan.
Contohnya, anak baru mau beresin mainan kalau dijanjiin uang jajan tambahan atau hadiah. Kedengarannya efektif, sih. Tapi kalau dibiarkan terus, kebiasaan ini bisa bikin anak kesulitan membentuk karakter dan tanggung jawab jangka panjang.
Jadi, gimana caranya biar anak tetap semangat berbuat baik tanpa tergantung sama hadiah? Yuk, simak 5 cara jitu untuk bangun motivasi dari dalam diri anak (motivasi intrinsik) sejak dini!
1. Anak butuh teladan, bukan ceramah panjang

Anak itu peniru ulung. Mereka lebih banyak belajar dari apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu omongin. Jadi, kalau pengin anak bertanggung jawab tanpa nunggu hadiah, tunjukin dulu lewat tindakan nyata.
Contoh simpel: libatkan mereka beresin meja makan atau nyiram tanaman, sambil bilang, “Di keluarga kita, semua saling bantu biar rumah tetap nyaman.”
Tanpa disuruh berkali-kali, anak akan belajar bahwa tanggung jawab itu bagian dari kehidupan, bukan transaksi.
2. Apresiasi usaha, bukan sekadar hasil

Daripada fokus kasih pujian cuma kalau anak sukses, mulai biasakan apresiasi prosesnya. Misalnya, saat anak menggambar, kamu bisa bilang:
"Wah, kamu serius banget pilih warna-warnanya. Ibu suka usahamu!"
Pujian semacam ini bikin anak merasa dihargai bukan karena hasilnya bagus, tapi karena mereka sudah berusaha. Dan inilah yang nantinya ngebentuk rasa percaya diri dan semangat dari dalam.
3. Gantikan hadiah fisik dengan apresiasi emosional

Hadiah gak selalu harus berupa barang. Bahkan, pelukan, waktu berkualitas bareng, atau ucapan tulus bisa jauh lebih berarti buat anak.
Contohnya, setelah anak bantu beresin mainan, cukup bilang:
"Makasih ya, kamu bantu banget bikin rumah rapi. Ibu bangga sama kamu."
Kata-kata hangat kayak gini lebih berdampak dalam jangka panjang. Anak jadi gak tergantung sama hadiah dan merasa dihargai karena keberadaan serta kontribusinya.
4. Biasakan jadi Rutinitas, bukan syarat dapat hadiah

Kalau tiap hal baik harus dihadiahi, anak bisa mikir, “Ngapain aku lakuin kalau gak dikasih apa-apa?” Nah, biar gak jadi begitu, kamu perlu bikin kebiasaan baik jadi bagian dari rutinitas harian.
Misalnya:
"Mainannya selalu diberesin setelah selesai bermain ya, biar besok bisa main lagi dengan nyaman."
Konsistensi bikin anak paham bahwa tanggung jawab itu bukan sesuatu yang luar biasa, tapi bagian dari keseharian.
5. Bangun motivasi intrinsik melalui refleksi

Biar anak ngerti bahwa berbuat baik itu punya makna, ajak mereka ngobrol setelah melakukan hal positif. Misalnya:
"Tadi kamu bantu temenmu ya? Gimana rasanya setelah bantuin dia?"
Percakapan kayak gini bantu anak menghubungkan perasaan senang dan bangga dengan tindakan positif, bukan cuma nunggu pujian atau hadiah.
Mendidik anak tanpa reward mentality bukan berarti anti-hadiah. Boleh aja sesekali kasih apresiasi dalam bentuk barang. Tapi yang terpenting, anak perlu belajar bahwa nilai dari perbuatan baik terletak pada proses dan dampaknya—bukan pada imbalannya.
Dengan cara ini, kamu sedang membentuk anak yang punya integritas, empati, dan motivasi yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri. Dan itu akan jadi bekal luar biasa buat masa depan mereka.